Kisah Pejuang Gerilyawan Lawan Tentara Sekutu dengan Senjata Berpeluru Uang Koin

Kisah Pejuang Gerilyawan Lawan Tentara Sekutu dengan Senjata Berpeluru Uang Koin

Nasional | okezone | Selasa, 20 Agustus 2024 - 11:17
share

SOETARJO , satu dari sekian pejuang gerilyawan Indonesia di Malang yang berumur panjang. Pria yang menghabiskan masa tuanya di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, ini merupakan anggota pasukan gerilyawan yang melakukan perlawanan ke Belanda dan sekutunya pada tahun 1947 hingga 1949.

Anak ketiga dari enam bersaudara, kakak pertama dan keduanya merupakan pejuang gerilya. Tapi kakak keduanya gugur dalam perang di Semarang tahun 1947, membuat ia terpacu untuk ikut berjuang melawan Belanda.

"Awalnya tahun 1945 saya pendidikan sebagai Calon Prajurit Keraton Solo. Tapi saat 1947 kakak kedua saya meninggal. Jadi saya keluar dari Calon Prajurit Keraton Solo dan ikut pasukan gerilya, kebetulan kemudian ditempatkan di Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri," ucap Soetarjo, ditemui di kediamannya.

Soetarjo mengenang jika kakaknya itu orang yang tidak kenal rasa takut. Kakak kedua bernama Soedijono ini memiliki punya semboyan 'Berani Membunuh, Berani Dibunuh.' Kini Soedijono dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Solo Nomor 25B.

"Pertama kali dinas tahun 1947 di pemerintahan militer, sekarang Koramil, waktu itu di wilayah Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, mulai tahun 1947 sampai 1949," ucapnya.

Soetarjo mengungkapkan, jika mereka selalu kekurangan senjata, menurutnya persenjataan lengkap hanya di kota-kota besar, sementara yang di daerah menggunakan alat seadanya. Bahkan ada momen ketika ia menggunakan senjata berburu babi hutan, tapi tidak terisi peluru.

"Saya dulu itu pegang senapan bomen, dulu itu digunakan buat berburu babi hutan. Lucunya senjatanya ada tapi pelurunya gak ada, disiasati dengan menggunakan uang koin 1 sen Belanda, tapi ya ditembakkan 10 meter hilang pelurunya," terang pria berusia 99 tahun ini.

"Ada juga pistol yang dibawa komandan cuma satu, Bomen ada 10, senapan Jepang satu, kemudian geranat nanas buatan Jepang. Geranat nanas ini dulu dijadikan caranya dengan diikatkan sama bekas wadah cat kemudian dilempar-lempar," sambungnya.

Soetarjo mengatakan ikut perang dua kali saat Agresi Militer Belanda 1 dan 2 di Solo, tapi ia dan kawan-kawan hanya mampu melakukan perang gerilya. Pasalnya mereka kekurangan jumlah pasukan dan senjata, jika dipaksa perang terbuka sudah pasti mereka akan digilas tank dan panser milik musuh.

"Sebenarnya yang di Solo ini Belanda-nya beda, kalau di Surabaya itu benderanya merah putih biru. Tapi kalau di Solo itu bendera Inggris, orangnya kecil-kecil gak seperti orang Belanda yang besar-besar," ungkapnya.

Soetarjo mengenang jika selama bergerilya, mereka mengincar persediaan militer milik musuh. Mereka juga akan menculik pasukan patroli musuh untuk mendapatkan informasi. Namun di saat ada pergolakan mempertahankan kemerdekaan pada Agresi Militer Belanda dan sekutu itu, semapt ada kejadian pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Musso.

"Di tengah-tengah gencatan senjata perjanjian Renville 1948 itu sempat ada kejadian PKI Musso. Tapi tentara Belanda itu masih ada di Solo, Semarang, sampai Surabaya. Kemudian perang besar gerilya lagi yang kedua sampai gencatan senjata lagi karena perjanjian meja bundar tahun 1949," jelasnya.

Soetarjo akhirnya benar-benar bisa merasakan kemerdekaan usai Agresi Militer Belanda 2 berakhir pada 5 Januari 1949. Belanda akhirnya menarik pasukannya setelah mendapat kecaman dunia. "Baru setelah itu kita merdeka sepenuhnya nggak ada yang menjajah lagi," kata dia.

Dirinya berpesan kepada generasi muda bahwa perjuangan Indonesia saat ini bukan lagi dengan perang angkat senjata, melainkan melawan kemiskinan dan kebodohan. Maka ia berharap generasi muda sekarang belajar giat untuk memajukan Bangsa Indonesia.

"Anak pejuang bukan anaknya veteran, semua anak muda itu kita anggap anak pejuang semua. Perjuangan dulu macam-macam, tidak hanya memegang senjata, tapi petani hingga pedagang juga pejuang, kalau tidak ada nasi tidak akan kuat perang," pungkasnya.

Topik Menarik