Perang Troya antara Sejarah dan Mitos

Perang Troya antara Sejarah dan Mitos

Gaya Hidup | koran-jakarta.com | Rabu, 6 April 2022 - 00:00
share

Penaklukan Kota Troya dengan kuda dalam tulisan Iliad karya Homer yang ditulis 5 abad dari latar kejadian, melahirkan keraguan. Karya sastra epik ini yang dipenuhi dengan intervensi dewa-dewi dipertanyakan apakah sebuah tulisan sejarah atau hanya sekedar imajinasi.

Perang Troya (Trojan War) seperti yang dikenal saat ini digambarkan dalam tulisan berjudul Illiad atau sering disebut dengan Song of Ilion atau Song of Ilium. Karya ini dikarang oleh Homer (Homeros) berisi puisi epik Yunani kuno.
Ditulis sekitar abad ke-8 SM, Iliad adalah salah satu karya sastra Barat tertua yang masih ada, bersama dengan Odyssey, puisi epik lain yang disebut juga karangan Homer. Iliad berisi 15.693 baris, dibagi menjadi 24 buku itu ditulis dalam bahasa Yunani Homer, sebuah campuran sastra dari bahasa Yunani ionik dan dialek lainnya.
Penggambaran Homer dalam Iliad yang memukau membuatnya dianggap sebagai fakta sejarah dan bukan sekadar puisi epik. Ia menulis tentang Troya, sebuah kota kuno yang kaya di Asia kecil (Turki saat ini) diperintah oleh Raja Priam yang putranya Paris diundang untuk menilai dewi mana antara Aphrodite, Hera, atau Athena yang berhak disebut yang paling cantik.
Aphrodite si dewi cinta itu berjanji kepada Paris untuk memberinya perempuan tercantik di dunia, yaitu Helen, istri Menelaus, Raja Sparta di Yunani. Paris lalu menculik Helen, mereka kemudian kawin lari dari kerajaan itu menuju Kota Troya.
Untuk mendapatkan Helen kembali, orang-orang Yunani meluncurkan ekspedisi besar di bawah komando keseluruhan saudara laki-laki Menelaus, Agamemnon, Raja Mycenae. Tentara Yunani di bawah komando Achilles, yang karismatik mengepung Troya selama 10 tahun dan akhirnya dapat menghancurkan kota itu dengan menggunakan kuda Troya sebagai tipuan.
Orang-orang Yunani membangun sebuah kuda kayu raksasa dan menyembunyikan beberapa orang di dalamnya. Orang-orang Yunani berpura-pura berlayar pergi, dan orang-orang Troya menarik kuda kayu ini ke kota mereka sebagai lambang kemenangan.
Malamnya pasukan Yunani keluar dari kuda kayu tersebut lalu membuka pintu gerbang untuk sebagai pintu pasukan Yunani lainnya. Orang-orang Yunani berhasil memasuki kota Troya dan menghancurkannya sehingga mengakhiri perang.
Secara metaforis, istilah kuda Troya kini mengacu kepada tipu daya yang membuat sasaran mengundang musuh ke tempat yang seharusnya terlindungi. Tidak heran kemudian program komputer jahat yang menipu pengguna agar mereka secara sukarela menjalankan program tersebut juga dijuluki trojan horse atau Trojan.
Sulit Diterjemahkan
Kisah Perang Troya dalam Iliad adalah puisi epik yang ditulis lima abad setelah perang terjadi. Pada abad-abad berikutnya, tulisan tersebut telah menghasilkan wacana yang panjang di antara sejarawan dan cendekiawan. Pertanyaannya utamanya adalah apakah Perang Troya itu nyata atau hanya mitos yang didasarkan pada beberapa fakta sejarah.
Dalam sejarah Yunani kuno, mitos sering terjalin dengan kenyataan. Mitologi-mitologi yang berupa dewa-dewi ikut campur dalam kehidupan manusia sehari-hari. Oleh karenanya sulit bagi para kritikus untuk menerjemahkan Perang Troya dari segi sejarah.
Beberapa pahlawan perang yang digambarkan dalam Iliad adalah setengah dewa, bukan manusia biasa dengan kualitas seperti dewa. Helen, wanita tercantik, misalnya, adalah putri Zeus yang menyamar sebagai angsa dan memperkosa ibunya, Leda.
Achilles dan Paris dibimbing secara langsung oleh para dewa di sepanjang puisi epik. Para dewa itu juga terbagi atas dua sisi. Hera, Athena dan Poseidon berada pada kubu orang-orang Yunani, sementara Aphrodite, Apollo dan Ares memihak pada Troya.
Kemudian, ada pengepungan Kota Troya selama 10 tahun. Pada saat itu antara 1200-1100 SM, umumnya kota-kota terkuat hanya bisa bertahan selama beberapa bulan. Penggalian baru-baru ini menunjukkan bahwa Troya kuno benar-benar ada. Kota ini hidup pada zaman perunggu yang signifikan yang berasal dari abad ke-12 SM.
Puing-puing hangus dan kerangka yang berserakan adalah bukti bahwa kota itu hancur selama masa perang. Kemungkinan besar Homer menggunakan kota yang hancur sebagai latar puisi epiknya.
Menurut Barry Strauss, seorang profesor Sejarah dan Klasik di Cornell University, dan penulis buku The Trojan War: A New History yang isinya mempertanyakan sejarah Troya. Secara khusus, Strauss mempertanyakan apakah kota yang hancur itu adalah kota indah yang digambarkan oleh Homer. "Apakah itu adalah latar Perang Troya, dan apakah orang-orang Yunani benar-benar mengepung kota itu," ujar Strauss seperti dikutip Greek Reporter.
Namun penggalian terbaru pada 1988 membuktikan Kota Troya memang ada. Kota ini bahkan cukup besar untuk ukuran saat itu. Luasnya mencapai sekitar 75 hektare, dikelilingi oleh ladang gandum. Selanjutnya, mereka memberikan bukti bahwa pada 1200 SM kota ini berada pada masa kejayaannya.
Ada lebih banyak bukti di atas yang berasal dari teks-teks Hittite tentang Troya. Dalam dokumen-dokumen ini, kota yang oleh Homer disebut Troy atau Ilion, disebut sebagai Taruisa atau Wilusa, dan dalam bentuk awal bahasa Yunani, Ilion diterjemahkan sebagai Wilion. hay/I-1

