Sejarah Baret Ungu Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Diambil dari Selendang Nyi Roro Kidul

Sejarah Baret Ungu Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Diambil dari Selendang Nyi Roro Kidul

Terkini | kutai.inews.id | Rabu, 9 Oktober 2024 - 14:00
share

JAKARTA, iNewsKutai.id - Sejarah baret ungu marinir TNI Angkatan Laut (AL) menarik diulas. Baret ungu pasukan elit ini selalu menarik perhatian seperti pada peringatan HUT TNI ke 79 di Monas, Jakarta, pekan lalu.

Pasukan Marinir merupakan salah satu pasukan elit TNI AL yang memiliki moto “Jalesu Bhumyamca Jayamahe”. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, moto itu bermakna “Di Laut dan Darat Kita Jaya”.

Ciri khas utama pasukan ini adalah baret yang berwarna ungu dan terlihat mencolok dibanding pasukan lainnya. Baret ini konon berkaitan dengan kisan mistis di Pantai Selatan Jawa. Simak kisahnya berikut ini:

Baret ungu konon pertama kali dikenakan Korps Marinir saat masih bernama KKO AL.  Saat itu, warna ungu masih berupa pita sebagai kode pengaman yang digunakan pada 1958 silam. 

Korps Marinir secara resmi menggunakan baret ungu saat terlibat di dalam operasi 17 Agustus dalam penumpasan PRRI Permesta di Sumatera Barat. 

Baret ungu ditetapkan pada 1961 tepat saat Batalyon I KKO AL terlibat dalam operasi di Aceh yang dinamakan Operasi Alugoro.

Pemilihan warna ungu itu erat kaitannya dengan Bunga Bougenville yang juga berwarna ungu. Bougenville adalah bunga yang gugur sebelum layu. Ini dilambangkan sebagai sebuah pengabdian seorang prajurit Korps Marinir, khususnya dalam memelihara serta mempertahankan keutuhan negara.

Namun, ada kisah mistis dibalik sejarah baret ungu Korps Marinir. Konon, warna ungu pada baret Korps Marinir ini diambil dari selendang milik Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan. 

 

Dalam “Ensiklopedia Korps Marinir”, warna selendang Ratu Pantai Selatan ini menjadi alasan utama baret Korps Marinir berwarna ungu. Selendang Nyi Roro Kidul itu dianggap ampuh dalam memberi pengamanan serta perlindungan bagi negara.

Terlepas dari itu, tidak mudah bagi prajurit TNI AL untuk mendapatkan baret ungu. Mereka harus menjalani sejumlah tahapan pendidikan di antaranya, mengikuti Pendidikan Komando (Dikko) yang cukup berat selama lebih 77 hari. 

Mulai tahap dasar komando, tahap laut, tahap hutan, tahap Gerilya Lawan Gerilya (GLG), dan ditutup dengan Lintas Medan (Limed) Banyuwangi hingga Surabaya sejauh 300 kilometer.

Jika berhasil menyelesaikan pendidikan, prajurit akan resmi masuk Korps Marinir dan berhak mengenakan baret ungu. Prajurit petarung Marinir juga akan mendapatkan pisau komando. 

Demikian sejarah baret ungu Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

Artikel ini telah tayang di inews.id

Topik Menarik