Kekuatan Militer Jepang 2024, Ternyata Masuk 10 Besar Terkuat di Dunia
JAKARTA - Jepang kini semakin serius dalam memperkuat pertahanannya setelah bertahun-tahun mengandalkan dukungan militer Amerika Serikat (AS). Upaya ini adalah respons terhadap perubahan geopolitik di kawasan Asia-Pasifik.
Berdasarkan laporan Army Technology, Jepang telah lama menjalankan kebijakan isolasi damai yang awalnya dipaksakan pasca-Perang Dunia II, dan kemudian diadopsi secara internal. Namun, perubahan dalam situasi keamanan global, seperti kebangkitan China sebagai kekuatan besar yang berupaya mendominasi kawasan Asia-Pasifik barat, telah menempatkan Jepang pada posisi yang rentan. Tatanan dunia multi-polar yang dipimpin China semakin memperbesar pengaruhnya di kawasan ini, sehingga menuntut Jepang untuk memperkuat pertahanan dan keamanan nasionalnya.
Menurut Asia Times, meskipun Jepang telah meningkatkan kekuatan militernya, dan tercatat sebagai salah satu kekuatan militer terkuat ketujuh di dunia, kemampuan ini masih kurang optimal. Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang meningkatkan anggaran pertahanan, membeli dan mengembangkan rudal jarak jauh, menandatangani perjanjian pertahanan dengan beberapa negara, dan merencanakan pembentukan Komando Operasi Gabungan. Di samping itu, Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) semakin sering melakukan latihan gabungan dengan AS, Australia, dan sekutu lainnya.
Namun, meskipun sudah ada peningkatan, JSDF belum sepenuhnya siap untuk perang besar. Keterbatasan masih terlihat dalam hal organisasi, logistik, komando dan kendali, kesiapan peralatan dan senjata, serta kesiapan psikologis pasukan untuk menghadapi pertempuran. Saat ini, struktur dan kemampuan tempur JSDF belum cukup untuk menghadapi serangan besar, serta masih kekurangan pasukan cadangan yang siap dikerahkan dalam situasi perang.
Kekuatan JSDF
JSDF memiliki keunggulan di beberapa bidang, terutama dalam Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (MSDF), yang mahir dalam perang anti-kapal selam, pengawasan maritim dan udara, serta pertahanan rudal. Teknologi canggih yang digunakan MSDF memungkinkan Jepang untuk memantau dan mempertahankan wilayah perairannya dengan baik. Selain itu, Jepang juga memiliki kemampuan luar angkasa dan pertahanan rudal yang penting, terutama di tengah ancaman misil dari negara tetangga.
Namun, tantangan terbesar bagi JSDF adalah ketidakmampuannya melakukan operasi gabungan yang melibatkan tiga cabang militernya, yaitu angkatan darat, laut, dan udara. Operasi gabungan ini penting agar semua cabang militer dapat bekerja secara terpadu. Tanpa kemampuan ini, JSDF hanya berfungsi sebagian, bukan sebagai kekuatan utuh. Jepang menyadari kelemahan ini dan sedang berupaya memperbaikinya, meskipun prosesnya memerlukan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit.
Secara umum, kualitas personel JSDF cukup tinggi. Namun, mereka mengalami tantangan kesejahteraan seperti gaji rendah, fasilitas perumahan yang terbatas, serta kurangnya dukungan dari elit politik Jepang, yang berdampak pada motivasi personel dalam tugas pertahanan. Selain itu, jumlah personel JSDF masih jauh dari ideal.
Dalam upaya mempertahankan kesiapan dan modernisasi, Jepang menargetkan peningkatan anggaran pertahanan hingga 2 dari PDB. Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas jangka panjang, termasuk pengembangan sistem senjata dan teknologi mutakhir, serta pengadaan kapal perang yang dilengkapi dengan sistem pertahanan Aegis dan pengembangan sistem pencegat hipersonik bersama Amerika Serikat. Jepang juga merencanakan untuk mempercepat pengadaan misil jelajah Tomahawk dan misil anti-kapal Type-12 yang ditingkatkan.
Untuk mendukung pertahanan yang lebih luas, Jepang juga mengembangkan sistem tanpa awak seperti kendaraan amfibi nirawak dan drone guna mendukung logistik pasukan. Pemerintah Jepang berencana membentuk formasi baru di wilayah barat daya guna memperkuat kemampuan penyebaran pasukan. Selain itu, Jepang akan memperoleh kapal pendukung manuver dan helikopter angkut untuk meningkatkan mobilitas pasukan.