Kisah Fatmawati Berurai Air Mata Jahit Sang Saka Merah Putih

Kisah Fatmawati Berurai Air Mata Jahit Sang Saka Merah Putih

Nasional | okezone | Sabtu, 17 Agustus 2024 - 05:08
share

JAKARTA - Fatmawati punya peran penting dalam  proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya menjalankan perannya sebagai istri untuk mendukung penuh Soekarno, dia juga terlibat langsung dengan menjahit Sang Saka Merah Putih dengan mesin jahit tangan.

Kala itu, Fatmawati tidak diizinkan menggunakan mesin jahit kaki karena keadaannya yang sedang hamil besar. Saat proses menjahit bendera bersejarah tersebut, air mata Fatmawati tak terbendung. Dia menangis terharu akhirnya cita-cita rakyat Indonesia untuk merdeka akan segera terwujud.

Selama ini banyak masyarakat yang salah kaprah mengenai sejarah pembuatan bendera merah putih pertama. Nyatanya, Sang Saka Merah Putih tidaklah dibuat dari kain seprai dan kain milik penjual soto.

Pembuatan bendera pertama dilaksanakan atas kehendak Jepang yang memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Fatmawati memperoleh kain tersebut dari Chaerul Basri, kepala barisan propaganda Jepang. Kain tersebut merupakan kain katun halus yang diambilnya dari gudang yang terletak di Jalan Pintu Air.

Saat proses penjahitan, Ibu Fatmawati mengiringi proses tersebut dengan air mata. Namun, air mata yang dimaksud bukanlah air mata kesedihan, melainkan air mata haru.
Sukmawati, putri keempat Soekarno, bercerita mengenai proses pembuatan bendera merah putih oleh ibunya.

Saat itu, Fatmawati merasa gembira karena Indonesia terbebas dari penjajah. Hal itu membuat dirinya begitu bersemangat dalam menjahit bendera merah putih sehingga tak mampu menahan air matanya karena terharu.

Setelah Belanda kembali menguasai Jakarta pada 1946, Sang Saka Merah Putih dibawa ke Yogyakarta dalam koper Soekarno.

Saat terjadi Agresi Militer Belanda, Sang Saka Merah Putih terpaksa dipotong dua. Lalu, diberikan kepada Husein Mutahar sang ajudan Soekarno sekaligus pencipta lagu Syukur dan Hari Merdeka. Husein Mutahar ditugaskan untuk mengamankan Bendera Merah Putih.

Saat Agresi Militer, Husein Mutahar harus menjaga Sang Saka Merah Putih hingga rela bertaruh nyawa. Meski sempat ditangkap dan butuh usaha keras untuk melarikan diri dari tentara Belanda, H. Mutahar akhirnya berhasil membawa Sang Saka Merah Putih kembali ke Jakarta.

Sesampainya di Jakarta, pembentuk Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang pertama ini menjahit kembali Sang Saka Merah Putih yang terpotong. Setelah itu, bendera diberikan pada Soedjono selaku orang kepercayaan Soekarno. Soedjono pun membawa Sang Saka Merah Putih pada Soekarno, yang berada dalam pengasingan di Bangka.

 

Kondisi Bendera Pusaka Kini

Lantaran termakan usia, Sang Saka Merah Putih pun rapuh. Oleh sebab itu, sejak 1968, bendera yang dinaikkan di Istana Negara adalah Bendera Pusaka tiruan yang terbuat dari kain sutra.

Bendera Pusaka pertama ini dikibarkan selama 15 tahun sampai tahun 1984. Selanjutnya, pada 1985 yang dikibarkan pada Peringatan Kemerdekaan Indonesia adalah Bendera Pusaka kedua, hingga 2014. Sementara, Bendera Pusaka ketiga dikibarkan dari 2015 hingga sekarang.

Sementara, Sang Saka Merah Putih yang asli kini telah disimpan rapi di dalam Istana Negara. Bendera buatan ibu negara pertama ini tak boleh lagi dikibarkan serta dilindungi sedemikian rupa agar bukti Proklamasi Indonesia 1945 itu tidak rusak.

Topik Menarik