Semakin Banyak Warga Israel Ditangkap karena Jadi Mata-Mata Iran, Ada Apa?
TEL AVIV, iNews.id - Polisi Israel kembali menangkap warganya yang dituduh menjadi mata-mata Iran, yakni pasangan suami istri (pasutri). Ini merupakan penangkapan warga Israel yang kesekian kali karena menjadi mata-mata Iran sejak perang 7 Oktober 2023.
Dinas intelijen dalam negeri Israel Shin Bet menyatakan pasutri yang diidentifikasi bernama Rafael dan Lala Goliev tersebut berasal dari Kota Lod. Mereka terlibat dalam pengumpulan data intelijen mengenai infrastruktur nasional dan fasilitas-fasilitas keamanan serta melacak para akademisi perempuan.
"Rafael dan Lala Goliev, penduduk LOD, ditangkap setelah mereka melakukan tugas atas nama sel Iran yang merekrut orang Israel dari negara-negara Kaukasus," bunyi pernyataan Shin Bet, dikutip dari AFP, Sabtu (2/11/2024).
Sementara itu kepolisian Zionis menduga pasangan itu direkrut oleh Elshan (Elhan) Agayev, seorang berkebangsaan Azerbaijan yang menjadi orang suruhan pejabat Iran.
Polisi menyebut, Golievs mengawasi beberapa lokasi yang sensitif, termasuk markas besar badan intelijen Mossad serta mengumpulkan data pada akademisi yang bekerja di Institute for National Security Studies di Tel Aviv.
Pekan lalu dinas keamanan Israel juga mengungkap dua jaringan mata-mata lainnya.
Pada 21 Oktober, polisi menangkap tujuh warga Israel asal Kota Haifa atas tuduhan melakukan ratusan misi mata-mata atas perintah Iran.
Pekan sebelumnya, dua warga Israel lainnya didakwa dengan berbagai tuduhan setelah didekati oleh agen Iran. Mereka diminta untuk melakukan misi mata-mata.
Pada September, seorang warga Israel yang diidentifikasi sebagai Mordechai Maman ditangkap. Pria asal Ashkelon itu dicurigai direkrut oleh Iran untuk merencanakan pembunuhan para pejabat tinggi, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Shin Bet maupun kepolisian Israel tak menyenutkan secara rinci motif dari maraknya pembangkangan yang dilakukan warga Israel terhadap pemerintah. Namun sebuah laporan mengungkap, Iran membayar hingga ratusan ribu dolar AS kepada para informannya di Israel.
Israel di ambang perang melawan Iran terkait aksi saling membalas serangan sejak April lalu.
Bermula pada 14-15 April, Iran menghujani Israel dengan sekitar 220 rudal dan drone sebagai pembalasan atas serangan terhadap kantor misi diplomatiknya di Damaskus, Suriah, 2 pekan sebelumnya. Serangan itu menewaskan tujuh perwira senior Korps Garda Revolusi Islam.
Gempuran terhadap misi diplomatik di Suriah itu dianggap sebagai serangan langsung terhadap kedaulatan Iran.
Iran kembali menyerang Israel pada 1 Oktober menggunakan sekitar 200 rudal dan drone, kali ini untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail.Haniyeh pada 31 Juli serta pemimpim Hizbullah Hassan Nasrallah pada 27 September.
Haniyeh dibunuh di Teheran, Iran, saat diundang mengikuti pelantikan presiden yang baru Masoud Pezeshkian. Lagi-lagi, Iran memandang serangan itu sebagai pelanggaran terhadap kedaulatannya.
Israel lalu membalas serangan Iran pada 26 Oktober lalu, mengincar 20 fasilitas militer di beberapa provinsi. Lima orang tewas dalam serangan tersebut.