Rumah Pahlawan Ini Berada di Gang Sempit, Ada Rekaman Suara yang Bikin Merinding
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Itulah sepenggal lagu Indonesia Raya yang yang selalu diperdengarkan dan dinyanyikan saat upacara bendera. Lagu yang liriknya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman atau WR Supratman ini pertama kali menggema dalam Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 silam.
Untuk mengenang sang pencipta lagu kebangsaan Indonesia, Tim Z Creators , Aldi Buchori mengunjungi rumah terakhir sang pencipta lagu di Surabaya , Jawa Timur.
Sinopsis Sinetron Cerita Cinta SMA, Rabu 20 November 2024: Apa Tujuan Rasty Masuk ke Keluarga Devan?
Rumah WR Supratman berada di dalam gang sempit di Jalan Mangga No 21 Surabaya, dekat dengan Gelora Sepuluh November. Mulanya ini adalah rumah Roekijem Soepratijah kakak kandung WR Supratman, lalu akhirnya WR Soepratman pindah ke sini dengan sang kakak pada 1936 setelah ia dibebaskan dari penjara karena menyiarkan lagu Matahari Terbit karyanya.
Sekilas, enggak ada yang istimewa dari rumah peninggalan WR Supratman ini. Sama seperti rumah tua pada umumnya. Penanda bahwa itu adalah rumah Supratman adalah adanya sejumlah barang peninggalan sang penulis lirik.
Rumah WR Supratman enggak begitu besar, luasnya hanya sekitar 5 x 10 meter, di halaman depan dibangun patung WR Supratman lalu masuk ke dalam hanya terdapat ruang tamu, dua kamar tidur, lalu halaman belakang.
Di ruang tamu diisi dengan informasi seputar sejarah dan biografi WR Supratman beserta keluarga dan dipajang pula replika jas milik WR Supratman,lalu di kamar depan berisi koleksi karya WR Supratman lengkap dengan duplikat biolanya
Di kamar belakang berisi penghargaan, prestasi, dan beberapa koleksi uang, prangko, serta nama jalan yang dibuat untuk mengabadikan sosok WR Supratman.
Selamat Tinggal Batu Ginjal, ESWL Tanpa Bedah di Siloam Hospitals Bogor Bikin Anda jadi Tenang
Tim Z Creators sampai terharu kala melangkah ke halaman belakang. Rekaman suara Supratman sebelum meninggal menggema di seluruh ruangan, kurang lebih berbunyi:
Ini sudah nasibku, biarlah aku meninggal, toh aku sudah beramal, berjuang dengan caraku biolaku, saya yakin Indonesia akan merdeka.
Sang maestro akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya pada 17 Agustus 1938. Ucapannya terbukti, tujuh tahun kemudian, cita-citnya menjadi nyata. Bangsa yang diperjuangkannya merdeka.
Tempat ini terbuka gratis untuk umum, dan wajib dikunjungi saat ke Surabaya sebagai bentuk mengenang jasa para pahlawan.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik!Lets join Z Creators dengan klik di sini .