Universitas di Bandung, Tempat Kuliah Soekarno dan Tokoh Nasional
BANDUNG, iNews.id - Kota Bandung, salah satu kota tujuan melanjutkan pendidikan terutama perguruan tinggi. Di kota berjuluk Parijs van Java ini, berdiri sejumlah perguruan tinggi favorit dan bergengsi baik negeri maupun swasta.
Sebut saja, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Universitas Kristen Maranatha, dan Universitas Parahyangan.
Kemudian, Universitas Telkom (Tel-U), Universitas Ilmu Komputer (Unikom), Universitas Pasundan, Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Langlang Buana (Unla), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Perguruan tinggi di Kota Bandung menjadi tujuan lulusan SMA dari seluruh Indonesia. Bahkan tidak sedikit warga dari wilayah Timur Indonesia, seperti Maluku, Papu, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menimba ilmu di Kota Bandung.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai ikut universitas di Bandung:
1. Institut Teknologi Bandung (ITB)
Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jalan Ganesa, Kota Bandung, merupakan sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia yang didirikan pada 3 Juli 1920. Dikutip dari ITB.ac.id , saat itu, ITB masih bernama de Techniche Hoogeschool te Bandung (TH).
Perguruan tinggi teknik yang kala itu berdiri di atas seluas 30 hektare di Kota Bandung, dikelola pemerintah kolonial Belanda. Saat itu hanya terdapat satu fakultas, yaitu, de Faculteit van Technische Wetenschap dan jurusan de afdeeling der We gen Waterbouw.
Pendirian perguruan tinggi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang semakin terbatas pada masa kolonial Belanda akibat pecahnya Perang Dunia I.
De Techniche Hoogeschool te Bandung resmi dibuka untuk tahun kuliah 1920-1921. Kala itu, terdaftar 28 mahasiswa TH dengan hanya dua orang Indonesia.
Kabinet Besar, Efisiensi Wajib?
Sementara itu, jumlah dosen pada 1922 hanya 12 orang Guru Besar. Empat tahun kemudian tepatnya 4 Juli 1924, insinyur pertama dari TH sebanyak 12 orang.
Status TH dari saat dibuka sampai 1924 adalah bijzondere school, yang kemudian berganti status dari swasta menjadi instansi pemerintah.
Pada Dies ke-6 pada 3 Juli 1926, dari 22 kandidat insinyur, yang lulus berjumlah 19 orang dengan empat di antaranya pribumi Indonesia.
Pada 1926 itu lah untuk pertama kali TH Bandung menghasilkan insinyur orang Indonesia. Satu dari empat insinyur tersebut adalah Ir Soekarno yang kelak menjadi proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia.
Saat pendudukan Jepang, pada 1944-1945, TH berubah nama menjadi Bandung Kogyo Daigaku (BKD) dan menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung setelah Indonesia merdeka.
Selanjutnya pada 1946, sempat berpindah ke Yogyakarta dengan sebutan STT Bandung. Kampung yang sempat ditempai STT Bandung menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pada 21 Juni 1946, terjadi perubahan nama menjadi Universiteit van Indonesie di bawah kendali NICA dengan Faculteit van Technische Wetenschap dan Faculteit van Exacte Wetenschap.
Setelah itu pada 1950-1959 menjadi bagian dari Universitas Indonesia untuk Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam. Pada 2 Maret 1959, de Techniche Hoogeschool te Bandung kembali berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung atau ITB.
ITB mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan Indonesia. Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan proklamasi kemerdekaan serta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia.
Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, ITB lahir dalam suasana penuh dinamika, mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
Selain Soekarno, tokoh nasional yang pernah kuliah di ITB adalah, Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Hatta Rajasa, Pramono Anung, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Kini ITB yang dipimpin Rektor Prof Reini Wirahadikusumah PhD, memiliki kampus di Jalan Ganesa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung; Jatinangor, Kabupaten Sumedang; dan Kota Cirebon.
Prof Reini Wirahadikusumah PhD. adalah rektor wanita pertama di ITB untuk periode 2020-2025 yang melanjutkan kepemimpinan Prof Dr Ir Kadarsah Suryadi DEA sebagai rektor Institut Teknologi Bandung periode 2015-2020.
