Habib Rizieq Ajak Alumni 212 Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran
JAKARTA, iNews.id - Imam Besar Persaudaraan Alumni (PA) 212, Habib Rizieq Shihab (HRS) mengajak massa alumni 212 mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka selama lima tahun ke depan. Hanya saja, dia meminta massa tetap kritis atas kebijakan yang dianggap tidak tepat.
"Jadi sekali lagi, pemerintahan baru ini jangan kita ganggu, kita beri kesempatan, kita dorong, tapi tetap kita kritik. Jadi bukan mendukung dalam arti kata menjilat, memuji yang gak berhak dipuji saudara, jangan, kita tetap ikhlaskan niat, hanya mencari Rida Allah subhanahu wa ta'ala," kata Habib Rizieq dalam acara Reuni 212 di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Senin (2/12/2024).
Habib Rizieq juga mendoakan Prabowo agar diberikan kekuatan untuk memimpin Indonesia, menyejahterakan rakyat hingga menjaga keharmonisan hubungan umaro dan ulama.
"Kita mohon kepada Allah, agar Bapak Presiden Prabowo Sudianto bisa diberikan kekuatan melalui Allah, diberikan sehat wal afiat, agar mampu untuk memimpin negara Indonesia, agar mampu menyejahterakan rakyat, agar mampu terus menjaga keharmonisan hubungan antara umaro dengan ulama," ucapnya.
Dia juga mendoakan agar pemerintahan Prabowo dijauhkan dari pihak-pihak bermasalah agar bisa memimpin negara dengan baik.
"Kita mohon di mu'jizatil fatihah, agar mereka disingkirkan oleh Allah sejauh-jauhnya dan dihancurkan oleh Allah sehancur-hancurnya, sehingga Bapak Presiden Prabowo dan kabinet ke depannya saudara bisa memimpin negara Indonesia yang baik, tanpa diganggu lagi oleh orang-orang yang selama ini memang selalu menjadi sumber masalah," kata dia.
Habib Rizieq mengatakan kontestasi pilpres dan pilkada sudah berakhir. Dia mengajak jemaah jangan mau dipecah belah karena berbeda pilihan politik.
"Berikutnya yang tidak boleh saya lupakan juga, Alhamdulillah, Pilpres sudah selesai, Pilkada sudah selesai, Pilkada serentak, Saudara. Jadi jangan lagi ke depan ini, baik Pilpres, kalau Pilkada memecah belah kita," kata dia.
Dia menyatakan perbedaan pilihan politik sebagai hal yang biasa. Dia pun melarang jemaah menghakimi orang yang berbeda pilihan politik dengannya.
"Berbeda pilihan dalam politik itu biasa. Makanya saya kaget begitu ada perbedaan pilihan, saudara, berani-beraninya ulama dimunafik-munafikan, disesat-sesatkan, dikafir-kafirkan. Jangan, jangan," tutur dia.