Siap Hadapi Opsi Perang Jika Trump Berkuasa, Iran Gelar Latihan Perang Lindungi Fasilitas Nuklir

Siap Hadapi Opsi Perang Jika Trump Berkuasa, Iran Gelar Latihan Perang Lindungi Fasilitas Nuklir

Global | sindonews | Senin, 13 Januari 2025 - 01:10
share

Militer Iran telah meluncurkan latihan baru di zona pertahanan udara barat dan utara negara itu termasuk Fordow dan Khondab yang menjadi tempat pengayaan uranium dan fasilitas air berat.

Latihan tersebut – yang dijuluki Eqtedar atau “kekuatan” dalam bahasa Persia – dimulai pada hari Minggu di lingkungan medan perang yang benar-benar nyata, dengan pasukan pertahanan udara Angkatan Darat memainkan peran utama di bawah komando jaringan pertahanan udara terpadu negara itu, IRNA melaporkan.

Latihan ini menampilkan misi ofensif dan defensif dengan rudal, radar, peperangan elektronik, intelijen elektronik dan unit pengintaian, serta sistem tipu daya Angkatan Pertahanan Udara Angkatan Darat Iran, bersama dengan pesawat berawak dan tak berawak Angkatan Udara.

Selama latihan, Angkatan Pertahanan Udara akan mempertahankan lokasi-lokasi penting dari simulasi serangan udara dan rudal.

Angkatan ini juga akan melakukan operasi pengintaian, identifikasi, intersepsi, dan serangan terhadap musuh tiruan dan menangkis serangan ofensif.

Pada tahap pertama latihan, Angkatan Pertahanan Udara menghancurkan pesawat nirawak penyerang menggunakan sistem Khordad 15 dan Talash.

Angkatan ini juga berlatih skenario pertahanan pasif dan gerakan taktis sistem pertahanan, selain menguji mobilitas dan taktik tembakan sistem rudal.

Sementara itu, operasi intersepsi udara berlangsung menggunakan pesawat berawak milik Angkatan Udara Republik Islam Iran.

Latihan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas operasional dan kesiapan tempur sistem pertahanan udara terhadap potensi serangan musuh.

Latihan ini juga berupaya menilai kinerja taktis dan teknis dalam kondisi medan perang, serta praktik pertahanan pasif untuk sistem pertahanan udara.

Latihan ini merupakan bagian dari latihan nasional, yang tahap pertamanya dimulai minggu lalu di zona pertahanan udara fasilitas nuklir Natanz di bawah perintah komandan markas pertahanan udara, kata penyiar nasional IRIB.

Angkatan udara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), kata laporan itu, tengah melakukan "pertahanan titik habis-habisan" di lokasi itu "terhadap sejumlah besar ancaman udara dalam kondisi peperangan elektronik yang sulit".

Juru bicara IRGC Ali Mohammad Naini mengatakan latihan itu, yang juga akan mencakup wilayah lain di Iran hingga pertengahan Maret, dilakukan sebagai respons terhadap "ancaman keamanan baru".

"Beberapa cabang IRGC, termasuk angkatan laut dan pasukan Basij, juga akan ambil bagian dalam latihan itu," imbuhnya, dilansir Press TV.

Bulan lalu, situs berita AS Axios melaporkan bahwa penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan telah menyampaikan kepada Presiden Joe Biden sejumlah opsi untuk kemungkinan serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran sebelum 20 Januari, saat Donald Trump menjabat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengecam laporan itu, dengan mengatakan ancaman terhadap fasilitas nuklir negara itu adalah "pelanggaran berat terhadap hukum internasional".

Anggota pemerintahan Trump yang akan datang telah berjanji untuk melanjutkan kampanye "tekanan maksimum" mantan presiden itu terhadap Iran.

Menurut Jenderal Naeini, sekitar 30 latihan darat, udara, dan laut telah dimulai di enam provinsi barat dan selatan dan akan terus berlanjut hingga pertengahan Maret.

"Jumlah latihan hampir dua kali lipat tahun ini dibandingkan tahun lalu, sebagai respons terhadap lanskap ancaman yang terus berkembang," kata Naeini di sela-sela jumpa pers di Teheran.

"Latihan-latihan ini secara signifikan lebih besar dalam cakupan dan kecanggihan, yang menampilkan persenjataan baru dan perluasan partisipasi brigade yang terlibat dalam operasi realistis."

Latihan maritim terbesar, katanya, akan berlangsung di Selat Hormuz, titik rawan strategis yang dilalui sepertiga pasokan minyak dunia.

"Musuh menunjukkan antusiasme palsu sambil salah menafsirkan situasi, mencoba menggambarkan Republik Islam sebagai negara yang lemah," kata Naeini kepada wartawan. "Iran telah bersiap menghadapi konflik skala besar yang kompleks dan tetap percaya diri dengan kemampuan pencegahannya."

Pada hari Jumat, 110.000 anggota pasukan Basij berbaris di Teheran.

"Kami telah mempertimbangkan semua kemungkinan skenario dan melakukan latihan yang realistis dan proporsional," kata Naeini. "Republik Islam tidak akan memulai perang apa pun di wilayah tersebut, tetapi akan menanggapi dengan tegas setiap ancaman."

Topik Menarik