Bos Intelijen AS Pilihan Donald Trump Dituduh Sebagai Aset Rusia
Tulsi Gabbard, yang ditunjuk Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai Direktur Intelijen Nasional (DNI), dituduh sebagai aset Rusia.
Tuduhan itu disampaikan anggota Kongres dari Partai Demokrat Debbie Wasserman Schultz. "Kemungkinan merupakan aset Rusia," kata Schultz dalam sebuah wawancara dengan MSNBC, yang dilansir Sabtu.
Menurut Schulz, Trump membuat pilihan yang tidak bertanggung jawab untuk kabinet barunya.
Gabbard adalah mantan anggota Kongres asal Hawaii dan seorang penisunan letnan kolonel di Cadangan Angkatan Darat AS.
Sebagai seorang kritikus vokal intervensi militer Washington, dia meninggalkan Partai Demokrat tak lama setelah eskalasi konflik Ukraina pada tahun 2022.
Bulan lalu, dia mengumumkan bahwa dirinya telah bergabung dengan Partai Republik dan mendukung Trump.
Trump mengumumkan pencalonan Gabbard awal minggu ini, dengan mengatakan: ”Gabbard akan membawa semangat tak kenal takut yang telah menentukan kariernya yang gemilang ke komunitas intelijen AS.”
Wewenang DNI mencakup NSA, CIA, dan FBI.
Israel Klaim Yahya Sinwar Tewas
Schultz mengeklaim bahwa menunjuk Gabbard ke jabatan itu akan berbahaya. "Karena akan menjadikannya jalur langsung dari komunitas intelijen AS ke musuh-musuh kita,” ujarnya.
"Tulsi Gabbard adalah seseorang yang telah bertemu dengan penjahat perang, melanggar pedoman Departemen Luar Negeri dan secara diam-diam, secara diam-diam, pergi ke Suriah dan bertemu dengan [Presiden Bashar] Assad. Dia dianggap, menurut sebagian besar penilaian, sebagai aset Rusia," imbuh anggota Kongres tersebut.
Da juga secara pribadi menganggap Gabbard seseorang yang kemungkinan merupakan aset Rusia. Schultz tidak menguraikan tuduhannya.
Gabbard belum mengomentari tuduhan Schultz. Sebelumnya, dia menyambut baik pencalonannya oleh Trump dalam sebuah posting di X, berterima kasih kepada presiden terpilih atas kesempatan untuk mempertahankan keselamatan, keamanan, dan kebebasan rakyat Amerika.
Para pengguna X dengan cepat mengecam Schultz atas pernyataannya, dengan menunjukkan bahwa dia tidak memberikan bukti dugaan mata-mata Gabbard atas nama Rusia dan menyebut klaimnya "fitnah."
Gabbard bukanlah orang pertama yang dipilih Trump yang dituduh memiliki hubungan dengan Rusia. Sebelumnya, dua senator Demokrat terkemuka menuntut penyelidikan terhadap CEO SpaceX Elon Musk atas klaim media bahwa dia memiliki kontak dengan pejabat senior Rusia.
Trump sebelumnya mengumumkan bahwa Musk akan mengepalai Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) di masa mendatang, yang bertugas mereformasi pemerintah AS.
Dalam wawancaranya, Schultz menyebut seluruh perombakan kabinet Trump sebagai "yang paling ekstrem dan berbahaya" dalam sejarah dan "kegilaan ala Star Wars."
Dia mencatat bahwa meskipun beberapa pilihan Trump lumayan, sebagian besar "secara individual tidak memenuhi syarat."