Punya 2.500 Tentara, Misi Koalisi Pimpinan AS di Irak Akan Berakhir pada September 2025

Punya 2.500 Tentara, Misi Koalisi Pimpinan AS di Irak Akan Berakhir pada September 2025

Global | okezone | Sabtu, 28 September 2024 - 15:18
share

IRAK - Misi militer koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di Irak akan berakhir pada September 2025 dan akan ada transisi menuju kemitraan keamanan bilateral. Hal ini diungkapkan AS dan Irak dalam pernyataan bersama pada Jumat (27/9/2024).

AS memiliki sekitar 2.500 tentara di Irak dan 900 di negara tetangga Suriah sebagai bagian dari koalisi yang dibentuk pada tahun 2014 untuk memerangi ISIS yang mengamuk di kedua negara.

Pernyataan bersama tersebut memberikan sedikit rincian, termasuk berapa banyak tentara AS yang akan meninggalkan Irak dan dari pangkalan mana.

Dalam pengarahan kepada wartawan pada Jumat (27/9/2024), seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa langkah tersebut bukanlah penarikan dan menolak untuk mengatakan apakah ada pasukan yang akan meninggalkan Irak.

"Saya hanya ingin menegaskan fakta bahwa ini bukan penarikan pasukan. Ini adalah transisi. Ini adalah transisi dari misi militer koalisi ke hubungan keamanan bilateral AS-Irak yang diperluas," kata pejabat itu.

Perdana Menteri (PM) Irak Mohammed Shia al-Sudani memulai pembicaraan dengan Washington pada bulan Januari mengenai perubahan tersebut. Ia mengatakan bahwa, meskipun ia menghargai bantuan mereka, pasukan AS telah menjadi magnet bagi ketidakstabilan, sering menjadi sasaran dan menanggapi dengan serangan yang sering tidak dikoordinasikan dengan pemerintah Irak.

Reuters telah melaporkan bahwa perjanjian tersebut akan membuat ratusan pasukan meninggalkan pangkalan udara pada bulan September 2025, dengan sisanya berangkat pada akhir tahun 2026.

 

Berdasarkan rencana tersebut, semua pasukan koalisi akan meninggalkan pangkalan udara Ain al-Asad di provinsi Anbar barat dan secara signifikan mengurangi kehadiran mereka di Baghdad pada bulan September 2025.

Pasukan AS dan koalisi lainnya diperkirakan akan tetap berada di Erbil. Negara-negara lain, termasuk Jerman, Prancis, Spanyol, dan Italia, menyumbangkan ratusan pasukan untuk koalisi tersebut.

Para pejabat mengatakan kepada wartawan bahwa misi AS di Suriah akan terus berlanjut.

Penarikan pasukan tersebut akan menandai perubahan penting dalam posisi militer Washington di Timur Tengah. Meskipun utamanya difokuskan untuk melawan ISIS, namun para pejabat AS mengakui bahwa kehadiran AS juga berfungsi sebagai posisi strategis untuk melawan pengaruh Iran.

Posisi ini menjadi semakin penting karena Israel dan Iran meningkatkan konfrontasi regional mereka, dengan pasukan AS di Irak menembak jatuh roket dan pesawat nirawak yang ditembakkan ke Israel dalam beberapa bulan terakhir.

Perjanjian tersebut kemungkinan akan menghadirkan kemenangan politik bagi Sudani karena ia menyeimbangkan posisi Irak sebagai sekutu Washington dan Teheran.

Topik Menarik