Jokowi Sebut Angka Stunting Indonesia Turun dalam 10 Tahun Terakhir, Cek Faktanya di Sini

Jokowi Sebut Angka Stunting Indonesia Turun dalam 10 Tahun Terakhir, Cek Faktanya di Sini

Gaya Hidup | inews | Jum'at, 16 Agustus 2024 - 12:42
share

JAKARTA, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraan di Sidang Tahunan 2024 mengatakan kalau angka stunting Indonesia menurun dalam 10 tahun terakhir. Apakah benar? Simak faktanya di sini.

Jokowi mengatakan, angka stunting Indonesia terus mengalami penurunan sejak 2013 hingga 2023. Angka penurunannya pun besar besar, artinya semakin banyak anak Indonesja yang tumbuh sehat.

"Angka stunting mampu kami kurangi dari sebelumnya 37 (2013) menjadi 21,5 (2023)," kata Jokowi di Gedung Nusantara, Jumat (16/8/2024).

Mari kita cek faktanya. Menurut laman Indonesia Baik, angka stunting Indonesia pada 2013 berada di 37,2 persen. Perbaikan status terus terjadi setiap tahunnya, terlebih sejak 2018 hingga 2023.

Pada 2018, angka stunting Indonesia ada di 30,8 persen, 2019 (27,7), 2020 tidak ada data yang terkumpul karena pandemi Covid-19, 2021 (24,4), 2022 (21,6), dan di 2023 (21,5).

Jokowi dan penurunan angka stunting di Indonesia
Jokowi dan penurunan angka stunting di Indonesia

Penurunan angka stunting ini patut disyukuri, meski masih di jauh dari target yang ingin dicapai. Ya, pemerintah menargetkan angka stunting Indonesia ada di 14 persen pada akhir 2024. Masih ada waktu untuk mengejar target.

Ya, namanya target, kami kan memiliki target yang sangat ambisius dari 37 melompat ke 14 persen. Ini ambisius banget. Tapi, memang kami harus bekerja keras untuk mencapai target," kata Jokowi.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti lambatnya penurunan angka stunting di Indonesia. Menurut Menkes, salah satu penyebab rendahnya penurunan stunting adalah belum ditemukannya model implementasi yang efektif untuk program yang telah ditetapkan.

Dia menilai ada masalah dalam eksekusi di lapangan, sehingga program pencegahan stunting tidak berjalan dengan optimal. Kondisi ini terjadi hampir di semua wilayah di Indonesia. Artinya, tidak ada satu daerah pun yang secara konsisten berhasil menekan stunting.

Prosesi penandatanganan Kesepakatan Bersama Komite Kebijakan Sektor Kesehatan antara Kementerian Kesehatan, BPJS, BPOM, dan BKKBN tentang Integrasi Service Delivery dan Interoperabilitas Data Bidang Kesehatan. (Foto: dok BKKBN)
Prosesi penandatanganan Kesepakatan Bersama Komite Kebijakan Sektor Kesehatan antara Kementerian Kesehatan, BPJS, BPOM, dan BKKBN tentang Integrasi Service Delivery dan Interoperabilitas Data Bidang Kesehatan. (Foto: dok BKKBN)

Enggak ada satu daerah yang konsisten di satu provinsi, bahkan di satu kabupaten atau kota sedikit sekali yang bisa (konsisten), katanya.

Saat ini, Kemenkes sedang melakukan evaluasi terkait permasalahan ini, salah satunya dengan memberikan perhatian khusus pada anak-anak yang masuk dalam kategori wasting dan berisiko tinggi alami stunting. Implementasi protokol pencegahan stunting yang ideal diharapkan dapat diterapkan dengan baik.

Selisih antara angka anak yang berhasil keluar dari kondisi stunting dan anak yang baru masuk kategori stunting sangat tipis.

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, menekankan pentingnya bantuan kepada ibu hamil, bayi usia dua tahun (baduta), dan ibu menyusui dalam upaya pencegahan stunting.

Sehingga yang ideal dan itu sebenarnya di protokol kami ada, yaitu membantu ibu hamil, membantu baduta (bayi dua tahun), dan ibu menyusui, kata Maria.

Kemenkes optimis dengan konsistensi dalam menerapkan protokol tersebut, program pencegahan stunting dapat berjalan dengan baik dan diharapkan prevalensi stunting bisa turun secara signifikan.

Topik Menarik