Lawatan Pertama ke Luar Negeri, Menlu Suriah Kunjungi Arab Saudi

Lawatan Pertama ke Luar Negeri, Menlu Suriah Kunjungi Arab Saudi

Global | sindonews | Jum'at, 3 Januari 2025 - 19:48
share

Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah Asaad al-Shaibani berharap membuka "halaman baru yang cerah" dengan Arab Saudi setelah tiba di kerajaan tersebut. Ini merupakan kunjungan luar negeri pertama bagi para penguasa baru Suriah.

Kunjungan tersebut, yang dimulai pada Rabu malam (1/1/2025), dilakukan kurang dari sebulan setelah mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad digulingkan oleh pasukan pemberontak pada 8 Desember.

"Saya baru saja tiba di Kerajaan Arab Saudi yang bersaudara, ditemani oleh Menteri Pertahanan Murhaf Abu Qasra dan Kepala Badan Intelijen Umum Anas Khattab," tulis Asaad al-Shaibani di X.

"Melalui kunjungan pertama dalam sejarah Free Syria ini, kami bercita-cita membuka halaman baru yang cerah dalam hubungan Suriah-Saudi yang sesuai dengan sejarah panjang bersama antara kedua negara," ujar dia.

Al-Shaibani diangkat menjadi menteri luar negeri pada 21 Desember oleh pemerintah sementara Suriah, menjadi diplomat utama pertama negara tersebut sejak al-Assad digulingkan.

Sebelumnya pada hari Rabu, media pemerintah Suriah mengatakan delegasi tersebut mengunjungi kerajaan tersebut "atas undangan menteri luar negeri Saudi".

Pernyataan yang dibagikan Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan Wakil Menteri Luar Negeri Arab Saudi Waleed bin Abdulkarim El Khereiji menerima delegasi tersebut di bandara internasional di Riyadh.

Delegasi Suriah tersebut meliputi Menteri Pertahanan Murhaf Abu Qasra dan Kepala Intelijen Umum Anas Khattab, yang menggarisbawahi signifikansi diplomatik dan strategis dari kunjungan tersebut.

Kemudian pada hari Kamis, Menteri Pertahanan Saudi Pangeran Khalid bin Salman mengatakan dalam posting di X bahwa dia telah membahas dalam pertemuan dengan al-Shibani tentang cara terbaik untuk mendukung transisi politiknya.

Pertemuan tersebut juga meliputi menteri pertahanan dan kepala intelijen Suriah.

Dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera yang ditayangkan pada hari Selasa, al-Shaibani menyerukan pencabutan semua sanksi Barat terhadap Suriah saat dia merinci rencana pemerintahan baru untuk masa depan negara tersebut.

Adam Clements, mantan diplomat Amerika Serikat (AS) dan pejabat Pentagon, mengatakan Arab Saudi tengah berupaya membangun hubungan yang kuat dengan Suriah karena Iran kehilangan pengaruhnya atas negara tersebut.

"Saya pikir ini sangat penting," ujar dia kepada Al Jazeera pada hari Kamis. Dia mengatakan, “Dari sudut pandang diplomatik, Riyadh ingin menjalin hubungan yang lebih kuat dengan pemerintahan baru Suriah.”

"Arab Saudi juga akan memiliki peran besar ... pada awal pembangunan dan rekonstruksi. Suriah sangat bergantung pada Iran untuk minyak dan bahan bakar, jadi saya pikir negara-negara Teluk juga dapat mendukungnya," papar dia.

Dalam wawancara dengan televisi Al Arabiya milik Saudi pada hari Minggu, pemimpin de facto Suriah Ahmed al-Sharaa, yang juga disebut sebagai Abu Mohammed al-Julani mengatakan Riyadh "tentu akan memiliki peran besar di masa depan Suriah", dengan menunjuk pada "peluang investasi besar bagi semua negara tetangga".

Al-Sharaa mengepalai kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang memimpin serangan pemberontak yang menggulingkan Assad.

Perekonomian dan infrastruktur Suriah telah hancur akibat perang saudara selama lebih dari 13 tahun yang dimulai dengan tindakan keras terhadap protes pro-demokrasi pada tahun 2011.

Arab Saudi memutuskan hubungan dengan pemerintah Assad pada tahun 2012 dan mendukung pemberontak Suriah yang berusaha menggulingkannya di awal perang saudara di negara itu.

Pada tahun 2023, Liga Arab menerima kembali Suriah setelah lebih dari satu dekade ditangguhkan.

Topik Menarik