3 Negara Diuntungkan Tumbangnya Rezim Assad di Suriah, 2 di Antaranya Anggota NATO
Sejumlah negara diuntungkan saat rezim Bashar al-Assad tumbang di Suriah. Beberapa di antaranya adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
Sekadar diketahui, pasukan pemberontak atau oposisi Suriah telah melengserkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Damaskus. Menandai berakhirnya rezim otoriter, para warga Suriah menyambutnya dengan suka cita.
Tak hanya bagi warga Suriah, penggulingan Assad juga disambut bahagia oleh sejumlah negara lain. Siapa saja mereka?
3 Negara yang Diuntungkan oleh Tumbangnya Rezim Assad di Suriah
1. Israel
Setelah pemberontak mengggulingkan Bashar al-Assad, Israel mengirim pasukan daratnya melewati zona demiliterisasi di perbatasan Suriah-Israel. Hal ini menandai masuknya Israel pertama ke wilayah Suriah sejak Perang Timur Tengah 1973.
Dengan kondisi Damaskus setelah Assad digulingkan, pasukan Israel bebas bergerak di zona penyangga guna memperkuat perbatasan dan mencegah pihak-pihak yang tidak bersahabat mendirikan kamp di Suriah selatan.
Selain itu, Israel juga mendapat keuntungan karena selama ini rezim Assad menjadi sekutu Iran dan kelompok milisi Lebanon pro-Teheran; Hizbullah. Tel Aviv kini bisa sedikit lega karena sementara waktu tidak akan menerima serangan dari Hizbullah melalui perbatasan Suriah.
2. Amerika Serikat
Amerika Serikat, sekutu utama Israel, juga mendapat keuntungan dengan runtuhnya rezim Assad di Suriah.
Meski sudah memiliki pasukan di wilayah Suriah, AS selama ini waspada dengan pengaruh Rusia di negara tersebut. Terlebih, Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan sekutu utama Bashar al-Assad.
Melihat rezim Assad runtuh, AS setidaknya tahu bahwa pengaruh Rusia di Timur Tengah telah berkurang. Hal ini bisa mereka manfaatkan untuk meningkatkan pengaruh di sana atau bahkan memperkuat sekutunya, Israel, guna meraih tujuan-tujuan lain di masa mendatang.
3. Turki
Turki menegaskan bahwa pihaknya tidak terlibat dalam aksi pemberontak yang meruntuhkan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah. Kendati begitu, sebagian pengamat menyebut Ankara menerima keuntungan besar setelah penggulingan rezim di Damaskus.
Mengutip New York Times, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama ini dikenal sebagai pendukung pemberontak Suriah. Awalnya, Ankara memang tidak banyak bicara.
Namun, setelah pemberontak menyerbu Damaskus dan mengambil alih kendali, Erdogan membuat rencana untuk membuka kembali kedutaannya yang telah ditutup selama hampir 13 tahun.
Dalam proses tersebut, Turki tampaknya juga telah melemahkan pengaruh regional Rusia, yang bersama dengan Iran, merupakan pendukung utama presiden Assad.
Asli Aydintasbas, peneliti tamu di Brookings Institution di Washington menyebut Turki mendapat keuntungan dari runtuhnya rezim Assad di Suriah. Kondisi di sana akan memperkuat kedudukan Ankara yang selama ini disebut mendukung pemberontak.
“Suriah mungkin tidak mengalami transisi yang mulus, dan mungkin akan terjadi pertikaian baru antara faksi-faksi. Namun yang tidak dapat disangkal adalah bahwa pengaruh Turki akan terus tumbuh, baik secara ekonomi maupun politik," katanya.
Duduk Perkara CIA, FBI, dan NYPD Digugat Rp1,5 Triliun atas Pembunuhan Aktivis Muslim Malcolm X
Dari semua pemain utama di kawasan itu, Ankara memiliki saluran komunikasi dan sejarah kerja sama terkuat dengan kelompok Islamis yang sekarang berkuasa di Damaskus. Alhasil, mereka bisa memposisikan diri untuk meraup keuntungan dari jatuhnya rezim Assad.
Itulah beberapa negara yang diuntungkan saat rezim Assad tumbang di Suriah.