Parade Agung 14 Buku Filmis Elang Nuswantara
JAKARTA, iNewsMataram.id-Menerbangkan karya, membuanakan jiwa tanpa ketaksaan, jargon penguat langkah Elang Nuswantara untuk memajukan literasi budaya negeri dengan persembahan karya tulis yang dibukukan, layak dibaca, dijual, dimiliki, disyiarkan, dan diwariskan. Bukan sekadar terbit. Demikian yang disampaikan Kirana Kejora sebagai pendiri Elang Nuswantara.
Nguri-nguri budaya leluhur bisa dengan beragam cara dan wujud. Kembali komunitas penulis pencinta Nuswantara menggelar acara tahunan dalam rangka merayakan Bulan Bahasa dan Sastra di “Istana Literasi Rakyat” Auditorium Perpustakaan Nasional RI, pada 26 Oktober 2024, full house.
Sajian acara rancak bana, ada sharing session bersama 14 para wakil penulis buku antologi dan lima penulis buku solo. Juga beragam hiburan dari Generasi Alfa sampai Baby Boomer yang membuat suasana hangat, riang gembira, haru, lalu bisa jadi bahan perenungan.
Para penulis yang hadir juga banyak dari luar Jabodetabek, di antaranya Bengkulu, Pekanbaru, Semarang, Madiun, Malang, Sidoarjo, Sukabumi, Bandung, Kuningan.
Bazar buku dan produk para creativepreneur turut meramaikan acara dan lumayan menjadi oase baru bagi para pelaku UMKM di area Jabodetabek yang melebur dalam perhelatan literasi agung ini.
Elang Nuswantara. Menerbangkan karya, membuanakan jiwa tanpa ketaksaan. Foto: Istimewa
Perjalanan literasi Elang Nuswantara tidak untuk dijelaskan, tetapi untuk dijalani. Elang Nuswantara, yang usianya jalan tiga tahun, ini merupakan sarang kasih para penulis pejuang pencinta Nuswantara. Kesadaran yang menyatukan. Merabuk jiwa bersama untuk karya yang tak hanya tertulis, melainkan bisa membahagiakan semua yang terlibat dan sekitarnya.
Rajutan idealis dan realistis merupakan pijakan buku-buku Elang Nuswantara dengan konsep writerpreneur. Hal itu agar buku yang berbau Nuswantara bisa terbaca dengan layak, baik, dan bermanfaat bagi semua generasi.
Buku antologi yang turut terbang dalam parade agung ini, yaitu karya sembilan pasukan Elang Nuswantara dari seluruh tanah air, mulai Generasi Z hingga Alfa. Rasa Senandika (Elang Merah Senandika), Ibu Bumi (Elang Katumbiri), Bapa Angkasa (Elang Tumaritis), Amerta Kidung Padma (Elang Padma), Ode Kasih Arunika (Elang Brawijaya), Pesan yang Masih Tersimpan (Elang Brawijaya), Surat Kepada Bintang (Elang Lintang), Elang Jagoan (Elang Brawijaya), Janji Matahari (Elang Gemar).
Buku solo, Blogging for Moms (Novarty), Giok Sin (Tisnawati Wibowo), Lucky Amy (Annisa Noviarny), Bintang Jatuh di Langit Diandra (Velou Ra), Kemuning (Sofia).
Sebelumnya, acara dibuka dengan doa bersama, menyanyikan lagu “Indonesia Raya” 3 stanza, dan tari Kembang Gadung dari Elang Gemar. Lanjut sambutan Ibu Erwita Dianti (Kementerian Pariwisata), Ibu Dewi Yuliyanti (Kementerian Kebudayaan), dan Bapak Rahnianto (Kalapas LPKA I Tangerang) -Anak-anak Binaan LPKA I Tangerang merupakan salah satu pasukan penulis buku bernama Elang Lintang.
Hiburan persembahan pasukan jadi sajian wajib di setiap acara Elang Nuswantara. Para tamu undangan cukup terkejut dengan gebrakan penampar halus dari Teater Bocah Putra Daya Bangsa Bogor bimbingan seniman, budayawan Heri Cokro dengan "Dunia Anak - Ibu Bumi Bapa Angkasa".
Pejuang Mimpi (Komunitas Difabel Malang), cerah ceria menampilkan fashion show model cilik Faiz dan Sastri dengan senyum sumringah memamerkan baju-baju keren karya komunitas.
Tak kalah, begitu merdu Fahira menyanyikan lagu daerah “Rek Ayo Rek” dan “Manusia Kuat” dari Tulus. Mengajak semua bergembira.
Suasana semakin harmoni, ketika Elang Lintang, 11 Anak Binaan LPKA I Tangerang, penulis buku Surat Kepada Bintang, menyanyikan lagu d'Masiv “Jangan Menyerah” diiringi angklung, juga pembacaan puisi “Memori Ancol” dan “Aku Bukan Penjahat”. Haru, riang. Semua menyambut hangat.
Selain taburan book trailer 14 buku dan video perform pasukan yang tak bisa datang, membangun atmosfer acara, tak kalah seru sajian pasukan berikutnya. Lagu penuh spirit HiVi! “Jatuh, Bangkit Kembali” dikover Elang Gemar yang terdiri dari Gen Z dan Milenial, memberi rabuk jiwa.
Elang Padma dengan buku Amerta Kidung Padma, syahdu berpayung lukisan lotus merah muda, baju jingga, seolah kita dibawa ke dunia padma (teratai) perlambang kasih.
Elang Merah tampil di akhir acara, merajut esensi buku Rasa Senandika secara teatrikal penuh harmoni, membumikan buku.
9 Korban P Diddy Ceritakan Pengalaman Mengerikan, Dicekokin Alkohol hingga Dipaksa Berhubungan Intim
Acara hiburan ditutup dengan lagu Anggun C. Sasmi “Mantra” kover Duo Elang dan para hadirin yang turut maju meramaikan panggung.
Acara yang diagendakan setiap tahun ini, selain didukung para pencinta dan penggiat literasi, juga didukung oleh Kementerian Pariwisata, Kementerian Ekraf, Kementerian Kebudayaan, IKA UB, Kompartemen Kebudayaan IKA UB, GEMAR Community, Sedjuk Bakmi & Kopi Cijantung, Giffy Gift Shop, Azkiya Publising, Miya'z Script, Ngramu Djamoe, Bee Family, Griya Fima Craft, Smulenesians Rockerz, Gendis Cake & Bakery.
“Menulis adalah bukti keberadaan diri. Kami memilih berkarya di gua senyap literasi, tetapi tetap berpikir. Hasil pertapaan bisa kami rayakan bersama khalayak, utamanya pembaca tercinta yang menjadi ujung tombak pemasaran buku-buku Elang Nuswantara. Semoga, karya kami membuat bahagia,” tandas Kirana sembari terus tetap berusaha, berharap regenerasi penulis sejati jalan. Hal yang tak bisa dihentikan. (*)