Kisah Perempuan Tangguh Indonesia Melawan Penjajah Belanda

Kisah Perempuan Tangguh Indonesia Melawan Penjajah Belanda

Nasional | okezone | Sabtu, 17 Agustus 2024 - 07:02
share

PERJUANGAN bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda bukan hanya dilakukan kaum pria, tapi banyak perempuan juga berperan besar dalam perjuangan. Mungkin hanya sebagian kecil saja sekarang dikenal publik, tapi sesungguhnya ada begitu banyak wanita tangguh berjuang tanpa pamrih.

Beberapa pahlawan perempuan terkenal di Tanah Air adalah Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Laksamana Keumalahayati, Raden Ajeng Kartini, Fatmawati, Dewi Sartika, Rasuna Said, dan lainnya. Kemudian ada juga pasukan wanita Pangeran Diponegoro.

Nama-nama perempuan seperti Raden Ayu Serang atau Nyi Ageng Serang, ibu Pangeran Serang II, istri seseorang dari garis keturunan Wali Songo Sunan Kalijaga, serta Raden Ayu Yudokusumo, salah satu putri Sultan Hamengku Buwono I, yang menikah dengan seorang Bupati Mancanagara Yogya, turut andil melawan penjajah bersama para pejuang dan rakyat.

Peter Carey pada "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1825" juga mengisahkan bagaimana perjuangan Nyi Ageng Serang konon juga merupakan perempuan pertama yang memimpin pasukan berkekuatan 500 orang di sekitar Serang, Demak.

Saat itu putranya Pangeran Serang II menyerang posisi - posisi Belanda di Pantai Utara, pada Agustus - September 1825. Bahkan konon Raden Ayu Serang ini konon memiliki kesaktian yang diperoleh setelah banyak bertapa di gua - gua di pantai selatan Jawa.

Perempuan yang sezaman dengan Nyi Ageng Serang adalah Raden Ayu Yudokusumo. Ia konon dikenal memiliki kecerdasan dengan tingkat tinggi, dengan siasat yang luar biasa, ia menjadi otak dari serangan atas komunitas Tionghoa di Ngawi, pada 17 September 1826. Dimana pusat pertahanannya di Muneng, kabupaten suaminya di timur Kali Madiun.

Ia kemudian turut bergabung dengan pasukan Raden Sosrodilogo di Jipang Rajekwesi antara November 1827 dan Maret 1828.

Tak hanya itu kaum perempuan saja, di Ngawi dan pos cukai terdekat di Kudur Brubuh, Bengawan Solo, seorang perempuan peranakan berperan penting dalam membentuk pasukan keamanan setempat menyusul manuver Raden Ayu Yudokusumo.

Para wanita di desa - desa sekitar Yogyakarta juga konon telah menyiapkan bubuk mesiu, untuk bersiap menghadapi musuh. Para perempuan juga membawa barang berharga ke medan laga, dengan mengenakan seragam tempur seperti pria, konsisten dengan apa yang dilakukannya.

Topik Menarik