Karomah Kiai Malik Bertempur Lawan Belanda, Diseret Jeep dan Digantung di Sungai Tak Meninggal

Karomah Kiai Malik Bertempur Lawan Belanda, Diseret Jeep dan Digantung di Sungai Tak Meninggal

Nasional | okezone | Sabtu, 17 Agustus 2024 - 09:13
share

MALANG - Pasukan Hizbullah dikenal memiliki kelebihan dan kesaktian dibandingkan pasukan lain. Salah satu pasukan yang terkenal dengan kesaktiannya yakni Kiai Malik. Kelompok ini menjadi salah satu pasukan pejuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Malang.

Pemerhati sejarah Eko Irawan mengatakan, Kiai Malik merupakan salah satu pahlawan dari tentara Hizbullah asal Tanjungrejo, Sukun, Kota Malang, tapi ditempatkan di Pasuruan.

"Beliau ini tentara Hizbullah dari unsur tokoh agama dan santri yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia," ujar Eko Irawan saat ditemui Okezone di Kota Malang, dikutip, Sabtu (17/8/2024).

Menariknya peristiwa nahas terjadi ketika dia pulang atau lepas tugas dari Pasuruan untuk kembali pulang ke Malang. Saat perjalanan pulang itulah Kiai Malik yang menyelinap hati-hati tertangkap oleh pasukan Belanda. Ia lantas dipenjara oleh pasukan sekutu, termasuk Belanda di dalamnya.

"Dia itu mau pulang dari Pasuruan, tertangkap di Buring yang makamnya di situ. Saat ditangkap itu beliau dipenjara diberondong tembakan tapi nggak apa-apa, nggak meninggal," tuturnya.

Bahkan siksaan yang diterima Kiai Malik bukanlah itu saja, ia juga digantung hidup-hidup di aliran Sungai Amprong, tapi Kiai Malik tak juga meninggal. Pria yang meninggal tahun 1949 ini bahkan sampai diseret dengan Jeep pun juga tak meninggal.

 

"Beliau ini sakti, sampai Belanda bingung mau dibunuh dengan cara apa. Akhirnya beliau ini dibunuh dengan ditembak pakai senapannya sendiri. Jadi beliau diminta mengarahkan senapannya ke mulut, terus ditembak sendiri, akhirnya meninggal," terangnya.

Dari sanalah akhirnya Letda Inf. KH. Malik meninggal pada 5 Januari 1949. Beliau pun akhirnya dimakamkan di tempat yang sekarang berada di timur Jalan Mayjen Sungkono, Kelurahan Buring, sekitar Jembatan Kedungkandang.

"Memang beliau ini tokoh agama, seorang ulama. Mungkin amalan - amalannya luar biasa, sehingga ya kesaktian di luar logika saat itu," tandasnya.

Topik Menarik