2. Universitas Padjadjaran (Unpad)
Universitas Padjadjaran (Unpad), perguruan tinggi negeri bergengsi di Kota Bandung. Dikutip dari Unpad.ac.id , Unpad berdiri pada 11 September 1957, dengan lokasi pertama kampus di Jalan Dipatiukur, Kota Bandung.
Unpad merupakan almamater mantan Menteri Kehakiman dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Mochtar Kusumaatmadja. Nama Prof Mochtar Kusumaatmadja kini diabadikan sebagai nama jalan layang atau flyover di Kota Bandung.
Pada 1950-an, di Bandung telah ada perguruan tinggi, yaitu Fakultas Teknik dan Matematikan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), cikal bakal Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan bagian dari Universitas Indonesia (UI) dan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG).
Namun, masyarakat menghendaki sebuah universitas negeri yang menyelenggarakan pendidikan dari berbagai disiplin ilmu. Perhatian pemerintah daerah dan pemerintah pusat sangat besar terhadap perlu universitas negeri di Bandung, terutama setelah Bandung dipilih sebagai kota penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.
Karena itu, pada 4 Oktober 1956, pemerintah membentuk Panitia Pembentukan Universitas Negeri (PPUN) di Kota Bandung. Pembentukan PPUN tersebut berlangsung di Balai Kota Bandung.
Pada rapat kedua, 3 Desember 1956, panitia membentuk delegasi yang terdiri dari Prof Muh Yamin, Mr Soenardi, Mr Bushar Muhammad, dan beberapa tokoh masyarakat Jawa Barat lainnya.
Tugas delegasi adalah menyampaikan aspirasi rakyat Jawa Barat tentang pendirian universitas negeri di Bandung kepada Pemerintah, DPR Kabupaten dan Kota Besar Bandung, Gubernur Jawa Barat, Presiden UI, Ketua Parlemen, Menteri PPK, bahkan kepada Presiden Republik Indonesia.
Delegasi berhasil melaksanakan tugas dengan baik, sehingga pemerintah melalui SK Menteri PPK Nomor 11181/S tertanggal 2 Februari 1957, memutuskan membentuk Panitia Negara Pembentukan Universitas Negeri (PNPUN) di Kota Bandung.
Pada 25 Agustus 1957, dibentuk Badan Pekerja (BP) dan PNPUN tersebut yang diketuai oleh R Ipik Gandamana, Gubernur Jawa Barat BP dibentuk dengan tujuan untuk mempercepat proses kelahiran UN tersebut.
Hasil dari BP adalah lahirnya Universitas Padjadjaran (Unpad) pada hari Rabu 11 September 1957, dikukuhkan berdasarkan PP No. 37 Tahun 1957 tertanggal 18 September 1957 (LN RI No. 91 Tahun 1957).
Nama Padjadjaran diambil dari nama Kerajaan Sunda, yaitu Kerajaan Padjadjaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi atau Prabu Dewantaprana Sri Baduga Maharaja di Pakuan Padjadjaran (1473-1513 M).
Nama ini paling terkenal dan dikenang oleh rakyat Jawa Barat karena kemashuran sosoknya di antara raja-raja lain di Tatar Sunda ketika itu. Saat berdiri, Unpad terdiri atas empat fakultas, yaitu, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ekonomi (keduanya berawal dari Yayasan Universitas Merdeka di Bandung), Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan (FKIP, penjelmaan dari PTPG di Bandung), dan Fakultas Kedokteran.
Saat ini, kampus utama Unpad berada di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Kampus Unpad di Jatinangor berdiri sejak 1983. Kini, Unpad dipimpin oleh Rektor Prof Dr Rina Indiastuti SE MSIE dengan masa jabatan periode 2019-2024.
Sedangkan kampus di Jalan Dipatiukur, Kota Bandung digunakan untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis S-2 dan S-3. Selain itu, untuk kegiatan lain, seperti wisuda, pengukuhan guru besar, dan sumpah profesi.
Unpad telah melaksanakan otonomi PK BLU sejak 15 September 2008, dan kini memperoleh mandat untuk meningkatkan otonomi menjadi PTN Badan Hukum.
