Asal-muasal VOC Berkantor di Wilayah Kekuasaan Mataram yang Kaya Hasil Hutan Jati
VEREENIGDE Oost-Indische Compagnie ( VOC ), perusahaan dagang Belanda, melirik interaksi dengan Pulau Jawa bagian tengah. Apalagi VOC tahu potensi kekayaan alam di wilayah itu begitu besar. Tak hanya soal kekayaan alam pertanian, hasil hutan di wilayah yang dikuasai Kerajaan Mataram itu juga menggiurkan.
Semasa VOC Mataram memang menjelma sebagai kerajaan paling besar di Pulau Jawa. Kepentingan VOC di wilayah ini tidak menyangkut perdagangan antarbenua, tetapi kebutuhan konsumsi VOC di Asia. Pertama-tama VOC membutuhkan Mataram untuk penyediaan bahan makanan para pegawai dan tentaranya.
Selain itu, VOC sangat membutuhkan kayu jati untuk perbaikan kapal-kapal layarnya dan perumahan para pejabat di Batavia. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa kantor dagang VOC yang pertama di wilayah Mataram adalah di Jepara.
"Hubungan VOC dengan Mataram mulai menjadi intensif sejak zaman Sultan Agung, yang memerintah 1613-1646, raja yang terbesar sepanjang sejarah Mataram," demikian dikutip dari buku " Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia ", dikutip, Rabu (18/12/2024).
Sejak VOC bercokol di Batavia, Sultan Agung telah menyadari bahwa para pedagang Belanda itu dapat menjadi saingannya. Bahkan, ketika VOC mengirim utusannya dari Japara untuk menghadiri upacara penobatan Sultan Agung, Raja Jawa itu telah memperingatkan bahwa hubungan Mataram dapat berlangsung dengan baik apabila VOC tidak berambisi untuk menduduki Pulau Jawa.
Kekhawatiran itu tampaknya menjadi kenyataan ketika VOC merebut Jayakarta dan menjadikannya pusat perdagangan mereka dengan nama Batavia. Namun, upaya Sultan Agung untuk mengusir VOC dari muara Sungai Ciliwung itu ternyata gagal.
Dua kali penyerbuan besar-besaran Kerajaan Mataram pada tahun 1627 dan 1629 gagal meski Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen meninggal tahun 1629 karena kemungkinan besar terjangkit penyakit kolera.
Hubungan damai antara VOC dengan Mataram mulai dirintis dalam zaman Sultan Amangkurat I (memerintah 1646-1677). Pada tahun 1646 ia membuat sebuah perjanjian persahabatan dengan VOC, yang dalam pandangannya merupakan pernyataan takluk VOC kepada Mataram.
Namun, pada masa Sultan Amangkurat II, yang memerintah 1677-1703, keadaan mulai berubah. Ketika itu Surabaya memberontak kembali terhadap Mataram. Sesungguhnya permusuhan Surabaya dan Madura terhadap Mataram itu telah dapat diatasi oleh Sultan Agung ketika pada tahun 1625 ia berhasil menaklukkan Surabaya.
Mataram terpaksa meminta bantuan VOC yang berhasil mematahkan perlawanan Trunojoyo, bahkan menangkapnya tahun 1679. Sebagai imbalannya, pada bulan Januari 1678 Mataram membuat suatu perjanjian baru dengan VOC. Mataram memberi izin bagi VOC untuk mengelola pelabuhan-pelabuhannya. Bahkan ongkos perang yang dikeluarkan VOC dibayar dan diberikan hak monopoli mengimpor madat dan tekstil, serta kekuasaan atas Semarang.
Tidak lama kemudian keamanan Mataram terganggu lagi oleh ulah seorang bekas budak dari Batavia yang melarikan diri ke Mataram, yaitu Untung Surapati. Surapati dan pasukannya tidak lama berdiam di Mataram, karena selanjutnya ia membangun pusat kekuasaannya di Pasuruan. Bahkan, ada bukti-bukti bahwa ia berambisi menghidupkan kembali Kerajaan Majapahit yang telah lama lenyap itu.