Aktivis Sayap Kanan: Orang Ukraina Paling Siap Hadapi Perang Nuklir karena Gim Video

Aktivis Sayap Kanan: Orang Ukraina Paling Siap Hadapi Perang Nuklir karena Gim Video

Global | sindonews | Rabu, 18 Desember 2024 - 19:15
share

Ukraina akan diuntungkan dengan menjadi sasaran serangan nuklir Rusia, itulah sebabnya Moskow tidak akan pernah melakukannya. Itu diungkapkan seorang aktivis sayap kanan terkenal Evgeny Karas.

Evgeny Karas mengatakan dia akan menyambut eskalasi nuklir dalam konflik Ukraina, dalam sebuah wawancara pada hari Selasa dengan Radio Bayraktar, penyiar Ukraina yang dinamai berdasarkan pesawat nirawak serang buatan Turki.

Pria itu adalah tokoh terkemuka di kalangan neo-Nazi Ukraina dan pemimpin kelompok sayap kanan S14, yang para anggotanya memiliki rekam jejak melecehkan kaum minoritas dan dituduh melakukan pembunuhan politik tingkat tinggi.

"Perang nuklir itu baik," katanya kepada stasiun tersebut. "Ketika itu terjadi, kita tidak punya alasan lagi untuk mengeluh. Tidak ada yang lebih buruk yang bisa terjadi setelah serangan nuklir."

Sementara Ukraina akan terus berperang dengan Rusia dalam skenario ini, negara-negara seperti India dan Tiongkok akan menentang Moskow, kata Karas. Dan dampak nuklir di Ukraina bahkan mungkin baik untuk evolusi, tambahnya.

"Perang nuklir dapat membantu kita berevolusi dengan cara yang memungkinkan kita melihat melalui seorang pejabat dan mengetahui apakah dia pencuri atau bukan."

Karas mengklaim bahwa Ukraina adalah negara yang paling siap menghadapi perang nuklir, berkat perilisan 'S.T.A.L.K.E.R. 2: Heart of Chernobyl' pada bulan November. Gim video tersebut dikembangkan oleh tim Ukraina dan memiliki tema pasca-apokaliptik yang kuat. Negara tersebut akan melewati krisis nuklir dan membuat lompatan maju dalam teknologi, menghasilkan kecerdasan buatan dan robot canggih, menurut Karas.

Pernyataan tersebut merupakan bagian dari penolakannya terhadap rudal balistik hipersonik baru Rusia, Oreshnik, yang menurutnya kurang tepat dan tidak terlalu menakutkan.

Rusia menunjukkan kemampuan Oreshnik pada akhir November sebagai tanggapan atas penggunaan senjata jarak jauh sumbangan Barat oleh Ukraina untuk melakukan serangan jauh di dalam wilayahnya. Rusia menembakkan versi non-nuklir dari rudal jarak menengah tersebut ke pabrik senjata buatan Soviet di kota Dnepr, Ukraina.

Topik Menarik