Curah Hujan Rendah Petani Tikung Keluhkan Padinya Gagal Tumbuh

Curah Hujan Rendah Petani Tikung Keluhkan Padinya Gagal Tumbuh

Terkini | lamongan.inews.id | Kamis, 14 November 2024 - 17:00
share

Tikung, iNewsLamongan.id - Curah hujan di Kabupaten Lamongan masih belum bersahabat, membuat petani, khususnya di Kecamatan Tikung yang menggarap sawah tadah hujan, menghadapi tantangan berat. Sebagian besar petani mengeluhkan tanaman padi mereka yang gagal tumbuh akibat kekurangan air. Beberapa di antaranya bahkan telah mencoba menanam ulang hingga dua kali, tetapi hasilnya tetap sama.

Yanti warga Desa Kelor Arum, menyampaikan bahwa banyak petani di desanya mengalami kesulitan karena tanaman padi yang baru ditanam mati akibat kurangnya pasokan air. "Awal hujan, petani antusias tanam padi. Tapi setelah tanam, hujan jarang turun. Kalaupun turun, tidak lebat dan hanya gerimis saja. Tanaman padi akhirnya tidak bisa tumbuh," kata Yanti.

Berbeda dengan petani di Desa Kelor Arum, petani di Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung bersyukur tanaman padinya bisa tumbuh dengan normal. "Disini airnya cukup. Benih padi yang ditanam awal musim hujan ini bisa tumbuh. Tapi kalau hujannya kurang ya bisa mati padinya." Ujar Abdul Malik, petani Bakalanpule.

Menanggapi keluhan para petani, Ketua Tim Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Rofiq Isa Mansur, menjelaskan bahwa kekeringan dan cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Lamongan disebabkan oleh perubahan iklim.

Rofiq menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang pada suhu dan pola cuaca di suatu wilayah, fenomena yang sering dikaitkan dengan pemanasan global.

Ia menambahkan bahwa perubahan iklim didorong oleh berbagai aktivitas manusia, seperti penebangan pohon, penggunaan pupuk sintetis, proses industri yang menghasilkan emisi gas rumah kaca, serta penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan.

"Karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan proses industri memerangkap panas matahari di atmosfer, sehingga suhu bumi meningkat," kata Rofiq pada wartawan kamis (14/11/2024).


Rofiq mengingatkan bahwa dampak perubahan iklim di Kabupaten Lamongan harus menjadi perhatian bersama, mengingat ancaman yang dihadirkan, termasuk kekeringan, banjir, intrusi air laut, erosi pantai, dan gangguan terhadap ekosistem.

“Hal ini mengingat dampak yang cukup merugikan, termasuk mengancam sektor pertanian yang berpengaruh pada ketahanan pangan,” tambah Rofiq.

Ia menegaskan bahwa upaya mengurangi potensi perubahan iklim adalah tanggung jawab semua pihak. “Perubahan iklim yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama. Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Lamongan diharapkan dapat bekerja sama dalam mengurangi potensi perubahan iklim ke depan,” pungkas Rofiq.

Topik Menarik