Kisah Cindelaras, Ayam Jago yang Setia Menemani Calon Raja Majapahit dalam Penyamaran
Kisah Cindelaras, ayam jago yang setia menemani calon Raja Majapahit Jayanegara menarik diulas. Hewan berkaki dua ini telah dipelihara dengan baik dan senantiasa menemani Jayanegara sebelum resmi bertakhta menggantikan ayahnya, Raden Wijaya, di Majapahit.
Mendengar cerita ‘Cindelaras’, sebagian masyarakat Tanah Air mungkin akan langsung mengenalinya sebagai kisah anak laki-laki keturunan raja yang terlahir di hutan dan punya seekor ayam jantan yang tidak terkalahkan. Selain itu ternyata ada kisah lain yang juga memakai nama Cindelaras yakni seputar ayam jago peliharaan raja kedua Majapahit, Jayanegara.
Perlu diketahui Jayanegara ini merupakan putra dari pendiri Majapahit, yaitu Raden Wijaya. Bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara, ia ditunjuk sebagai pengganti ayahnya tersebut setelah wafat dan menjadi penguasa kedua di Majapahit.
Kisah Cindelaras Ayam Jago Kesayangan Calon Raja Majapahit
Jayanegara naik tahta di Majapahit sekitar tahun 1309. Namun, penunjukannya sebagai pewaris diwarnai banyak penentangan, termasuk karena statusnya yang berdarah campuran, yakni Jawa dan Melayu.Sebagaimana diketahui, Jayanegara adalah anak dari Raden Wijaya bersama Dara Petak yang merupakan putri dari Kerajaan Melayu. Hal ini yang membuat banyak orang di Majapahit tidak senang saat Jayanegara naik tahta.
Diolah dari berbagai sumber, sebelum benar-benar menjadi raja, Jayanegara mendapat bimbingan dari Lembu Sora. Ia bahkan sempat dibimbing untuk terjun langsung dalam kehidupan rakyatnya.
Dikisahkan, Jayanegara atas bimbingan Lembu Sora diperkenalkan untuk mengetahui kehidupan masyarakat kecil. Caranya adalah dengan menyamar sebagai rakyat biasa.
Menariknya, Jayanegara tidak sendiri saat menyamar. Selama periode itu, ia ditemani oleh seekor ayam jago kesayangannya yang bernama Cindelaras.
Pada hari-harinya saat menyamar, Jayanegara yang menggunakan nama samaran Panjilaras menyusuri berbagai daerah berbeda. Lagi, satu-satunya teman setia dalam perjalanan itu adalah ayamnya sendiri, yaitu Cindelaras.
Sebagai contoh, Cindelaras pernah menemani Jayanegara melakukan penyamaran di daerah Lebak Jabung. Di sana, ia selalu berada di samping tuannya yang tengah memantau keadaan rakyatnya dengan cermat.
Beberapa waktu setelah melakukan penyamaran, Jayanegara berpuasa di hutan. Namun, ternyata ayam jago kesayangannya, Cindelaras, meninggal saat dirinya kembali.
Setelah itu, Jayanegara menguburkan Cindelaras di sebuah tempat. Sungguh disayangkan bahwa Cindelaras ini tidak bisa mendampinginya sampai benar-benar menjadi raja di Majapahit.
Beberapa waktu kemudian, muncul sebuah lokasi yang dinamai situs kubur ayam jago di Dusun Lebak, Desa Lebakjabung, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. Konon, situs ini dipercaya menjadi tempat dikuburnya ayam jantan kesayangan Jayanegara, Cindelaras.
Raja yang Dibenci di Majapahit
Setelah menyelesaikan penyamaran dan beragam ketentuan lain, Jayanegara resmi menjadi penguasa Majapahit. Namun, pemerintahannya banyak mendapat masalah, termasuk sederet pemberontakan.Singkatnya, ada banyak orang yang membenci Jayanegara. Terlepas dari latar belakangnya, ia memiliki kepribadian yang kurang baik serta dianggap lemah sebagai penguasa.
Pada kitab Pararaton, Jayanegara bahkan memiliki julukan Kalagemet yang artinya disebutkan jahat dan lemah. Salah satu tindakan buruknya terjadi saat mengurung adik tirinya, Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi agar tidak dinikahi orang lain.
Hal itu konon dilakukan karena Jayanegara karena dirinya ingin menikahi keduanya supaya tidak kehilangan tahtanya di kemudian hari. Di akhir hayatnya, ia mati dibunuh Dharmaputra Tanca saat menderita sakit bisul, lalu dicandikan di dalam pura.
Demikianlah ulasan mengenai kisah Cindelaras, ayam jago yang setia menemani calon raja Majapahit dalam penyamaran.