Asal Usul Nama Brawijaya dalam 2 Naskah Kuno Era Majapahit

Asal Usul Nama Brawijaya dalam 2 Naskah Kuno Era Majapahit

Gaya Hidup | BuddyKu | Kamis, 16 Maret 2023 - 09:09
share

JAKARTA, iNews.id - Brawijaya kerap dihubungkan dengan Kerajaan Majapahit. Asal-usul penggunaan nama Brawijaya dijelaskan dalam dua naskah kuno yang menjelaskan pendirian Kerajaan Majapahit.

Nama Brawijaya muncul dalam dua naskah kuno Babad Tanah Jadi dan Serat Kanda.

Sejarawan Prof Slamet Meljana dalam buku Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit menjelaskan, nama Brawijaya dibentuk dari unsur Bhra, yang merupakan singkatan dari 5 Bhatara, dan unsur Wijaya.

Gelar Bhra atau Bhatara biasa digunakan sebagai gelar penguasa daerah. Pemakaian gelar itu langsung dihubungkan dengan nama penguasa daerah yang bersangkutan.

Sebagai contoh, Bhra Hyang Wisesa alias Wikramawardhana, Raja Majapahit dari tahun 1389 sampai 1427. Kemudian Bhra Hyang Parameswara, yakni Bhatara di Pamotan yang bernama Sri Wijayarajasa dan merupakan mertua Hayam Wuruk.

Berikutnya Bhra Hyang Purwawisesa, yakni Raja Majapahit dari tahun 1456 sampai 1466.

Jika unsur Bhra itu dihubungkan dengan toponim atau nama tempat, bentuknya menjadi Bhre. Ini berlawanan dari Bhra dan i, singkatan dari Bhatara I.

Sebagai contoh dikenal nama Bhre Wengker yakni Bhatara di Wengker alias Wijayarajasa. Bhre Mataram, singkatan dari Bhatara di Mataram alias Wikramawardhana, dan Bhre Daha Dyah Wiyat Rajadeyi Maharajasa, singkatan dari Bhatara di Daha yang bernama Dyan Wiyat Rajadewi Maharajasa.

Bagaimana dengan Raden Wijaya? Dalam Pararaton, Raden Wijaya singkatan dari Sanggramawijaya tidak pernah disebut Bhra Wijaya.

Begitulah nama Brawijaya dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda. Meskipun disebut sebagai raja pertama yang menguasai Majapahit, tidak sama dengan Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit.

Apalagi jika memperhatikan nama Patih Amangkubhumi yang mendampingi Raja Brawijaya yakni Patih Wahan.

Nama Patih Wahan memberikan petunjuk untuk pemecahan persoalan. Patih Wahan disebut dalam Prasasti Trailokyapuri sebagai patih yang mendampingi Bhatara Keling Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.

Ketika Tom Pires menulis karyanya Suma Oriental pada tahun 1513, Patih Wahan telah mangkat dan digantikan oleh Patih Amdura (Patih Udara) dengan gelar Gusti Patih.

Suma Oriental juga menyatakan bahwa Raja Jawa yang bersemayam di Dayo (Daha) bernama Bhatara Wijaya. Nama Wijaya ini adalah singkatan dari nama Ranawijaya, yakni nama raja yang memerintah Keling pada tahun 1486.

Dari sana disimpulkan bahwa unsur Wijaya dalam nama Brawijaya adalah singkatan dari nama Ranawijaya, yang memerintah Kediri pada tahun 1513, dan bukan singkatan dari Sanggramawijaya pendiri Kerajaan Majapahit pada tahun 1294.

Nama Wijaya lalu ditambah dengan unsur Bhra singkatan dari Bhatara, seperti biasa digunakan pada zaman Majapahit.

Ternyata nama Bhatara Wijaya\' masih digunakan oleh informan Tome Pires. Hasil penelitian sejarah menunjukkan bahwa Majapahit dari tahun 1294 sampai 1478 diperintah oleh dinasti Rajasa.

Dinasti Rajasa didirikan oleh Raja Kertarajasa Jayawardhana alias Sanggramawijaya pada tahun 1305, seperti dinyatakan pada prasasti Balawi bertarikh 1305 dan dikeluarkan oleh Kertarajasa Jayawardhana.

Lempengan pertama prasasti itu di antaranya mengatakan bahwa Nararya Sanggramawijaya, ialah keturunan Dinasti Rajasa pelindung orang-orang budiman, pahlawan besar di medan perang.

Sanggramawijaya tidak pernah mendirikan Dinasti Brawijaya. Melainkan Dinasti Rajasa dari nama pendiri Kerajaan Singasari, karena Sanggramawijaya mengaku keturunan Raja Rajasa, dan Kerajaan Majapahit adalah kelanjutan Kerajaan Singasari.

Topik Menarik