Kepercayaan pemerintah memberikan mandat kepada Unpad menjadi PTN Badan Hukum merupakan buah dari perjuangan panjang para pengelola Unpad menjaga kualitas serta prestasi para mahasiswa di tingkat nasional dan internasional.
3. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung berdiri sejak 20 Oktober 1954 berkampus di Jalan Setiabudi, Kota Bandung. Dikutip dari upi.edu , UPI berawal dari sebuah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran Mr Muhammad Yamin.
Di sinilah untuk pertama kalinya para pemuda mendapat gemblengan pendidikan guru pada tingkat universitas. Pada periode 1958 hingga 1963, PTPG Bandung menjadi bagian dari Universitas Padjadjaran (Unpad).
Saat itu, UPI Bandung menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unpad berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 40718/S tanggal 25 November 1958.
Pada 1 Mei 1963, FKIP Unpad berubah menjadi IKIP Bandun berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 tahun 1963, yang melebur FKIP dan IPG menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sebagai satu-satunya lembaga pendidikan guru tingkat universitas.
Seiring kebijakan pemerintah di bidang pendidikan tinggi yang memberikan perluasan mandat bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), IKIP Bandung diubah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui Keputusan Presiden RI Nomor 124 tahun 1999 tertanggal 7 Oktober 1999.
Pada 28 Februari 2014, UPI berubah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014, tentang Statuta Universitas Pendidikan Indonesia.
4. UIN SGD Bandung
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung dulu bernama IAIN Sunan Gunung Djati berdiri pada 8 April 1968 berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 Tahun 1968.
UIN SGD adalah perguruan tinggi negeri berbasis Islam dengan kampus pertama di Jalan AH Nasution, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung.
Nama Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah diambil dari tokoh Walisongo, penyebar agama Islam di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat.
Kehadiran IAIN Sunan Gunung Djati Bandung merupakan hasil perjuangan para tokoh umat Islam Jawa Barat. Pada 1967, sejumlah tokoh masyarakat, alim ulama, dan cendekiawan muslim Jawa Barat yang diprakarsai oleh KH Anwar Musaddad, KH A Muiz, KH R Sudja\'i, dan Arthata dengan persetujuan gubernur Jawa Barat, mereka membentuk Panitia Perizinan Pendirian IAIN di Jawa Barat.
Panitia tersebut kemudian disahkan oleh Menteri Agama RI melalui SK-MA No. 128 Tahun 1967. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 Tahun 1968, secara resmi berdiri IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Berbekal SK Menteri Agama tersebut, panitia membuka 4 Fakultas: Syari\'ah, Tarbiyah, Ushuluddin di Bandung, dan Tarbiyah di Garut. IAIN Sunan Gunung Djati Bandung terdiri dari Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syari\'ah, Fakultas Tarbiyah di Bandung, sementara Fakultas Syari\'ah dan fakultas lain yang berlokasi di Jalan Lengkong Kecil Nomor 5.
Pada 1973, IAIN Sunan Gunung Djati pindah ke Jalan Tangkuban Parahu No. 14. Pada 1974, IAIN Sunan Gunung Djati pindah ke Jalan Cipadung, sekarang Jalan AH Nasution.
Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 57 Tahun 2005 tanggal 10 Oktober 2005, IAIN SGD berubah statusnya menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Selain kampus di Jalan AH Nasution, UIN SGD kini memiliki kampus di Jalan Soekarno-Hatta, tepat berada di samping kanan Markas Polda Jabar.
5. Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung
Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, dikutip dari go.stp-bandung.ac.id, dahulu dikenal dengan nama NHI (baca: eNHai) dengan kampus di Jalan Setiabudi, Kota Bandung. Cikal bakal STP Bandung, bermula dari didirikannya Sekolah Kejuruan Perhotelan (SKP) pada 1959 yang merupakan sekolah kejuruan menengah di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud).
Pada 1962 sekolah ini berubah menjadi Sekolah Kejuruan Perhotelan dan Perestoranan (SKPP) di bawah Departemen Perhubungan Darat. Pada 11 Maret 1963, didirikan Akademi Perhotelan dan Perestoranan (APP) dengan lama pendidikan 3 tahun sebagai kelanjutan dari SKP.
