3 Pelajaran Penting yang Bisa Dipetik Timnas Indonesia dari Jepang, Nomor 2 Sangat Berharga
JAKARTA, iNews.id - Ada tiga hal penting yang bisa dipelajari Timnas Indonesia dari Jepang. Skuad Garuda bisa mendapat banyak ilmu dari tim langganan juara Piala Dunia itu.
Skuad Garuda kalah telak 0-4 dari Jepang pada matchday kelima Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia putaran ketiga, Jumat (15/11/2024) malam WIB. Jay Idzes dan kolega tak berkutik meski tampil di rumah sendiri tepatnya Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Gawang Timnas Indonesia kawalan Maarten Paes kebobolan empat kali akibat gol bunuh diri Justin Hubner menit ke-35, torehan Takumi Minamino (40), Hidemasa Morita (49) dan Yukinari Sugawara (69).
Kekalahan telak membuat tim asuhan Shin Tae-yong bertahan di dasar klasemen Grup C mengepak 3 poin dari lima pertandingan. Rinciannya Jay Idzes dan kolega kalah dua kali dan imbang tiga kali.
Meski demikian Skuad Garuda tak boleh putus asa lantaran asa lolos ke Piala Dunia 2026 masih terjaga. Timnas Indonesia juga perlu belajar dari Jepang agar bisa mentas di ajang paling bergengsi di kolong langit itu.
Berikut 3 pelajaran berharga yang bisa dipetik Timnas Indonesia dari Jepang
1. Mental Baja
Mantalitas Jepang yang sudah langganan bermain di Piala Dunia tak perlu diragukan lagi. Pasukan berjuluk Samurai Blue itu diteror habis-habisan sepanjang laga oleh suporter Garuda.
Bahkan di awal laga, fans Timnas Indonesia membentangkan koreografi yang meneror Jepang.
Pada bagian tribun utara, terbentang besar spanduk bergambar karakter film ikonik Jepang, Godzilla, yang sedang dihajar oleh karakter pahlawan lokal Indonesia, Gundala Putra Petir. Menariknya, di atasnya terdapat tulisan seperti penggalan lirik dari penyanyi Bernadya.
“Untungnya Ku Tak Pilih Menyerah,” tulis koreografi yang berada di tribun utara.
Koreografi menarik yang berada di tribune selatan juga tak kalah menarik. Para suporter membentangkan spanduk besar yang isinya hasil skor akhir kemenangan telak Timnas Indonesia atas Jepang dengan skor 7-0.
Di mana, skor telak tersebut memang pernah didapat Skuad Garuda pada tahun 1968 silam. Tepatnya ketika kedua kesebelasan bersua di gelaran Turnamen Merdeka.
“Dont forget this, we believe it will happen again,” tulis koreografi yang berada di tribune selatan.
Tapi para pemain Jepang tetap santai. Bahkan sedari awal para pemain Samurai Blue seperti Takefusa Kubo justru menantikan teror menakutkan dari fans Garuda.
2. Ketenangan
Timnas Indonesia bermain dengan skema bertahan 3-5-2. Jepang yang mendominasi permainan dipaksa sabar membongkar pertahanan Garuda.
Tim asuhan Hajime Moriyasu itu terlihat tenang mengalirkan bola dari kaki ke kaki. Terbukti gol pertama hingga keempat Jepang hadir berkat proses berkelas.
Gol ketiga Jepang yang dicetak Morita bisa dijadikan contoh. Dia mendapa bola usai Maarten Paes melakukan blunder.
Tapi Morita enggan langsung menyepak bola. Dia dengan tenang mengarahkan bola ke sudut gawang Timnas Indonesia dan berbuah gol.
Ketenangan para pemain Jepang begitu luar biasa. Mereka tetap sabar meski Skuad Garuda bermain sangat dalam di daerah pertahanan.
3. Efektivitas
Statistik mencatat Jepang memiliki tujuh shot on target, sedangkan Indonesia tiga.
Empat dari tujuh shot on target Jepang berbuah gol. Mereka benar-benar memaksimalkan peluang di depan gawang Timnas Indonesia yang dipenuhi banyak pemain.
Skuad Garuda sejatinya memiliki peluang emas di awal laga lewat Ragnar Oratmangoen. Dia sudah berada satu lawan satu dengan kiper Jepang Zion Suzuki.
Sayangnya Ragnar malah menyia-nyiakan peluang tersebut. Tendangannya bisa ditepis Suzuki.
Sejatinya Timnas Indonesia harusnya bisa memanfaatkan peluang sebaik mungkin melawan Jepang. Permainan bertahan diselingi serangan balik harusnya bisa berbuah kemenangan jika serangan yang dilancarkan efektif.
Sayangnya Timnas Indonesia belum bisa memaksimalkan peluang yang sedikit menjadi gol. Hal tersebut yang wajib dibenahi.