Gawat! Indonesia Darurat LIterasi

Gawat! Indonesia Darurat LIterasi

Terkini | mojokerto.inews.id | Jum'at, 22 November 2024 - 18:40
share

KENDARI, iNewsMojokerto.id - Anggota Komisi X DPR RI, dr Gamal Albinsaid menyebut jika bangsa Indonesia sedang mengalami krisis literasi. Bahkan pria yang terpilih lewat Dapil Jatim V tersebut tak segan membeberkan sejumlah data hasil riset serta pengalamannya langsung.

Hal itu diungkap Gamal usai Kunjungan Kerja Badan Legislasi ke kantor Gubernur Sulawesi Tenggara. Saat menuju bandara Haluoleo Kendari dia melihat ada Pojok Baca Digital.

"Namun, sayangnya hampir 2 jam saya mengerjakan berbagai tugas dan berbagai pekerjaan disini, tak satupun pengunjung bandara yang merapat ke Pojok Baca Digital tersebut. Ya, kita memang mengalami krisis literasi," ujarnya, Jum'at (22/11/2024).

Gamal kemudian membeberkan data dari UNESCO. yang menyatakan hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia memiliki minat baca. Laporan The World Most Literate Nation Ranking oleh CCSU meletakkan Indonesia di peringkat 60 dari 60 negara dalam urutan literasi.

"Hasil itu sejalan dengan skor PISA kita tahun 2022 yang berada di angka 359. Kita memiliki selisih 117 poin dari rata-rata negara OECD yang memiliki skor rata-rata 476," tegasnya.

Menurut dia rendahnya literasi dan minat baca anak-anak Indonesia tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya aksesibilitas, overuse of technology, dan budaya literasi. 

"Kita harus melakukan percepatan yang akseleratif dalam mengembangkan literasi Indonesia," tuturnya.

Yang pertama, jelas Gamal harus mengubah mindset bukan lagi menggelontorkan anggaran besar untuk membangun perpustakaan baru. Melainkan harus lebih menghadirkan perpusatakaan di ruang-ruang sendi kehidupan bermasyarakat. Mulai pasar, terminal, pesawat, bis, kereta api, penjara, cafe, mall, dan lain sebagainya.

 

Kedua, harus melakukan sebuah gerakan literasi yang luwes dan lugas. "Misalkan mewajibkan seluruh siswa membaca 15-30 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai di pagi hari, serta mengintegrasikan literasi ke dalam pembelajaran. Bukan lagi sibuk dengan festival-festival literasi yang sifatnya ceremonial," cetusnya.

Ketiga, tambah dia harus dibangun budaya literasi dengan apresiasi atau penghargaan atas kemajuan literasi peserta didik. Yakni, membiasakan hadiah berupa buku, jadwal kunjungan rutin ke perpusatkaan, membiasakan dan menugaskan anak untuk membaca, melakukan kegiatan menulis setelah membaca atau meresume buku.

"Serta tidak mendominasi proses pembalajaran dengan menerangkan. Melainkan dengan memberikan ruang dan penugasan membaca, melaksanakan bedah buku secara rutin, serta melibatkan semua stakeholder dalam membangun tradisi membaca," imbuh anggota Fraksi PKS ini.

Topik Menarik