5 Lukisan Yos Suprapto Dibredel Galeri Nasional Diduga Gara-gara Ini
JAKARTA, iNews.id-Pemberedelan terhadap pameran lukisan karya seniman senior Yos Suprapto yang bertajuk "Kebangkitan Tanah untuk Kedaulatan Pangan" di Galeri Nasional Indonesia menimbulkan polemik. Sejumlah pihak mulai dari anggota DPR RI, sosiolog dan sejumlah aktivis langsung bersuara.
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Bonnie Triyana menyesalkan upaya pemberedelan terhadap pameran lukisan karya seniman senior Yos Suprapto tersebut.
Galeri Nasional, kata dia, mestinya bisa membuka Pameran itu tanpa ada sensor terhadap karya. Menurut dia, negara harus menjamin kebebasan berekspresi dalam bidang seni dan penyampaian kritik yang dilakukan seniman dalam hal ini pelukis Yos Suprapto melalui karya-karyanya.
"Itu kan suatu hal yang lumrah suatu hal yang biasa yang Justru harus ada jaminan dari negara karena Galeri Nasional sendiri itu bagian dari pemerintah yang harus diberikan ruang untuk memamerkan keseluruhan karyanya ya tanpa ada sensor," kata Politikus PDIP ini.
Bonnie menegaskan, bahwa lukisan karya Yos Suprapto, yang disebut-sebut menggambarkan hubungan badan dan seorang raja, tidak bisa ditafsirkan secara tunggal. Menurutnya, seni adalah sebuah ilmu tafsir yang bebas.
Sementara aktivis Usman Hamid juga menyesalkan sekali penyensoran itu. "Pertama saya termasuk yang diundang di pameran lukisan Yos Suprapto dan ketika mendengar pembatalan itu karena alasan sejumlah lukisan Yos Suprapto dipandang sensitif karena ada sosok tokoh politik yaitu mantan Presiden Joko Widodo di dalam lukisannya saya langsung menyesalkan sekali penyensoran itu," kata mantan Ketua Kontras ini
Menurut dia, negara telah meratifikasi kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik ketentuan Pasal 19 dari kovenan hak internasional tentang hak-hak sipil dan politik menjamin kemerdekaan berekspresi dari setiap orang termasuk seniman.
"Kebebasan untuk mendapatkan informasi, menerima informasi, menyebarkan informasi dan juga gagasannya baik melalui medium verbal medium tulisan maupun medium seni nah medium seni ini termasuk kebebasan intelektual kebebasan artistik untuk menyampaikan gagasannya," timpalnya.
Nah karena itu peristiwa ini jangan sampai benar-benar merupakan tindakan untuk memperburuk lebih jauh keadaan demokrasi di Indonesia.
"Jadi saya berharap sekali galeri nasional dan Kementerian Kebudayaan mengubah dan mengoreksi kebijakannya dengan membolehkan lima lukisan yang dilarang untuk kembali dipajang dan pameran itu diperbolehkan untuk diakses oleh masyarakat hingga jadwal yang memang telah ditetapkan berakhir yaitu 19 Januari," tandasnya.
Itu sangat penting, kata Usman agar masyarakat tidak kehilangan ruang dialog untuk membicarakan masalah-masalah sosial yang mereka alami yaitu tanah tanah menjadi tema yang Sentral dari lukisan Yos Suprapto yaitu tanah sebagai dasar dari kedaulatan pangan masyarakat.