Kemudian, pada 8 Maret 1965, APP berubah nama menjadi Akademi Perhotelan Nasional (APN), yang merupakan pendidikan tinggi pertama di Indonesia dalam bidang perhotelan.
Departemen Perhubungan menggabungkan APN dan SKPP menjadii Pusat Pendidikan Kepariwisataan (PUSDIKPAR) pada 7 Maret 1967. Selanjutnya, pada 6 Januari 1970, berubah kembali menjadi Akademi Perhotelan Nasional (APN).
21 Juli 1973, APN berubah nama menjadi National Hotel Institute (NHI) atau Pusat Pendidikan Perhotelan, karena pada tahun itu Pemerintah Indonesia mengadakan kerja sama dengan pemerintah Swiss dalam bidang pendidikan perhotelan.
Saat itu, sistem pendidikan yang digunakan adalah program diploma I, II dan III. Nama institusi ini (NHI) masih dikenal khalayak ramai hingga saat ini.
Sejalan dengan kebutuhan tenaga kerja di bidang pariwisata, NHI dikembangkan menjadi National Hotel & Tourism Institute (NHTI) dengan penambahan jurusan pada Jurusan Usaha Perjalanan (Tours and Travel) dan Bina Wisata (Tourism Management) pada 21 Juli 1979.
Pada 11 November 1981, NHTI berubah menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata Bandung (BPLP Bandung) yang bernaung di bawah Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan pariwisata di Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.101 tahun 1993 yang dikeluarkan pada 1 November 1993, BPLP Bandung berubah menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) dengan penambahan pendidikan Diploma IV.
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 59/P/2011 tanggal 18 Oktober 2011 tentang Penunjukan Pejabat Menteri, bahwa Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) mengalami perubahan menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KemenParekraf).
6. Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
Kampus ISBI Bandung berada di Jalan Buahbatu, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. Dikutip dari isbi.ac.id , ISBI bandung berawal dari aspirasi masyarakat Jawa Barat yang menghendaki lembaga pendidikan tinggi seni tari di Bandung.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota-madya Bandung nomor 5539/68, tanggal 31 Maret 1968 di Bandung didirikan Konservatori Tari (KORI) yang pengelolaannya ada di bawah Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung.
Atas meningkatnya animo masyarakat dan besarnya perhatian pemerintah, KORI ber-upaya agar keberadaannya dapat diakui sebagai lembaga formal. Lewat kesepakatan antara Dirjen Kebudayaan Kantor Daerah Kodya Bandung, Pemerintah Kodya Bandung, Inspektorat Pendidikan Kesenian Jawa Barat, dan Direktur Akademi Seni Tari Indonesia di Yogyakarta, lahirlah Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 016/A.I/1970 tentang Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung yang merupakan kelas jauh ASTI Yogyakarta.
Dengan demikian, sejak 27 Februari 1971, Konservatori Tari berubah menjadi Akademi Seni Tari Indonesia Jurusan Sunda di Bandung.
Pada 1976, ASTI Jurusan Sunda di Bandung berada dalam pembinaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Depdikbud bersama perguruan tinggi lainnya.
ASTI Bandung menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 59 Tahun 1995. Saat itu, STSI Bandung terdiri dari jurusan Tari, Karawitan, Teater, dan Seni Rupa Pertunjukan.
Pada 13 Januari 2011 terbentuklah Program Studi Seni Rupa Murni jenjang Diploma III (D-3). Kemudian menyusul Prodi Rias dan Busana jenjang Diploma IV (D-4) berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 141/E/O/2012 tanggal 4 April 2012 tentang penyelenggaraan program Studi Televisi dan Film jenjang Diploma IV (D-4) pada STSI Bandung.
Program Studi Angklung dan Musik Bambu Jenjang Diploma IV (D-4), berdasarkan Kemendikbud Republik Indonesia, Nomor : 149/E/O/2012, tanggal 27 April 2012. Selanjutnya pada tahun Akademik 2012/2013 secara resmi menerima mahasiswa baru angkatan pertama.
Beralihnya status STSI menjadi ISBI adalah bagian dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan (MP3EI) untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan tinggi, sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan khususnya Seni Budaya.
Perubahan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung menjadi Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung sesuai Perpres Nomor 86 Tahun 2014 tanggal 25 Agustus 2014 ditandatangani dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.