Kisah Jenderal Kopassus Soegito Perintahkan Tembak Dirinya jika Gagal Negosiasi dengan Pemberontak Timor Timur

Kisah Jenderal Kopassus Soegito Perintahkan Tembak Dirinya jika Gagal Negosiasi dengan Pemberontak Timor Timur

Infografis | sindonews | Selasa, 14 Januari 2025 - 14:36
share

Kisah Letnan Jenderal (Letjen) Purn TNI Soegito ketika bertugas di Timor Timur bisa jadi salah satu yang cukup menegangkan. Di mana pada saat itu ia dengan berani meminta dibunuh oleh anak buahnya sendiri jika gagal melakukan negosiasi.

Soegito sendiri merupakan Perwira Tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat yang mencolok di Korps Baret Merah atau yang sekarang dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Kisah inspiratif Jenderal Kopassus ini dimulai ketika ia ditunjuk sebagai pemimpin penerjunan prajurit Kopassus di Kota Dili pada 7 Desember 1975, dalam Operasi Seroja.

Dalam operasinya ini, Soegito dan pasukannya berhasil memukul mundur kelompok bersenjata Fretilin hingga kota tersebut berhasil dikuasai penuh.

Sejak saat itu namanya mulai dikenal oleh para musuhnya. Membuatnya jadi sosok yang perlu diwaspadai oleh para pejuang kemerdekaan Timor Timur.

Suatu saat, terdapat kelompok bersenjata yang berafiliasi ke Fretilin ingin berdamai dan tidak mau meneruskan konflik dengan ABRI.

Kelompok bersenjata tersebut dipimpin oleh Paolino Gamma atau lebih dikenal dengan sebutan Mauk Muruk. Dia dan pasukannya memilih damai dan menyerahkan senjatanya pada ABRI.

Pasukan yang dipimpin oleh Mauk Muruk bersenjata lengkap lantas bertemu dengan pasukan Soegito, ketika melakukan perjalanan turun gunung.

Pada saat itu, suasana cukup intens karena masing-masing pasukan yang ingin berdamai ini tidak mau senjata mereka dilucuti.

Membaca situasi ini, Soegito lantas memberikan pesan pada bawahannya yang bernama Sertu Pardi, "Kalau terjadi apa-apa, kamu hamburkan tembakan ke tempat duduk saya," perintah mantan Pangdam Jaya itu.

Sertu Pardi yang mendapat perintah tersebut merasa bingung, lalu bertanya, "Bagaimana kalau Bapak kena?" Sekali lagi ditegaskan Soegito, "Tidak peduli, tembak, habiskan saja."

Setelah pertemuan Mauk Muruk dan Soegito, prajurit ABRI kemudian melakukan pemeriksaan terhadap semua senjata yang telah diserahkan kelompok pemberontak.

Soegito lantas meminta Mauk Muruk untuk mengajak kelompok-kelompok bersenjata lainnya untuk turun gunung dan menyerahkan senjatanya.

Kisah Soegito ini merupakan salah satu upaya sukses yang dilakukan oleh ABRI kala itu. Mengingat Mauk Muruk yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan bisa berbahasa Inggris dan Indonesia itu memilih pindah ke Lisbon.

Topik Menarik