Kejagung Periksa 1 Saksi soal Dugaan Korupsi Emas Antam Crazy Rich Surabaya Budi Said
JAKARTA, iNews.id - Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung (Kejagung) memeriksa satu saksi, dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi transaksi ilegal pembelian logam mulia milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Kasus itu melibatkan crazy rich Surabaya Budi Said.
"Jampidsus memeriksa satu orang saksi, terkait dengan perkara dugaan tindak pidana korupsi penyalahgunaan wewenang, dalam penjualan emas oleh Butik Emas Logam Mulia Surabaya 01 Antam (BELM Surabaya 01 Antam) tahun 2018," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Ketut Sumedana, Rabu (15/5/2024).
Ketut menjelaskan, saksi merupakan kalangan wiraswasta berinisial PT. Adapun pemeriksaan itu dilakukan guna melengkapi berkas perkara atas tersangka crazy rich Surabaya, Budi Said alias BS, dan mantan General Manager PT Antam 2018, Abdul Hadi Aviciena alias AHA.
"Adapun saksi yang diperiksa berinisial PT selaku wiraswasta, terkait penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi atas nama tersangka BS dan tersangka AHA," ucap Ketut.
"Pemeriksaan saksi dilakukan untuk memperkuat pembuktian dan melengkapi pemberkasan dalam perkara dimaksud," tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung, Kuntadi mengatakan dari hasil pemeriksaan penyidik, BS diduga melakukan tindak pidana korupsi rekayasa jual beli emas PT Antam.
"BS seorang pengusaha properti asal Surabaya untuk diambil keterangan terkait dengan adanya dugaan rekaya jual beli emas dimaksud. Berdasarkan hasil pemeriksaan penyidik, pada hari ini status yang bersangkutan kita naikkan sebagai tersangka," ujar Kuntadi, Kamis (18/1/2024).
Kemudian, diketahui bahwa tersangka AHA bersama BS diduga melakukan transaksi periode Maret-November 2018 agar seolah-olah terjadi harga diskon.
Berdasarkan alat bukti yang ada, Kuntadi menyebut Budi terlibat dalam pemufakatan rekayasa jual beli emas yang merugikan PT Antam hingga 1,136 ton logam mulia atau setara Rp1,1 triliun.