Kenapa Orang Bali Cantik? Berikut 5 Alasan yang Perlu Diketahui
JAKARTA, iNews.id - Kenapa orang Bali cantik kerap menjadi pertanyaan yang muncul di masyarakat Indonesia. Wajah perempuan Bali memang memiliki ciri khas tersendiri yang membuat mereka disebut cantik.
Bahkan kecantikan perempuan Bali sanggup memikat warga negara asing (WNA) yang datang ke Pulau Dewata untuk menjadikannya sebagai istri.
Berikut lima alasan yang mungkin menjadi jawaban kenapa orang Bali cantik yang dirangkum iNews.id, Jumat (28/7/2023).
Kenapa Orang Bali Cantik
1. Perawatan Alami
Alasan pertama kenapa orang Bali cantik karena menggunakan perawatan alami. Resep kecantikan orang Bali yang menggunakan bahan alami diadaptasi oleh produk kecantikan modern.
Perempuan Bali biasa merawat tubuh termasuk bagian wajah dengan bahan-bahan alami seperti beras, kunyit, dan berbagai tumbuhan. Rambut perempuan Bali yang terurai panjang juga menggunakan bahan-bahan alami seperti lidah buaya.
2. Potong Gigi
Salah satu tradisi umat Hindu Bali adalah Metatah atau potong gigi. Tradisi turun-temurun ini bertujuan untuk merapikan gigi bagian atas dengan cara dikikir.
Secara tidak langsung, Metatah ikut andil membuat perempuan Bali menjadi lebih cantik.
3. Menari
Bali adalah daerah yang dikenal dengan tarian tradisional dan perempuan Bali pada umumnya berlatih menari sejak kecil.
Hal itu yang membuat gadis Bali memiliki tubuh yang langsing karena terbiasa dengan berlatih menari sejak dini.
4. Santun
Alasan kenapa orang Bali cantik berikutnya adalah sikap santun. Kesantunan itu menjadi inner beauty perempuan Bali.
Wisatawan yang datang ke Bali betah berlama-lama salah satunya karena keramahan orang Bali kepada pendatang.
5. Bangun Pagi
Perempuan Bali biasa bangun pagi hari. Hal tersebut karena mereka akan bersembahyang pagi pukul 06.00.
Bersembahyang ke pura membuat perempuan Bali harus bangun pagi untuk mempersiapkan segala kebutuhan persembahyangan.
Itu dia lima alasan yang menjawab kenapa orang Bali cantik. Satu hal yang perlu ditekankan, kecantikan bersifat subjektif. Standar penilaian akan berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya.
