Ada Masjid Keramat, Begini Sejarah Asal-usul Kampung Bandan Jakarta
MENGULAS sejarah asal usul Kampung Bandan, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Ada beberapa versi terkait kampung yang terletak di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa ini.
Versi pertama adalah saat Jan Pieterszoon Coen menaklukan Pulau Banda di Maluku pada 1621 Masehi, dan terjadi pembantaian massal oleh pasukan pemimpin VOC. Sementara orang Pulau Banda yang selamat dibawa ke Batavia (Jakarta sekarang) untuk dijadikan budak dan ditempatkan di Kampung Bandan.
Kemudian pada tahun 1682, para budak penghuni Kampung Bandan memberontak melawan VOC di Marunda, tetap gagal karena kalah kekuatan senjata. Akhirnya para budak itu dikirim oleh VOC ke Srilanka yang juga menjadi wilayah koloni Belanda.
Pada versi keduanya, kata Banda dalam bahasa Jawa berarti diikat. Maksudnya adalah sebuah peristiwa yang sering dilihat oleh warga Jakarta pada zaman pendudukan Jepang.
Kali itu orang jepang sering membawa pemberontak dengan tangan terikat melewati Kampung Banda ini untuk dieksekusi di kawasan Ancol.
Dan versi ketiga ini adalah pengucapan dari kata pandan. Konon dulunya Kampung Bandan ini dipenuhi dengan pohon pandan, sehingga masyarakat setempat menyebutnya Kampung Pandan. Namun berubah jadi Kampung Bandan.
Sejarah Masjid Keramat Kampung Bandan
DI Kampung Bandan terdapat satu masjid bersejarah yang menjadi saksi bisu awal penyebaran Islam di pesisir Jakarta khususnya di wilayah Ancol. Masjid bernama Al Mukarromah Makam Keramat Kampung Bandan menjadi tempat peristirahatan terakhir tiga ulama penyebar agama Islam yang kini dikeramatkan.
Ketiga ulama tersebut yakni, Habib Mohammad Bin Umar Al-Qudsi yang wafat pada 1118 hijriah atau 1697 masehi dan Habib Ali Bin Abdurrahman Baalawi pada 1122 hijriah atau 1701 masehi. Mereka berdua berasal dari Hadramaut, Yaman yang berlayar menuju kepulauan Nusantara mulai dari Aceh hingga Batavia.
Setelah kedua Habib tersebut wafat, ratusan tahun kemudian terjadi kevakuman di kawasan makam keramat itu. Di momen-momen tersebut lah datang Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri, seorang ulama yang rutin berdakwah di Batavia.
Hingga kini masjid tersebut berdiri kokoh. Masyarakat sekitar juga masih menggunakan masjid itu untuk beribadah.