Car Free Day: Ranah Perjuangan Bagi Pedagang

Car Free Day: Ranah Perjuangan Bagi Pedagang

Berita Utama | medan.inews.id | Senin, 18 November 2024 - 15:40
share

Oleh: Quisha Rahma Chandra

MEDAN, iNewsMedan.id - Jalanan yang setiap harinya selalu dipenuhi dengan kemacetan kendaraan, akhirnya pada hari Minggu berubah menjadi ruang publik yang segar dan bersih dari polusi udara dan asap kendaraan yang mengganggu. 

Hal ini terjadi karena program kegiatan Car Free Day oleh pemerintah kota Medan untuk memberikan waktu dan tempat bagi masyarakat Kota Medan berolahraga, bermain bagi anak-anak serta aktivitas jual beli. 

Setiap Minggu pagi pukul 6 hingga 10 pagi, jalanan sekitar paru-paru kota Medan, Lapangan Merdeka akan ditutup untuk Car Free Day dan dipenuhi oleh lautan manusia. Car Free Day pun telah menjadi agenda rutin yang dinantikan. 

Dibalik penantian CFD, tersimpan kisah perjuangan para pedagang yang menjadikan program ini sebagai ladang keuntungan. Masyarakat kota Medan seperti berbagi ruang publik di pusat kota sebegai pengunjung, pedagang, pihak keamanan, atau komunitas yang ingin berbagi kegiatan. 

Penggunaan ruang publik Car Free Day terlihat seperti dibagi secara adil. Bagi pengunjung, Car Free Day adalah momen untuk berolahraga, bersantai bersama keluarga, atau sekadar menikmati suasana kota yang lebih segar. Bagi komunitas, Car Free Day adalah waktu untuk berkumpul dan berinteraksi dengan lebih dekat satu sama lain. 

Namun, bagi para pedagang, Car Free Day adalah ajang pertaruhan untuk meraup keuntungan. Ternyata sering sekali dibalik ramai suara panggilan ajakan membeli pedagang, ada perjuangan yang besar oleh mereka agar dapat menghasilkan keuntungan yang sepadan. 

 

Mereka rela bangun pagi, membawa dagangan berat, dan bersaing ketat dengan pedagang lain untuk mendapatkan tempat yang strategis.  

Pemerintah Kota Medan tidak ada menetapkan peraturan khusus atau regulasi mengenai perdagangan sekitaran Car Free day karena dibebaskan dan diizinkan secara gamblang untuk masyarakat yang ingin berdagang di kawasan tersebut.

Seperti salah satu pedagang, Irwan mengatakan bahwa ia hanya mendapatkan informasi dai temannya dan mengecek lahan yang strategis untuknya berjualan lalu memastikan dirinya datang cepat agar mendapat lahan tersebut. 

“Saya dapat informasi dari kawan-kawan untuk bisa jualan disini, datang kemari terus cek-cek juga tempatnya, lalu ada peluangnya yauda saya jualan disini” ungkap Irwan, seorang pedagang lupis dan cenil di simpang Pajak Ikan Jalan Kereta Api Kesawan. 

“Tidak ada bayar untuk lahan, karena sepanjang jalan disini (depan Menara Mandiri) beda sama yang di seberang aturannya. Karena ibaratnya disini yang jalan ini, kayak yang dicari, lebih laris dibanding yang disana. Bahkan harus datang pagi-pagi subuh, karena datang jam 4 saja uda full tempatnya yang di sepanjang ini.” lanjutnya.

Hanya untuk 4 jam dan selama satu kali seminggu, banyak sekali pedagang yang berjuang datang ke Car Free Day demi menghasilkan rezekinya. Bahkan ternyata tidak jarang, terjadinya konflik antar pedagang karena permasalahan lahan yang strategis. 

“Harus datang pagi-pagi, jam 1 tengah malam atau minimal jam 3. Pernah saya sampai berebut ngeklaim sama pedagang lainnya, sampe agak berantam juga. Tapi ujungnya berbagi dan damai lah.” ungkap Fariz, pedagang ricebowl depan Menara Mandiri. 

Namun, sayangnya tidak ada penengah resmi seperti dari pihak keamanan atau satpol/pp yang menyelesaikan konflik tersebut karena waktu yang masih dini hari. Sehingga mereka antar pedagang berkepala dingin untuk berbagi lahan yang strategis tersebut dan berdamai.

 

Menurut pedagang bunga segar di seberang Stasiun Kereta Api Kesawan, Siska, bahwa di sepanjang jalan tersebut dikutipkan uang liar untuk penggunaan sepanjang lahan tersebut oleh oknum tertentu. 

Hal ini memberatkannya karena Siska datang sedikit siang dari pedagang lainnya sehingga hanya tersisa lahan yang kurang strategis di seberang stasiun. Siska juga mengalami konflik yang sama seperti Fariz dengan pedagang yang kesiangan dan menyatakan pendapat ada beberapa faktor menjadi pemicu utama konflik perebutan lahan di kawasan Car Free Day yaitu salah satunya, kurangnya pengaturan yang jelas dari pemerintah. 

Tanpa adanya aturan yang tegas mengenai pembagian lahan dagang, setiap pedagang merasa memiliki hak yang sama untuk berjualan di mana saja atau melakukan klaim berjualan di satu lahan yang strategis setiap minggunya.

Hal ini menunjukkan perlu dilakukan sosialisasi kepada para pedagang mengenai pentingnya menjaga ketertiban dan keamanan di kawasan Car Free Day. Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan fasilitas yang memadai bagi para pedagang, seperti tempat sampah, toilet, dan listrik. 

Car Free Day adalah program yang harus berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masayarakat. Tidak hanya sebagai pengunjung, namun juga pedagang. Bersama-sama, dari pemerintah dan masyarakat untuk saling membantu dan pengertian dalam mengatasi masalah yang ada seperti perebutan tempat jualan antara para pedagang.   

Topik Menarik