Kisah Panembahan Senopati Kehilangan Kuda Kesayangan usai Pertempuran di Madiun

Kisah Panembahan Senopati Kehilangan Kuda Kesayangan usai Pertempuran di Madiun

Infografis | sindonews | Minggu, 29 September 2024 - 06:16
share

PANEMBAHAN Senopati memimpin langsung pasukan Kerajaan Mataram saat pertempuran sengit dengan pasukan Madiun dan Ponorogo. Pertempuran berlangsung di wilayah Madiun.

Dalam pertempuran tersebut, kuda kesayangan Panembahan Senopati yang bernama Puspa Kencana akhirnya mati usai terluka parah. Perasaan berkecamuk dan muka lusuh menyelimuti Senopati ketika memasuki istana.

Baca juga: Siasat Cerdik Panembahan Senopati Gunakan Perempuan Cantik Taklukkan Madiun

Kala itu, pemimpin pertama Kerajaan Mataram ini pulang ke istana masih mengenakan baju perang Kiai Gundil pemberian Sunan Kalijaga.

Dia didampingi kuda kesayangannya Puspa Kencana yang berwarna merah. Sang kuda sebenarnya sudah terluka parah menjelang pukul 09.00, tetapi masih sanggup melayani Panembahan Senopati hingga pukul 12.00.

Kisah itu dikutip dari "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung" dari H. J. De Graaf. Disebutkan bahwa sang penguasa Mataram itu baru menyadari kalau kudanya sudah sekarat, karena melihat kondisi sang kuda.

Semenjak itu tidak seorang pun keturunan Senopati yang boleh naik kuda berwarna kemerahan.

Baca juga: Kisah Heroik Panembahan Senopati Taklukkan Surabaya dengan Bantuan Sunan Giri

Sedangkan Serat Kandha memiliki deskripsi yang lebih lengkap mengenai pertempuran antara Panembahan Senopati dengan Madiun-Ponorogo.

Awalnya Panembahan Senopati terlebih dahulu menyerang pasukan Ponorogo. Pada hari berikutnya terjadi pertempuran melawan Pangeran Surabaya dan pengikutnya.

Mereka itu menyeberang sungai, tempat pasukan Panembahan Senopati sudah menunggunya dalam posisi yang baik.

Pangeran Mangkubumi di sayap kiri, Pangeran Singasari dengan pasukan Demak di sayap kanan, Adipati Mandaraka dengan para adipati dari Pati dan Pajang di tengah. Panembahan Senopati memerintahkan pasukan tengah menunggu, sedangkan sayap kiri dan kanan bergerak maju.

Panembahan Senopati dengan 100 orang pasukan berkuda menyerang musuh yang bergerak maju dari belakang. Dengan siasat itu seluruh tentara Jawa Timur digempur habis.

Setelah itu pasukan Mataram bergerak maju menuju keraton. Konon para pertempuran itu pasukan Kerajaan Mataram menang mutlak karena pusaka keris dan tombaknya.

Topik Menarik