Di Depan Pendeta Marsel Saerang dan Aristo Pariadji, Ridwan Kamil Cerita Susahnya Salat di AS

Di Depan Pendeta Marsel Saerang dan Aristo Pariadji, Ridwan Kamil Cerita Susahnya Salat di AS

Terkini | inews | Sabtu, 23 November 2024 - 06:13
share

JAKARTA, iNews.id - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil (RK) bertemu dengan pendeta Marsel Saerang dan Aristo Pariadji di Hotel Gading Indah, Jakarta Utara, Jumat (22/11) malam. Di depan tokoh agama itu, RK bercerita tentang susahnya beribadah saat tinggal di luar negeri.

Ridwan Kamil awalnya bercerita bahwa dirinya pernah tinggal di Amerika Serikat dan Hongkong untuk mengenyam pendidikan. Ridwan Kamil memutuskan untuk pulang ke Indonesia lantaran ilmunya dianggap lebih bermanfaat untuk Indonesia.

"Waktu di Amerika pak pendeta, saya double minoritas, saya itu orang asia kemudian saya muslim. Mau salat mau ibadah susah pak, saya salat di basement, di kantor enggak ada mushola. Saya salat di dekat toilet, padahal dulu waktu saya di Indonesia mau salat di ruangan ada mushola, mau jumatan pasti di mana-mana," kata Ridwan Kamil, Jumat (22/11/2024).

Mantan Gubernur Jawa Barat itu kemudian mengaku merasa tak nyaman. Ia lantas berandai-andai jika dirinya menjadi pemimpin maka warganya tidak boleh merasakan apa yang dia rasakan.

"Sampai suatu hari dalam ketidaknyamanan batin itu saya berkata kepada diri saya sendiri, andai Tuhan menjadikan saya pemimpin kelak, perasaan tidak nyaman ini tidak boleh terjadi terhadap kaum minoritas di manapun," ungkapnya.

Ridwan Kamil mengungkap dirinya merupakan seorang calon Gubernur Jakarta yang pernah merasakan menjadi minoritas. Oleh karenanya, dia juga akan berjanji untuk membela kaum minoritas.

"Jadi saya di antara semua calon Gubernur yang pernah merasakan perasaan ini. Bedanya dibalik bapak ibu di sini, dengan perasaan yang mungkin kita terus akan lindungi, saya di negeri orang berbalik. Dan itu tidak nyaman pak Pendeta, makanya saya bela, dan inilah pembelaan saya," tuturnya.

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu lantas mencontohkan bagaimana dirinya membela kaum minoritas. Salah satunya ketika memimpin upacara 31 pemimpin organisasi radikal di Gedung Sate saat menjabat Gubernur Jawa Barat silam.

"Saya mengupacarakan 31 pemimpin radikal di Gedung Sate yang diupacarakan untuk kembali setia kepada NKRI, Pancasila dan Indonesia Raya, 31 pak tidak sedikit, tidak satu orang tidak dua orang. Itu butuh proses pak pendeta," ungkapnya.

"Maka, kepada yang terlalu keras saya biasanya merangkul bukan memukul, karena mereka punya hati, mereka punya jiwa kalau selalu dikerasi nanti kaya bola bekel mantulnya makin keras, mendingan saya rangkul dengan kesabaran seorang pemimpin," sambung Ridwan Kamil.

Topik Menarik