Hanya Membersihkan, Dalih Donald Trump Ingin Gusur Jutaan Warga Gaza ke Mesir dan Yordania
“Hanya membersihkan Jalur Gaza yang dilanda perang” menjadi dalih Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat melontarkan gagasan menggusur jutaan warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.
Gagasan itu disampaikan Trump kepada wartawan saat berada di Air Force One pada hari Sabtu waktu AS. Dia mengaku sudah berbicara dengan Raja Abdullah II dari Yordania mengenai kondisi Gaza dan berencanauntuk berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.
“Saya ingin Mesir menerima orang, dan saya ingin Yordania menerima orang,” kata Trump.
“Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, kami hanya membersihkan semuanya. Ini benar-benar kacau,” ujarnya.
“Saat ini, tempat itu benar-benar seperti lokasi pembongkaran. Hampir semuanya dihancurkan, dan orang-orang sekarat di sana,” imbuhnya.
“Jadi, saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab, dan membangun perumahan di lokasi yang berbeda, di mana mereka mungkin bisa hidup dengan damai untuk perubahan,” kata Trump.
Baik Mesir maupun Yordania telah menolak gagasan mengusir warga Palestina dari Gaza.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menegaskan pada hari Minggu bahwa posisi kerajaan yang menentang pengusiran warga Palestina “tetap tidak dapat diubah dan tidak berubah.”
Pada hari Minggu, Kementerian Luar Negeri Mesir juga menekankan komitmennya untuk membela hak-hak warga Palestina dan penentangan terhadap pengusiran penduduk Gaza.
Menurut PBB, sekitar 1,9 juta orang—lebih dari 90 populasi Gaza—telah mengungsi sejak perang antara Israel dan Hamas pecah pada Oktober 2023.
Meskipun kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada 15 Januari, Israel sejak itu menuduh Hamas melanggar perjanjian pertukaran tahanan dan menghentikan pemulangan warga Gaza ke rumah mereka di bagian utara daerah kantong Palestina tersebut.
Kedua belah pihak juga saling menuduh melakukan pelanggaran gencatan senjata.
Pada hari Sabtu, Hamas menyerahkan empat tentara wanita Israel sebagai ganti pembebasan 200 tahanan Palestina. Pemerintah Israel mengatakan bahwa Hamas awalnya berjanji untuk membebaskan sandera yang berbeda.
Hamas menyandera sekitar 250 orang dan membunuh sekitar 1.200 orang selama serangan mendadaknya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 47.000 warga Palestina telah tewas di Gaza, menurut otoritas setempat.