Mengenal Wangsa Rajasa, Darah Yang Menurunkan Para Raja Majapahit
MOJOKERTO, iNewsMojokerto.id - Para raja Majapahit sejak Prabu Wijaya diturunkan dari satu keluarga. Darah keturunan para raja Majapahit ini adalah silsilah panjang yang menyimpan banyak kisah.
Silsilah para raja Majapahit sejak awal pembangunan hingga masa keruntuhan tidak dikuasai oleh wangsa atau keturunan yang tidak segaris. Dengan kata lain, sejak awal berdiri hingga masa runtuhnya, para penguasa Majapahit adalah satu keluarga atau dinasti.
Meski mengalami pasang surut serupa kerajaan-kerajaan besar dunia lainnya, fakta tersebut penting untuk dicermati. Sebab sebuah kerajaan besar yang berdiri cukup lama rawan mengalami perpecahan dari dalam anggota kerajaan sendiri.
Akibatnya, kerajaan menjadi mungkin dipimpin oleh lebih dari satu dinasti. Biasanya itu disebabkan oleh perang saudara.
Namun, kerajaan Majapahit berhasil mempertahankan penguasaan wangsanya sejak awal berdiri. Pada masa keruntuhan, salah satu pemicunya adalah perang saudara yang dikenal dengan Paregreg.
Namun, banyak sejarawan berpendapat Paregreg tidak menjadi pemicu utama. Hingga hari ini penyebab pasti lenyapnya kerajaan yang muncul pada akhir abad 13 itu belum terungkap.
Dinasti atau dikenal pula dengan istilah wangsa yang menguasai Majapahit dikenal dengan nama wangsa Rajasa. Wangsa Rajasa adalah darah yang dimulai jauh sebelum Majapahit dibangun.
Siapakah Pendiri Wangsa Rajasa?
Wangsa Rajasa muncul pada masa Singhasari. Wangsa Rajasa adalah keluarga yang juga menurunkan para raja Singhasari.
Pendiri wangsa Rajasa adalah Ken Arok. Tokoh yang cukup problematik dalam sejarah kerajaan Singhasari ini memulai hadirnya wangsa Rajasa sebagai keluarga yang menurunkan para raja.
Ken Angrok adalah tokoh yang asal usulnya misterius. Ia sendiri bukanlah keturunan seorang penguasa.
Nama wangsa Rajasa pun diambil dari gelar Ken Angrok kala memimpin Singhasari. Gelar yang tersemat yaitu Sri Ranggah Rajasa.
Kisah Pendiri Wangsa Rajasa Menurut Pararaton
Menurut versi Pararaton, Ken Angrok dikenal sebagai putra Gajah Para, dari desa Campara (wilayah Blitar). Ibunya adalah seorang wanita desa Pangkur bernama Ken Ndok.
Ia lahir pada 1182 di masa Kerajaan Kediri, sebelum Singhasari. Saat lahir, dikisahkan ayah Ken Angrok telah tiada.
Nama Gajah Para kemungkinan adalah nama jabatan. Artinya, ada kemungkinan keluarga Ken Angrok adalah salah satu punggawa kerajaan Kediri.
Kisah Ken Angrok dalam Pararaton diungkap dengan cukup kontroversial. Hal itu tampak dimulai karena gejolak yang terjadi di Kerajaan Kediri.
Saat bayi ia dibuang di sebuah pemakaman. Bayi Ken Angrok ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Ken Angrok pun tumbuh menjadi pencuri dan penjudi. Hingga suatu hari pertemuannya dengan seorang brahmana bernama Lohgawe mengubah hidupnya.
Lohgawe memasukkan Ken Angrok bekerja pada Tunggul Ametung, seorang akuwu di bawah kerajaan Kediri. Dari situlah pertemuan Ken Angrok dengan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, bermula.
Ken Angrok pada akhirnya merebut kekuasaan Tunggul Ametung sekaligus Ken Dedes. Dari pernikahan Ken Angrok dan Ken Dedes inilah lahir para raja Singhasari hingga menurunkan Kertarajasa atau Prabu Wijaya, dan para penerus Majapahit.