Prodi MPK IAKN Tarutung Gelar Diklat: Tingkatkan Kecerdasan Buatan AI untuk Kualitas Belajar

Prodi MPK IAKN Tarutung Gelar Diklat: Tingkatkan Kecerdasan Buatan AI untuk Kualitas Belajar

Terkini | medan.inews.id | Senin, 2 Desember 2024 - 14:00
share

Tarutung, iNewsMedan.id – Program Studi Manajemen Pendidikan Kristen (MPK) IAKN Tarutung sukses menyelenggarakan pelatihan bertema "Meningkatkan Kecerdasan Buatan AI Secara Bijak untuk Meningkatkan Kualitas Belajar" pada Sabtu (30/11/2024) lalu.

Kegiatan ini berlangsung di gedung MPK dengan tujuan memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pembelajaran yang lebih efektif.  

Acara ini menghadirkan narasumber inspiratif, Erika Christine Panggabean, M.M, seorang pakar yang memiliki pemahaman luas tentang penerapan AI di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Erika memberikan materi yang komprehensif, mulai dari pengenalan dasar teknologi AI hingga penerapannya dalam dunia pendidikan. 

Ia menyoroti pentingnya menggunakan AI secara bijak, mengintegrasikannya sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi proses belajar tanpa mengabaikan aspek kemanusiaan seperti kreativitas dan nilai-nilai moral. 

Pelatihan ini dipanitiakan oleh Anjelina Novita Pasaribu, mahasiswa semester V, yang bertanggung jawab mengoordinasi acara dan memandu jalannya diskusi. Anjelina memastikan pelatihan berjalan interaktif, dengan melibatkan peserta aktif dalam sesi tanya jawab.  

Salah satu momen menarik dalam diskusi adalah ketika Febrian Sinamo, seorang mahasiswa yang hadir, mengajukan pertanyaan: "Apa tantangan yang dihadapi oleh musisi atau komposer dengan adanya AI ini?".

 

Pertanyaan tersebut mengarahkan pembicaraan ke aspek seni dan kreativitas dalam konteks teknologi AI.  

Erika Christine Panggabean menjawab dengan menggarisbawahi beberapa tantangan yang dihadapi musisi dan komposer di era AI. Salah satunya adalah bagaimana AI dapat menciptakan musik melalui algoritma canggih, sehingga beberapa proses kreatif yang dulunya hanya bisa dilakukan manusia kini dapat diotomatisasi. 

Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi musisi dan komposer untuk menjaga keunikan, orisinalitas, dan sentuhan emosional dalam karya mereka.  

Namun, Erika juga menekankan bahwa AI seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai alat pendukung. Misalnya, AI dapat digunakan untuk menyusun komposisi awal, mengolah suara, atau mempercepat proses produksi musik. 

Musisi dan komposer ditantang untuk lebih inovatif, memanfaatkan AI untuk melengkapi, bukan menggantikan, kreativitas mereka.  

Acara ini memberikan wawasan yang kaya dan relevan tidak hanya untuk dunia pendidikan tetapi juga untuk bidang lain, termasuk seni dan budaya. Peserta diajak untuk melihat AI sebagai peluang, bukan ancaman, dengan fokus pada penggunaan teknologi secara bijak untuk meningkatkan kualitas hidup.  

Pelatihan ini diharapkan dapat membuka jalan bagi mahasiswa dan dosen untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, sekaligus menjaga nilai-nilai humanis dalam setiap inovasi yang dilakukan. 

Dengan kolaborasi antara teknologi dan kreativitas manusia tersebut, kualitas belajar dan berkarya dapat terus meningkat seiring perkembangan zaman.

Topik Menarik