Pagelaran Wayang Kulit, Wujud Rawat Budaya
GenPI.co Kalbar - Lakon Bimo Suci begitu apik dipentaskan Ki Dalang Warseno Slank, di Taman Sepeda Untan, Sabtu (10/9) malam.
Pagelaran Budaya Wayang Kulit membuat para penonton larut dalam kisah pewayangan.
Ki Warseno Slank merupakan dalang ternama asal Surakarta.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono turut menikmati pementasan wayang kulit bersama para penggemar cerita wayang.
Menurutnya, pagelaran wayang kulit itu sudah lama tidak digelar lantaran pandemi covid-19.
Namun setelah pandemi mulai mereda, pementasan wayang kulit mulai banyak digelar masyarakat untuk mengobati kerinduan menyaksikan pagelaran budaya ini.
Edi berharap, masyarakat bisa menikmati pagelaran wayang kulit tersebut dengan memetik intisari dari kisah yang ditampilkan.
"Pagelaran wayang kulit ini juga sebagai upaya untuk memulihkan perekonomian khususnya Kota Pontianak, dengan membangun ruang-ruang publik sebagai wadah masyarakat saling berinteraksi," tutur Edi.
Menurutnya, Pontianak sebagai kota yang heterogen dengan beragam suku bangsa yang datang dari berbagai penjuru nusantara, harus guyub menjaga kebersamaan dan rukun satu sama lain.
Dengan begitu, Pontianak menjadi kota hunian yang nyaman bagi siapa pun yang mendiaminya.
"Jadikan Pontianak sebagai kota pusat budaya karena di kota ini, berbagai ragam suku bangsa ada di sini, terang Edi Rusdi Kamtono .
Dia menyebut, siapa pun boleh beraktivitas, baik secara identitas maupun berkolaborasi demi membangun negeri.
Ketua Panitia Pagelaran Wayang Kulit Muhammad Faiz mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama Pemkot Pontianak atas dukungannya pada pagelaran budaya wayang kulit ini.
Dia juga menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Ki Warseno Slank dari Surakarta.
Pagelaran wayang kulit, kata dia, merupakan wujud kolaborasi antara Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kalbar dengan Pemkot Pontianak.
"Untuk merawat budaya, perlu peran serta pemerintah. Pemerintah dalam hal ini perlu mengayomi supaya budaya kita terus lestari dan tak lekang oleh waktu," ucap Faiz.
Dia juga berharap peran swasta dalam pelestarian budaya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk disalurkan pada kegiatan-kegiatan budaya.
"Peran aktif masyarakat dalam menjaga budaya juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari," tutup Muhammad Faiz. (rls)
Simak video menarik berikut: