Ini Isi Kesepakatan Gencatan Senjata Hamas-Israel yang Akhiri Perang di Gaza
JAKARTA – Gencatan senjata di Gaza antara Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas telah disepakati pada Rabu, (15/1/2025), menurut para mediator. Gencatan senjata, yang akan mulai berlaku pada Minggu, (19/1/2025) ini akan mengakhiri perang selama 15 bulan yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak.
Kesepakatan ini meliputi penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza, dimana militer zionis telah melakukan berbagai kekejaman dan kejahatan perang terhadap warga Palestina. Di sisi lain, Hamas akan membebaskan para sandera yang ditawan sejak serangan ke Israel pada 7 Oktober, sebagai ganti pembebasan tahanan Palestina yang ditawan Israel.
Para negosiator akan bekerja sama dengan Israel dan Hamas untulk mengambil langkah-langkah dalam melaksanakan kesepakatan gencatan senjata tersebut.
Jadi, apa saja syarat dan ketentuan yang termasuk di dalam kesepakatan gencatan senjata tersebut?
Tiga Tahap Gencatan Senjata
Menurut informasi dari pemerintah Amerika Serikat (AS), kesepakatan gencatan senjata ini terdiri dari tiga tahapan.
Tahap pertama adalah gencatan senjata penuh serta penarikan pasukan Israel dari daerah padat penduduk di Gaza. Pihak Hamas harus membebaskkan 33 sandera, termasuk semua wanita, anak-anak, pria berusia di atas 50 tahun, termasuk sandera warga AS.
Warga sipil Palestina akan dapat kembali ke daerah mereka, yang kemungkinan besar telah menjadi tumpukan puing-puing akibat pengeboman Israel. Selain itu masuknya bantuan kemanusiaan secara besar-besaran ke Gaza utuk memulihkan situasi kemanusiaan yang sangat parah setelah lebih dari setahun perang dan pengepungan Israel.
Tahap kedua kesepakatan ini akan mulai dinegosiasikan setelah tahap pertama berjalan selama 16 hari tanpa kegagalan. Tahap ini meliputi penghentian total perang di Gaza secara permanen, pertukaran sandera yang tersisa dan masih hidup, penarikan total pasukan Israel dari Gaza, dan perubahan status gencatan sementara di Gaza menjadi permanen.
Tahap ketiga meliputi rencana rekonstruksi besar-besaran di Gaza dan pengembalian jasad para sandera yang telah meninggal.
Warga Palestina dan Israel Rayakan Gencatan Senjata
Meski telah diumumkan, kesepakatan gencatan senjata ini tidak akan resmi sampai disetujui oleh kabinet keamanan dan pemerintah Israel. Pemungutan suara terkait hal ini dijadwalkan digelar pada Kamis, (16/1/2025).
Kesepakatan itu diharapkan akan disetujui meskipun ada tentangan dari beberapa garis keras dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang mengulangi kecamannya terhadap perjanjian itu pada Rabu.
Kesepakatan ini disambut gembira oleh warga Palestina di Gaza, yang merayakannya di jalan-jalan yang hancur. Di Khan Younis, kerumunan orang memadati jalan di tengah suara klakson saat mereka bersorak, melambaikan bendera Palestina, dan menari.
Sementara di Tel Aviv, keluarga sandera Israel dan teman-teman mereka bersukacita mendengar kesepakatan ini. Dalam sebuah pernyataan, mereka mengungkapkan rasa gembira dan lega dengan kesepakatan yang akan memulangkan keluarga dan orang-orang terdekat mereka.
Pasukan Israel menyerbu Gaza setelah orang-orang bersenjata yang dipimpin Hamas menerobos penghalang keamanan dan menyerbu komunitas-komunitas di daerah perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 tentara dan warga sipil serta menculik lebih dari 250 sandera asing dan Israel, menurut penghitungan Israel.
Perang udara dan darat Israel di Gaza sejak itu telah menewaskan lebih dari 46.000 orang, menurut angka-angka kementerian kesehatan Gaza, dengan ratusan ribu orang terlantar berjuang melewati musim dingin di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara.