Penjualan Motor Listrik di Indonesia Mandek, AISI Beberkan Ini Penyebabnya

Penjualan Motor Listrik di Indonesia Mandek, AISI Beberkan Ini Penyebabnya

Otomotif | inews | Jum'at, 4 Oktober 2024 - 06:38
share

JAKARTA, iNews.id - Pemerintah terus mendorong penggunaan motor listrik di Indonesia demi memperbaiki kualitas udara. Namun, masyarakat masih enggan beralih ke dari kendaraan konvensional yang disebabkan beberapa faktor.

Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Johannes Loman mengungkapkan tantangan utama yang dihadapi pasar motor listrik. Salah satu faktor yang membuat masyarakat enggan beralih adalah waktu cas motor listrik yang cukup lama.

"Di dalam industrinya penerimaan konsumen ternyata tak secepat roda empat. Satu keterbatasan jarak, waktu charging lama. Padahal, pengendara motor butuh kecepatan dan range yang jauh," kata Loman di Jakarta Selatan, Kamis (3/10/2024).

Selain itu, kata Loman, harga motor listrik cukup tinggi. Terlebih, masyarakat Indonesia masih memikirkan harga jual kembali ketika memutuskan membeli suatu kendaraan.

"Yang tak kalah penting harga dan peace of mind. Penerimaan konsumen itu yang penting, kalau konsumen kebutuhannya tercukupi, konsumen akan segera beralih," ujarnya.

Seperti diketahui, kuota subsidi saat ini sudah mencapai batas kuota yang ditentukan pemerintah, yakni 60.800 unit. Masyarakat yang ingin membeli motor listrik harus membayar tanpa potongan subsidi Rp7 juta.

Namun, ke depan Loman meyakini masyarakat Indonesia akan beralih ke sepeda motor listrik apabila pemerintah sudah mempersiapkan infrastruktur. Paling penting adalah meyakinkan masyarakat agar mau beralih ke motor listrik.

"Akan tumbuh, tapi perlu waktu karena nomor satu penerimaan dari konsumen itu penting. Kalau konsumen merasa nyaman dan kebutuhan tercukupi, saya percaya motor listrik bertumbuh lebih cepat," ujarnya.

Di Indonesia tercatat ada lebih dari 59 merek motor listrik. Namun, bila dibandingkan dengan total keseluruhan penjualan motor listrik di Indonesia komposisinya kurang dari 5 persen.

Topik Menarik