5 Fakta Pilpres Amerika, dari Jumlah Pemilih hingga Waktu Pelantikan Presiden Baru
JAKARTA, iNews.id - Fakta-fakta Pilpres Amerika Serikat (AS) penting diketahui. Pemungutan suara pilpres digelar pada Selasa (5/11/2024) pagi waktu setempat atau malam hari WIB. Partai Demokrat, melalui capres Kamala Harris, berupaya mempertahankan kursinya di Gedung Putih, menghadapi capres dari Partai Republik, Donald Trump.
Berdasarkan hasil beberapa survei pilpres Amerika, sulit untuk menentukan siapa dari kedua kandidat yang lebih populer. Ini karena perolehan dukungan terhadap keduanya hanya selisih kisaran 1 persen, sementara margin of error mencapai plus-minus 3 persen. Oleh karena itu, pilpres AS 2024 bisa disebut sebagai pemilu paling ketat sepanjang sejarah Amerika.
Berikut 5 Fakta Pilpres Amerika Serikat 2024:
1. Jumlah Pemilih
Jumlah pemilih terdaftar oleh otoritas pemilu federal AS mencapai 244 juta orang. Dari angka tersebut, 78 juta lebih memberikan suara mereka dalam pemungutan suara awal, baik dengan mendatangi TPS secara langsung, maupun melalui pos.
Capres Kamala Harris termasuk di antara mereka yang melakukan pencobosan awal, yakni melalui pos, pada Minggu (3/11/2024).
Jumlah negara bagian di AS sebanyak 50, di mana pada kandidat akan memperebutkan suara elektoral. California menjadi wilayah pendulang suara bagi kandidat karena memiliki suara elektoral paling banyak.
Sementara itu tingkat partisipasi pilpres AS 2020 hanya 66 persen.
2. Capres Butuh 270 Suara Elektoral untuk Menang
Setiap capres AS membutuhkan 270 dari total 538 suara elektoral untuk bisa mengklaim kemenangannya dalam pilpres AS. Warga AS tidak memilih presiden dan wakil presiden secara langsung, melainkan dilakukan oleh anggota Electoral College.
Setiap negara bagian memiliki jumlah suara elektoral berbeda-beda, bergantung pada populasi penduduk atau jumlah anggota yang dimilikinya di DPR serta dua anggota Senat. Misalnya, California memiliki 54 suara elektoral, Texas 40, serta Alaska, Delaware, Vermont, dan Wyomin masing-masing hanya memiliki 3.
Di 48 negara bagian plus Washington DC, pemenang suara terbanyak akan merebut semua suara elektoral untuk negara bagian tersebut dari yang kalah. Namun Maine dan Nebraska menggunakan sistem proporsional dalam mendistribusikan suara elektoral mereka.
3. Negara Bagian Medan Pertarungan Sengit
Negara bagian medan pertempuran sengit ada tujuh, yakni Michigan, Pennsylvania, Wisconsin, Arizona, Georgia, Nevada, dan North Carolina.
Wilayah-wilayah tersebut memiliki jumlah suara mengambang yang besar sehingga menjadi medan pertarungans sengit bagi kedua kandidat untuk diperebutkan. Tak heran di masa akhir kampanye, Trump dan Harris fokus mendatangi wilayah-wilayah itu.
Sementara negara bagian lain sudah menjadi pemberi suara loyal bagi Partai Republik atau Demokrat.
Dari wilayah tersebut Pennsylvania memiliki suara elektoral paling banyak, yakni 19.
4. 78 Juta Lebih Warga AS Nyoblos Lebih Awal
Data Election Lab Universitas Florida mengungkap, lebih dari 78 juta orang telah memberikan suara lebih awal berdasarkan data hingga Senin (4/11/2024).
Disebutkan, total 78.003.222 orang memberikan suara dengan perincian, sebanyak 42.654.364 memilih langsung di TPS dan 35.348.858 melalui pos.
Pemilih yang memberikan suara langsung ke TPS lebih banyak daripada melalui pos. Ini berbeda dengan Pilpres AS 2020 di mana sebagian besar pemilih menggunakan pos akibat pandemi Covid-19. Warga saat itu cenderung menghindari tempat keramaian.
5. Pengesahan Pemenang dan Pelantikan Presiden AS yang Baru
Jika tak ada hambatan, pemenang pilpres AS sebenarnya sudah bisa diketahui pada Selasa malam waktu setempat atau Rabu WIB. Ini berbeda dengan pilpres AS 2020 di mana penentuan pemenang baru terjadi beberapa hari setelah pilpres.
Anggota Electoral College akan berkumpul di ibu kota negara bagian masing-masing pada 17 Desember untuk menentukan suara bagi presiden dan wakil presiden.
Kemudian pada 6 Jan 2025, Kongres bersidang untuk mengesahkan pemenang Pilpres AS 2024. Proses ini akan mendapat pengawalan ketat menyusul tragedi 6 Januari 2021 di Gedung Capitol AS. Massa pendukung Trump menyerbut gedung tersebut untuk membatalkan pengesahan kemenangan Biden.
Setelah itu pada 20 Januari 2025, presiden baru akan dilantik di Gedung Putih.