Ketika Seragam Cokelat Bripka Wempi dan Cangkul Berpadu menuju Ladang Harapan di TTS
SOE, iNewsTTU.id – Seragam cokelat kepolisian dan cangkul mungkin terlihat seperti dua dunia yang berbeda. Namun, di tangan Bripka Wempy Selan, keduanya menyatu dalam harmoni yang menginspirasi.
Sebagai anggota Polsek Kuanfatu, Polres Timor Tengah Selatan (TTS), Polda NTT, ia tak hanya menjalankan tugas menjaga keamanan, tetapi juga merintis sebuah kebun bawang merah seluas empat hektare yang kini menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang.
Dimulai dari Lahan Tidur, Langkah kecil itu bermula pada 2016. Di sela-sela tugasnya, Bripka Wempy melihat sebuah peluang di lahan tidur di Desa Nulle, Kecamatan Amanuban Barat. Bukannya membiarkan lahan tersebut terbengkalai, ia justru melihat potensi besar di dalamnya.
Dengan modal semangat, ia mulai menanam bawang merah di atas sebidang kecil tanah.
“Awalnya, ini hanya cara saya mengisi waktu luang. Tapi saya ingin lebih dari sekadar hobi—saya ingin memberikan manfaat nyata,” kenangnya.
Keputusan itu ternyata menjadi titik balik. Hasil panen pertamanya cukup menggembirakan, mendorongnya untuk terus memperluas area tanam. Tahun demi tahun, lahan yang dulu tak terpakai itu berubah menjadi kebun yang subur, menghasilkan puluhan ton bawang merah setiap musim.
Namun, kisah Bripka Wempy tidak berhenti pada keberhasilan pribadi. Ia menjadikan kebunnya sebagai ruang belajar bagi masyarakat sekitar. Dengan senang hati, ia berbagi ilmu bertani kepada petani pemula dan bahkan memberikan bibit bawang merah secara cuma-cuma.
“Banyak yang awalnya takut gagal. Tapi saya selalu bilang, coba dulu. Kalau kita berusaha, hasilnya pasti ada,” ujarnya dengan senyum hangat saat ditemui di kediamannya di bilangan kota Soe, Senin, 30/12/2024.
Kehadirannya sebagai mentor mengubah pandangan pemuda-pemuda Desa Nulle. Pertanian, yang sebelumnya dianggap kurang menjanjikan, kini menjadi pilihan masa depan yang dilirik banyak orang.
“Pak Wempy mengajari kami bagaimana memanfaatkan tanah dengan baik. Beliau membuktikan bahwa bertani bisa berhasil kalau dilakukan dengan tekun,” ungkap Yohanis, seorang petani muda desa tersebut.
Seragam dan Cangkul, Dua Dunia yang Harmonis, Meski sukses di bidang pertanian, Bripka Wempy tak pernah melupakan tugas utamanya sebagai aparat penegak hukum. Setiap hari, ia membagi waktunya dengan cermat antara tugas negara dan kebunnya.
“Manajemen waktu itu kunci. Saat bekerja sebagai polisi, saya tetap fokus pada tugas saya. Ketika di kebun, saya menikmati peran saya sebagai petani,” ujar pria murah senyum sambil menyeruput segelas kopi bersama penulis.
Baginya, bertani bukan sekadar cara untuk menambah penghasilan, tetapi juga sarana untuk menunjukkan bahwa setiap orang bisa berkontribusi bagi komunitasnya.
Kini, Bripka Wempy memiliki visi besar, membawa bawang merah dari TTS ke pasar nasional bahkan internasional. Ia yakin bahwa hasil pertanian dari daerahnya mampu bersaing di mana saja.
“Saya ingin bawang merah dari TTS dikenal luas. Potensinya besar, dan saya yakin kita bisa mencapainya jika bekerja bersama-sama,” kata Bripka Wempy, Pria kelahiran Tahun 1989 didampingi istrinya.
Sosok yang Menginspirasi, Kisah Bripka Wempy Selan bukan hanya tentang bawang merah, tetapi tentang semangat, kerja keras, dan keberanian untuk melampaui batas.
Ia membuktikan bahwa profesi tidak membatasi seseorang untuk berkarya dan berbagi manfaat bagi orang lain.
Perbincangan sore itu semakin hangat, sayangnya, sinar matahari semakin redup dibalut kegelapan, penulis harus cepat cepat pulang ke kota kefamenanu, Ibukota kabupaten Timor Tengah Utara, sekira 87 kilometer arah Timur.
Namun yang perlu digarisbawahi adalah di Desa Nulle, sosok Bripka Wempy adalah bukti hidup bahwa seragam dan cangkul bisa berpadu untuk membawa perubahan. Dari sebuah lahan tidur, ia menanam harapan—dan kini, ia menuai kepercayaan dan penghormatan dari institusinya.