Mengenal Pohon Geronggang yang Punya Jasa Besar Bagi Masyarakat Bengkalis
JAKARTA - Pohon Geronggang merupakan sebuah tanaman lokal di lahan gambut. Tumbuhan ini mampu bertahan dari cuaca panas, kering, tanah dengan tingkat kesuburan rendah, dan perubahan musim yang ekstrem.
Kabupaten Bengkalis yang memiliki gambut terluas di Riau menjadi habitat paling sesuai untuk pohon geronggang. Bagi masyarakat Bengkalis, tumbuhan geronggang sudah menjadi bagian hidup mereka.
Pohon Geronggang memang sudah ada di Bengkalis sejak zaman dahulu. Tumbuhan ini dimanfaakan masyarakat bengkalis dari berbagai aspek, seperti aspek ekonomi dan sosial. Padahal manfaat ekologinya jauh lebih besar kata Pak Solihin, Ketua LSM-IPMPL.
Manfaat utama tumbuhan Geronggang terletak pada aspek ekologi. Rochmayanto dan Novriyanti (2019) menyatakan bahwa tumbuhan Geronggang merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh kembali pada lahan bekas kebakaran dan memiliki akar lateral yang jauh di dalam tanah.
Bahkan, penanaman tumbuhan geronggang juga menjadi salah satu upaya mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Kondisi tegakan pohon ini terjaga yaitu jarak tanam 2x3 m (Junaedi, 2014).
Hal ini mampu menjaga kelembaban lahan gambut. Akar pada tumbuhan geronggang mampu menyimpan air lebih banyak sehingga kelembapannya sangat tinggi dan sifat lahan gambut dapat kembali.
Sifat geronggang dan pertumbuhannya yang relatif cepat menjadikan jenis ini cocok digunakan untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan gambut (Junaedi, 2019).
Potensi yang dimiliki pohon geronggang membuat masyarakat Bengkalis memanfaatkannya dalam bidang ekonomi. Saat ini kayu dari jenis ini sudah dimanfaatkan secara lokal oleh masyarakat Riau untuk cerocok dan bahan bangunan.
DPR: Judi Online Bukan Sekadar Kriminalitas tapi Ancaman Serius Kemiskinan Struktural!
Untuk kayu cerocok, geronggang bisa dipanen apabila memiliki batang yang berdiameter lebih dari 8cm. Kemungkinan geronggang baru mulai dapat dipanen pada umur empat tahun. Sedangkan pemanenan kayu untuk serat baru bisa dilakukan pada umur lebih dari tiga tahun, dan untuk pertukangan baru bisa dipanen pada umur lebih dari sepuluh tahun. Kemudian untuk kayu serat, diameter kayu lebih dari lima cm sudah bisa dimanfaatkan. Sementara itu, untuk pertukangan memerlukan kayu berdiameter lebih besar yakni di atas 20 cm ujar Pak Yapis, salah satu pekerja di pusat budidaya Geronggang.
Di sisi lain geronggang juga memiliki kualitas sebagai bahan baku pulp (Aprianis dkk, 2018).
Hal ini menjadikan tumbuhan ini menjadi substitusi bagi jenis Acacia crassicarpa bagi industry pupl dan kertas karena dapat tumbuh subur di lahan gambut.
Geronggang juga menjadi salah satu tanaman lokal yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat secara tradisional.
Kulit batang geronggang bergetah, dan getahnya digunakan untuk perawatan luka dan gatal pada kulit tambah Warga sekitar.
Beberapa penelitian kandungan fitokimia membuktikan bahwa geronggang kaya akan kandungan flavonoid (Jusoh dkk, 2013), tannin, saponin (Yusro, 2010) dan 3 jenis kuinon, visimione, visiakuinon, dan 1,8-dihydroxy-3-methoxy-6-methyl anthrakuinon (Mian, 2007). Beberapa kandungan fitokimianya memiliki sifat antibakteri (Syam et al, 2014).
Berdasarkam hasil penelitian Yusro (2010), flavonoid memiliki sifat anti-virus, antimikroba, anti-inflamasi dan penyembuhan perdarahan kapiler ubkutan.
Sedangkan saponin memiliki fungsi sebagai imunostimulan yang dapat merangsang sistem kekebalan dalam tubuh. Pemanfatan geronggang oleh masyarakat Bengkalis sebagai obat tradisional dilakukan berdasarkan resep turun-temurun.
Bahan-bahannya terdiri dari kulit geronggang, belerang, kunyit, minyak goreng bersih, dan kencur. Keberadaan pohon geronggang di lahan gambut Bengkalis berjasar besar bagi masyarakat lokal.
Putri Selaras, Mahasiswa Universitas Islam Riau aktivis Pers Mahasiswa Aklamasi.