Israel Akan Gunakan Uang Palestina untuk Bayar Utang Listrik Rp8,4 Triliun
Rezim Zionis Israel berencana untuk menggunakan uang pendapatan pajak yang dikumpulkannya atas nama Otoritas Palestina (PA) untuk membayar utang PA sebesar 1,9 miliar shekel (Rp8,4 triliun) kepada Israel Electric Co (IEC).
IEC adalah perusahaan listrik yang dikelola negara Israel. Rencana penggunaan pendapatan pajak Palestina itu disampaikan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich pada hari Minggu.
Israel memungut pajak atas barang-barang yang melewati Israel ke Tepi Barat yang diduduki atas nama PA dan mentransfer pendapatan tersebut ke Ramallah berdasarkan pengaturan yang telah lama berlaku antara kedua belah pihak.
Sejak serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 memicu perang di Gaza, Smotrich telah menahan sejumlah uang yang dialokasikan untuk biaya administrasi di Gaza.
Dana yang dibekukan tersebut disimpan di Norwegia dan, katanya pada rapat kabinet hari Minggu, akan digunakan untuk membayar utang kepada IEC sebesar 1,9 miliar shekel.
“Prosedur tersebut dilaksanakan setelah beberapa tindakan anti-Israel dan termasuk pengakuan sepihak Norwegia terhadap Negara Palestina,” kata Smotrich kepada para menteri kabinet, yang dilansir Reuters, Senin (13/1/2024).
“Utang PA kepada IEC mengakibatkan pinjaman dan suku bunga yang tinggi, serta kerusakan pada kredit IEC, yang akhirnya dialihkan kepada warga Israel," ujarnya.
Smotrich yang ultranasionalis menentang pengiriman dana ke PA, yang menggunakan uang tersebut untuk membayar upah sektor publik.
Dia menuduh PA mendukung serangan 7 Oktober di Israel yang dipimpin oleh Hamas, yang menguasai Gaza. PA saat ini membayar 50-60 persen gaji.
Israel juga memotong dana yang setara dengan jumlah total yang disebut pembayaran martir, yang dibayarkan PA kepada keluarga militan dan warga sipil yang dibunuh atau dipenjara oleh otoritas Israel.
Tidak ada komentar langsung dari PA terkait rencana rezim Zionis tersebut.