Contoh Cerpen Kasih Sayang yang Penuh Haru dan Menginspirasi

Contoh Cerpen Kasih Sayang yang Penuh Haru dan Menginspirasi

Terkini | inews | Rabu, 23 Oktober 2024 - 19:07
share

JAKARTA, iNews.id - Contoh cerpen kasih sayang menarik untuk dibahas kali ini. Cerita pendek dengan tema tersebut bisa peserta didik atau siswa temukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 

Melansir buku Mengenali dan Menuliskan Ide Menjadi Cerpen oleh I Wayan Kerti, cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Cerpen merupakan hasil sastra yang menceritakan suatu kejadian dalam kehidupan pelakunya. 

Panjang pendeknya suatu cerpen adalah suatu hal yang relatif. Pada umumnya cerpen ditulis dari 250 kata sampai 10.000 kata. Adapun, cerpen yang sangat pendek umumnya terdiri dari 250 kata sampai 750 kata. 

Ada banyak contoh cerpen singkat dengan berbagai tema dan penggambaran berbagai watak dari tokoh yang ditulis. Salah satu tema yang kerap dibahas adalah tentang kasih sayang kepada orang terkasih. 

Melansir berbagai sumber, Rabu (23/10/2024), berikut contoh cerpen kasih sayang. 

Contoh Cerpen Kasih Sayang

1. Judul: Melihat Berita

Faizan menonton acara kartun. Keluarga Pak Somat. Kadang dia tertawa sendiri melihatnya. Di saat iklan, Faiza mengganti channel televisi. Ibunya memperhatikan itu. Faiza sekilas menonton berita.

"Korupsi? Apa itu?", celoteh Faiza sendirian. O iya, Faiza kelas enam.

"Apa, Za?", sahut ibunya.

"Itu bu.. Ada yang memakai baju warna orange.. Korupsi..", kata Faiza.

"Memangnya korupsi itu apa, bu?", tanya Faiza.

Ibunya memutar otak untuk menjelaskan arti korupsi untuk anak seusianya.

"Oh, jadi korupsi itu seperti mencuri ya, bu?", tanya Faiza.

"Ya semacam itu, Za. Tapi uangnya banyak sekali itu.. Uang itu milik negara..", ujar ibu.

"Seharusnya uang itu kan untuk pembangunan atau untuk membantu orang miskin tetapi dikurangi oleh orang yang korupsi.. ", lanjut ibu.

"Misalkan, seharusnya uang untuk diberikan kepada orang miskin itu seratus ribu.. Tetapi yang diberikan ternyata hanya delapan puluh ribu.. Yang dua puluh ribu untuk dirinya sendiri.. Itu contoh kecil korupsi, Za..", kata ibu.

"Misalkan juga untuk membeli semen, seharusnya harga hanya tujuh puluh ribu rupiah. Tetapi dilaporkan berharga seratus ribu rupiah. Uang yang tiga puluh ribu untuk dirinya sendiri, itu juga korupsi Za..", kata ibu lagi.

Faiza menyimak yang dikatakan ibu.

"Berarti kalau yang ditangkap itu pasti uangnya banyak ya, bu? Yang memakai baju orange itu...", tanya Faiza.

"Iya, tentu Za..", jawab ibu.

"Uang negara itu dipakai untuk membuat kaya dirinya sendiri. Bisa membeli mobil, membuat rumah yang bagus.. Nah itu sangat merugikan negara..", lanjut ibu.

"Nah, inti dari korupsi itu adalah tidak bersikap jujur Za.. Jika jujur, maka orang akan berhati-hati dalam bicara, bersikap dan lainnya..", kata ibu.

"Kamu bisa melatih kejujuran pada diri sendiri sejak kecil. Contohnya, disuruh membelikan minyak goreng. Kalau ada sisanya ya dikembalikan kepada ibu..", kata ibu memberikan contoh.

"Kalau dalam hal belajar, kamu harus berusaha datang tepat waktu di sekolah, tidak menyontek saat ulangan, tidak mencuri uang punya teman dan lainnya..", kata bapak menyambung perkataan ibu.

"Nah, kalau kamu sejak kecil selalu jujur, maka kalau kamu besar nanti juga akan berusaha berbuat jujur, Za. Jadi apapun nanti, kamu akan terbiasa jujur.. tidak mengambil yang bukan milikmu..", lanjut bapak.

Faiza mengerti apa yang dikatakan ibu dan bapak. Ternyata, setiap orang harus bersikap jujur agar tidak korupsi. Kalau tidak jujur bisa ditangkap seperti orang-orang yang memakai baju orange. Faiza tidak mau menjadi seperti itu.

2. Judul: Amplop

Nisa memandang amplop-amplop yang dia pegang. Amplop terkecil bersih. Ada 20 Di atas meja ada uang sepuluh ribuan, dua puluh ribuan dan lima puluh ribuan. Di atas meja itu juga tergeletak buku kecil yang terbuka dan sebuah bolpoin.

"Sa, ini tolong dimasukkan ke dalam amplop-amplop ini..", pinta ibu.

"Dan ini ada buku catatan. Ini uangnya..", lanjut ibu lagi.

Kemudian Nisa menerima amplop, buku catatan dan sejumlah uang dari tangan ibu. Nisa waktu itu masih sekolah jenjang SD kelas lima. Nisa membaca catatan di buku ibu. Kemudian dia mendapati tulisan nama-nama yang tak asing. Dan sekaligus ada catatan nominal uang.

"Mengko nek wis diamplopi, tolong dikasihkan ke nama-nama itu ya..", pinta ibu.

"Nggih, bu..", jawab Nisa.

"Kita harus berbagi, Sa. Sedikit atau banyak rezeki yang kita miliki itu ada hak orang lain..", kata ibu.

"Dengan begitu harta yang kita miliki akan bersih, Sa. Percayalah dengan memberi, kamu tidak akan menjadi miskin. Justru kamu akan menjadi kaya.. Kaya hati, Sa", lanjut ibu.

Nisa mendengarkan perkataan ibu sambil memasukkan uang-uang itu ke dalam amplop.

Nisa masih memegang amplop-amplop putih baru ukuran kecil itu. Masih teringat jelas nasehat dengan pemberian contoh langsung dari almarhumah ibunya.

"Alhamdulillah, ini tahun pertamaku mendapatkan gaji dari kerjaku. Dan pertama kali membagi ini untuk tetangga-tetanggaku yang kekurangan..", batin Nisa.

Nisa mulai memasukkan uang-uang miliknya ke dalam amplop. Sesuai dengan catatan, amplop A berisi berapa, amplop B berisi berapa dan seterusnya. Mungkin tak seberapa, tapi akan memberi manfaat bagi yang benar-benar membutuhkan.

Jika dulu Nisa membantu ibunya, sekarang Nisa mengeluarkan sedekah ini dari hasil jerih payahnya sendiri.

3. Judul: Aku dan Keluarga

Pagi ini cuaca sangat cerah, aku bangun dari ranjangku dan meraih handuk yang kuletakkan di atas bangku belajar. Sesekali aku melihat ke arah kaca di sana, aku bisa melihat mata sembab yang menandakan kepedihan. Selesai mandi dan semuanya beres aku langsung keluar rumah tanpa pamitan dan langsung ke gudang untuk mengambil sepeda lamaku. 

Selama diperjalanan pikiranku hanya tertuju pada kejadian semalam. Tak terasa air mata sudah mengalir di pipiku. Setelah sampai di gerbang sekolah aku langsung memarkirkan sepeda dan berjalan lemas ke arah kelasku. Teman temanku mungkin merasa aneh dengan sifatku hari ini.

”Clara apa yang sedang terjadi denganmu” Tanya aries

”Aku gak apa-apa” balasku.

Akhirnya pelajaran terakhir pun selesai. Aku langsung berjalan ke arah sepedaku dan mengayuhnya dengan hati-hati. Saat sudah sampai di depan pintu rumahku aku mendengar teriakan, bahkan makian yang tak pantas keluar dari mulut kedua orang tua. Aku mengurungkan niat masuk ke rumah itu dan langsung mengayuh sepeda sekencang mungkin dengan harapan supaya angin bisa membawa beban pikiranku. 

Tiba-tiba aku langsung terhenti di taman bermain yang pernah aku mainin bersama keluargaku. Tak terasa air mata kembali membasahi pipiku. Aku duduk sebentar di ayunan itu. Beberapa menit kemudian aku ingin pulang kerumah karena merasa lapar. Setelah sampai di rumah aku langsung membuka kulkas dan menemukan snack kesukaanku dan memakannya dengan tenang.

”Clara keputusan ayah sudah bulat. Jika kamu tetap tidak menyetujui perceraian itu maka akan sia-sia” Mendengar hal tersebut membuatku semakin kesal dan sedih.

”Iya, bercerailah dengan cepat! Lebih cepat lebih bagus” Ujarku dengan nada tinggi.

Sebenarnya kejadian seperti ini baru terjadi semenjak kakakku meninggal. Sebelum kakakku meninggal, semuanya baik-baik saja. Saling berbagi kehangatan tapi itu bukan untukku, semuanya hanya untuk kakakku.

Aku langsung berhenti menulis dan merebahkan diri di rajangku dan tidur. Keesokannya aku bangun dari tidur dan menjalankan rutinitas pagi ku aku turun dari tangga dan langsung di beri pelukan hangat dari ibuku. Aku langsung terheran heran.

”Mulai sekarang kami akan menyayangimu seutuhnya ” Kata ibuku dengan lembut.

”Tapi kertas perceraiannya?”

Ternyata mereka sudah membuang surat perceraian itu ke kotak sampah. Akhirnya aku datang ke sekolah dengan muka berseri-seri, teman-temanku sangat terheran-heran sedangkan aku hanya tersenyum lebar kepada mereka.

Karya: Annisa Saskia

Itulah ulasan mengenai contoh cerpen kasih sayang. Semoga menginspirasi!

Topik Menarik