Presiden Assad Naikkan Gaji Tentara Suriah saat Perang Melawan Pemberontak Pecah

Presiden Assad Naikkan Gaji Tentara Suriah saat Perang Melawan Pemberontak Pecah

Global | sindonews | Jum'at, 6 Desember 2024 - 09:25
share

Presiden Suriah Bashar al-Assad memutuskan untuk menaikkan gaji tentara sebesar 50 persen, kecuali bagi mereka yang sedang menjalani wajib militer.

Keputusan presiden tersebut diambil saat perang saudara antara pasukan pemerintah melawan pasukan kelompok pemberontak Suriah pecah kembali setelah beberapa tahun mereda.

Pasukan kelompok pemberontak atau oposisi telah melakukan serangan kilat di wilayah barat laut Suriah, yang menyebabkan pemberontak memasuki kota besar Hama pada hari Kamis setelah merebut Aleppo pekan lalu.

"Tarif lima puluh persen akan ditambahkan ke gaji sekaligus bagi personel militer, yang berlaku pada tanggal dikeluarkannya keputusan tersebut," tulis kantor berita pemerintah Suriah, SANA , yang mengumumkan keputusan Presiden Assad.

Pada bulan Desember 2023, rezim Assad menaikkan bonus prajurit dari 10.000 pound Suriah (USD0,75) menjadi 100.000 pound Suriah (USd7,50) per bulan.

Tentara Suriah telah melemah secara signifikan dalam konflik yang berlangsung hampir 14 tahun di negara itu, yang dimulai ketika pasukan rezim Assad menindak keras protes pro-demokrasi pada Maret 2011.

Rusia, Iran, dan milisi yang didukung Iran membantu menopang rezim Assad saat mulai kehilangan lebih banyak wilayah.

Pasukan rezim dan sekutu milisi mereka yang didukung Iran juga mengalami kemunduran serius baru-baru ini setelah serangan mematikan Israel yang bertepatan dengan perang di Lebanon.

Tanpa angka resmi, diperkirakan hampir satu juta orang telah tewas atau hilang selama konflik Suriah pecah, dengan sekitar setengah dari populasi Suriah sebelum perang mengungsi.

Perang, yang telah melibatkan beberapa kekuatan regional dan internasional serta kelompok ekstremis, telah menyebabkan pasukan rezim Suriah kehilangan sekitar setengah dari total personel di tahun-tahun awal pertempuran, atau sekitar 300.000 tentara, menurut para pakar.

Krisis ekonomi yang menghancurkan akibat perang, sanksi, dan korupsi juga telah mengurangi gaji tentara dan pegawai pemerintah lainnya.

Para pengamat mengatakan kondisi sosial ekonomi yang memburuk telah membuat moral prajurit rendah dalam pertempuran yang sedang terjadi. Ratusan ribu pria yang cukup umur untuk berperang juga telah melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari wajib militer.

Pada bulan Juli, rezim Suriah mengumumkan rencana untuk melepaskan puluhan ribu pasukan cadangan hingga akhir tahun ini.

Oposisi Serukan Kaum Alawi Membelot

Seiring dengan serangan pemberontak yang semakin jauh ke selatan, dan dengan kelompok oposisi yang mengarahkan pandangan mereka ke Homs kota terbesar ketiga di Suriahmiliter rezim, yang didukung oleh Rusia, diperkirakan akan menghadapi pukulan lebih lanjut.

Beberapa prajurit telah membelot dan ada kekhawatiran di rezim tersebut bahwa lebih banyak personel yang membelot dari Angkatan Darat.

Kelompok oposisi minggu ini menyerukan kepada anggota sekte Alawi atau Alawite untuk menjauhkan diri dari rezim Assad, dengan berjanji bahwa mereka tidak akan menjadi sasaran bahaya dari pemberontak yang dipimpin oleh kaum Islamis atau menghadapi diskriminasi apa pun.

Alawi, cabang dari Islam Syiah yang dianut Assad, merupakan minoritas di Suriah. Anggota sekte tersebut menduduki jabatan senior di militer dan intelijen rezim, yang menyebabkan kebencian di kalangan mayoritas Islam Sunni.

Kelompok pemberontak mengatakan mereka tidak ingin mencelakai komunitas minoritas di Suriah, baik Kristen, Alawi, Druze, atau Syiah.

Pemerintah Keselamatan Suriah (SSG), yang telah mengelola provinsi Idlib selama bertahun-tahun dan dibentuk oleh kelompok Islamis; Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mengatakan waktunya telah tiba untuk "membebaskan negara" dari rezim yang telah membawa penderitaan bagi rakyat Suriah.

"Rezim Assad menggunakan sekte Alawi untuk melawan rakyat Suriah dan menyeret mereka ke dalam pertempuran zero-sum melalui serangan sektarian berdarah sistematis, yang menciptakan keretakan di antara berbagai komponen rakyat," kata SSG dalam sebuah pernyataan, yang dilansir New Arab , Jumat (6/12/2024).

SSG menyerukan kepada kaum Alawi untuk memisahkan diri dari sistem ini guna memperbaiki kesalahan masa lalu, dan menjadi bagian dari masa depan Suriah yang tidak mengakui sektarianisme.

SSG juga menyampaikan pidato di hadapan warga Salamiyah, kota dengan mayoritas penduduk Ismailiyah di provinsi Hama yang direbut pemberontak, dengan mengatakan bahwa pemberontak ingin melindungi dan menjaga harta benda mereka, serta mendesak mereka untuk tidak berpihak pada rezim.

Topik Menarik