Balakrishnan: Negara-negara Butuh "GNB Baru"

Balakrishnan: Negara-negara Butuh "GNB Baru"

Global | koran-jakarta.com | Jum'at, 11 November 2022 - 05:12
share

SINGAPURA - Ada jalan bagi negara-negara di dunia untuk terus berkolaborasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan di tengah fragmentasi global akibat ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Hal itu diutarakan Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, dalam pidatonya di Konferensi Global Next STEP pada Rabu (9/11) yang diselenggarakan oleh lembaga think-tank Peterson Institute for International Economics dan Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew.

Dalam pidatonya, Menlu Balakrishnan juga menyerukan perlunya "gerakan non-blok" (GNB) baru untuk sains, teknologi, dan rantai pasokan, sebagai tanggapan terhadap konsekuensi yang sangat merusak dari perpecahan teknologi dan ekonomi yang sebenarnya dan disebabkan antara dua negara adidaya tersebut.

Ketika mendeskripsikan seruaaaannya, Menlu Balakrishnan menyatakan bahwa gerakan non-blok baru itu harus multipolar, terbuka, dan berbasis aturan.

"Harus ada komitmen untuk ilmu pengetahuan terbuka, pembagian yang adil dan pemanenan atas kekayaan intelektual, dan adanya sistem di mana kita akan bersaing untuk menjadi yang paling inovatif, andal, dan dapat dipercaya, daripada dinilai hanya dari sisi mana kita telah mengambilnya," ucap dia.

Gerakan non-blok yang asli adalah sebuah forum yang diikuti sekitar 120 negara dan dibentuk selama puncak Perang Dingin pada 1961 oleh negara-negara yang ingin menentukan arah kebijakan luar negeri mereka sendiri di luar konflik antara AS, Uni Soviet dan sekutu-sekutu mereka.

"Saya hanya mewacanakan ini di atas meja untuk menegaskan bahwa kita semua memiliki hak pilihan, dan kita akan, sampai batas maksimum, menolak untuk memihak," kata Menlu Singapura itu seraya menambahkan bahwa wacana ini masih merupakan ide awal.

"Saya tidak percaya negara Asia yang menghargai diri sendiri ingin terjebak, atau menjadi pengikut atau, lebih buruk lagi, menjadi panggung untuk pertempuran proksi. Jadi, saya mencoba membuat argumen untuk apa yang diinginkan seluruh dunia," ucap dia.

Kurangnya Kepercayaan

Sebelumnya dalam pidato tersebut, Menlu Balakrishnan menggambarkan keadaan global yang menyebabkan perlunya gerakan semacam itu. Kurangnya kepercayaan antara AS dan Tiongkok telah menyebabkan keduanya berjalan dengan cara mereka sendiri dalam hal pengembangan teknologi, kata dia seraya menekankan bagaimana kedua belah pihak telah menerapkan kebijakan untuk mengendalikan aliran teknologi keluar dari perbatasan mereka untuk mempertahankan keuntungan.

"Tidak adanya kepercayaan strategis akan membuat kedua belah pihak selalu berasumsi yang terburuk. Kondisi ini akan mengarah pada peningkatan ketegangan," ucap dia.

"Pusaran ketegangan akan mengarah pada fragmentasi antara kedua ekonomi dan menghasilkan biaya yang lebih tinggi, lebih banyak hambatan untuk kemajuan ilmiah, dan gangguan pada sistem global dan rantai pasokan," imbuh Balakrishnan. ST/I-1

Topik Menarik