Kudus Wakili Indonesia di Survei Global OECD Terkait Keterampilan Sosial dan Emosional

Kudus Wakili Indonesia di Survei Global OECD Terkait Keterampilan Sosial dan Emosional

Infografis | sindonews | Senin, 9 Desember 2024 - 22:18
share

Di tengah dunia yang kian kompleks dan penuh ketidakpastian, keterampilan sosial emosional seperti empati,kreativitas, dan kegigihan menjadi kunci keberhasilan individu dan masyarakat.

Menjawab tantangan ini, Bakti Pendidikan Djarum Foundation bersama Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) meluncurkan temuan Survei Global Keterampilan Sosial dan Emosional (SSES).

Survei OECD merupakan upaya internasional komprehensif untuk mendokumentasikan keterampilan sosial emosional siswa, serta kondisi dan praktik yang mendukung pengembangannya.

Survei melibatkan lebih dari 70.000 siswa berusia 10 dan 15 tahun, di 16 lokasi global; termasuk Helsinki (Finlandia), Gunma (Jepang), dan Delhi (India). Tahun ini menjadi momen penting bagi Indonesia, dengan bergabungnya Kudus sebagai wakil Indonesia.

“Keterampilan sosial emosional merupakan bekal penting yang membuat kita menjadi lebih‘manusia’ di tengah gempuran teknologi, seperti Artificial Intelligence (AI). Hal ini menjadi fondasi yang kokoh untuk berkontribusi pada dunia yang berkelanjutan,” ungkap Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan & Keterampilan OECD, saat peluncuran di SD Masehi, Kudus, Senin (9/12/2024).

“Meningkatnya keterampilan sosial emosional juga akan mengatrol sosial ekonomi. Sehingga menjadi penting untuk terus meningkatkan keterampilan tersebut pada siswa,” sambungnya.

Peluncuran survei mengangkat tema “Menuju Generasi Cerdas Sosial Emosional: Temuan Global dan Praktik Baik Kudus untuk Indonesia”. Acara dihadiri oleh lebih dari 300 tamu undangan, yang mencakup berbagai pemangku kepentingan, termasuk guru, kepala sekolah, orang tua, pembuat kebijakan, akademisi, hingga pegiat filantropi.

Pada sesi sore acara dilanjutkan dengan workshop yang diikuti 240 guru, memberikan ruang untuk pendalaman praktik baik dalam penerapan keterampilan sosial-emosional di sekolah.

“Saya sangat mengapresiasi Kudus dan Indonesia atas komitmennya yang tinggi dalam mengedepankan pengembangan keterampilan sosial-emosional di sekolah. Saat berkunjung ke beberapa sekolah kemarin, saya merasakan sendiri suasana hangat di kelas dan hubungan yang dekat antara guru dan anak-anak didiknya,” tambah Andreas.

Beberapa temuan utama dalam survei global Social Emotional Skills (SES) OECD meliputi, Kunci Keberhasilan Holistik, Keterampilan sosial dan emosional siswa merupakan prediktor signifikan terhadap nilai sekolah, kesehatan, dan kesejahteraan, terlepas dari latar belakang, kelompok usia, maupun kota domisili.

Penurunan Kreativitas dan Rasa Ingin Tahu di Masa Remaja, Keterampilan ini menurun secara signifikan pada siswa usia 15 tahun dibandingkan dengan siswa usia 10 tahun, terutama di kota-kota Asia.

Komitmen Kuat Pendidik Indonesia: Di antara semua lokasi, pendidik di Kudus menunjukkan konsistensi tertinggi dalam mengintegrasikan keterampilan sosial emosional lintas mata pelajaran.

Mereka juga paling memiliki kesamaan pola pikir tentang dampak keterampilan tersebut bagi hasil akademik dan kehidupan siswa, serta tanggung jawab sebagai pendidik untuk menumbuhkannya.

Koordinator Nasional Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Ananto Kusuma Seta mengapresiasi temuan survei OECD, yang dinilai tepat waktu dan selaras dengan arah kebijakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti untuk meningkatkan keterampilan sosial emosional siswa, dengan konsep pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful.

“Temuan survei OECD di Kudus menguatkan bahwa keterampilan sosial emosional itu sangat penting untuk menuntun para siswa sukses di masa depan. Bahwa keterampilan di abad 21 kini bukan hanya diukur dari skor PISA, tapi perlu juga dilihat dan komplementer dengan skor sosial emosional. Dari temuan ini, Kudus telah menorehkan awal yang bagus dan secara umum posisi kita di atas rata-rata. Pendidikan kita di Kudus masih lebih baik dari Singapura dan Jepang soal sosial emosional,” terang Ananto.

Selain relevansi kebijakan pada tingkat nasional, temuan ini memiliki potensi untuk memperkuat dan memperluas praktik baik yang sudah ada di Kudus.

Topik Menarik