Ramai Gus Miftah Olok-Olok Pedagang Es, Beredar Dakwah Ustadz Das'ad Latif dan UAH soal Orang Gemar Menghina
JAKARTA - Publik tengah dilanda rasa keprihatinan menyusul viralnya tindakan pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah yang mengolok-olok pedagang es teh, Sunhaji. Perbuatan Gus Miftah dianggap tak pantas.
Menyusul ramainya kecaman terhadap Gus Miftah, beredar kembali video dakwah mengenai pentingnya adab dalam bersikap. Bahkan, termasuk soal pendakwah yang gemar menghina.
Dari video yang dilihat, salah satunya cuplikan pernyataan Ustadz Das'ad Latif. Ia menyampaikan soal pendakwah yang gemar menghina.
"Saya heran kalau ada pendakwah, dai yang menghina, memaki. belajar dari mana? Karena Rasullulah itu tidak pernah menghina orang," ujarnya dalam cuplikan podcast Deddy Corbuzier dilihat, Rabu (4/12/2024).
"Belajar dari gurunya dong? kata Dedi Corbuzier
"Gurunya belajar dari mana? Gurunya itu pasti terputus dengan Rasul, karena Rasulullah tidak pernah menghina. Dari mana dia belajar," imbuhnya.
Ustadz Das'ad menekankan bahwa Rasullulah jangankan kepada sahabatnya, kepada lawannya saja ia masih memiliki kasih sayang.
"Coba ketika di Taif, Rasulullah dilempari sampai berdarah datang malaikat Jibril menawarkan bantuan. Ya Muhammad sudah keterlaluan orang Taif. Saya diperintah Allah. Kau berdoa saya, aku hancurkan ini," katanya.
"Ini kira-kira kalau saja Das'ad sudah keterlaluan ini ada tentara satu peleton. Gimana Da'sad? Ratakan. Tapi nabi tidak, tidak. Nabi katakan jangan, kalau Allah ingin mendengar doaku, saya mau berdoa, berikan mereka hidayah," tuturnya.
Video lainnya mengenai ceramah Ustad Adi Hidayat (UAH) tentang orang yang suka mencela. Ia mengaku bingung dengan orang yang memiliki sifat demikian.
"Saya bingung kenapa muda sekali mencela orang, mudah merendahkan orang. Itu bukan tipikal insan beriman, lisan insan beriman itu standar imannya dulu baru lisannya," kata UAH dalam cuplikan dakwahnya yang kembali viral.
UAH menegaskan, bahwa seseorang itu memiliki iman dahulu baru lisan. Sehingga standar lisan orang beriman itu tidak mudah mencela, tidak bikin hoaks, tidak mudah menggibah, tidak mudah membicarakan keburukan orang lain.
"Jadi, kalau Anda kehilangan itu sekarang, mengaku beriman mudah menjatuhkan orang lain. Lisan mudah mencela, berarti ada masalah dengan imannya, di bawah standar itu," katanya.
UAH juga menyampaikan bahwa fungsi mulut itu untuk berkata yang baik-baik kalau memiliki iman. Sebab, setiap kata-kata itu kalau baik ada nilai pahalanya.
"Jadi kalau kita bicara, bicaranya dituntun oleh iman, setiap bicara kita dituliskan itu pahala untuk bekal pulang. Jadi, pahala itu, bukan hanya dalam sholat, pahala bukan hanya dalam zikir. Setiap kata-kata kita zikir. Setiap langkah kita itu zikir. Kalau diniatkan lillah untuk ibadah itu ada pahalanya," tuturnya.