Menjadi Inspirasi Generasi ke Generasi

Apakah orang-orang Troya adalah orang Yunani? Para sarjana sebelumnya mengira bahwa orang Troya adalah orang Yunani, seperti orang-orang yang mengepung kota mereka. Nama-nama Patroclus, Hector, Helen, dan lainnya dalam tulisan berjudul Illiad menunjukkan hal itu.
Namun, bukti baru membuktikan denah kota Troya terlihat tidak seperti kota Yunani dan lebih mirip Kota Anatolia, yang berada di Asia kecil atau Turki saat ini. Kombinasi benteng dan kota bawah Troy, arsitektur rumah dan dindingnya, dan praktik keagamaan dan pemakamannya semuanya khas Anatolia. Begitu juga dengan banyak tembikar yang ditemukan.
Dokumen baru menunjukkan, sebagian besar orang Troya berbicara bahasa yang terkait erat dengan Hittite. Penduduk Troya disebutkan merupakan sekutu Hittite, yang merupakan musuh bagi masyarakat Yunani.
Orang Yunani ingin memperluas wilayah mereka, dan sebagai orang yang dikelilingi oleh air, mereka membangun beberapa kapal perang pertama dalam sejarah. Mereka menjelajahi daratan di seberang Laut Aegea untuk mencari wilayah baru, baik sebagai pedagang atau sebagai calon penakluk.
Sekitar 1400 SM mereka menaklukkan Kreta, rumah peradaban Minoa. Mereka juga menaklukkan pulau-pulau Aegea barat daya, dan Kota Miletus di pantai Anatolia. Pada abad ke-13 itu mereka mengobarkan pemberontakan melawan orang Hittite di Anatolia barat.
Pada abad ke-12 mereka mengambil alih pulau-pulau di timur laut Aegea, di seberang Troya. Pada abad ke-11 mereka bergabung dengan "Masyarakat Laut", yang pertama turun ke Siprus, lalu ke Levant dan Mesir, dan menetap di negara Filistin, yang sekarang disebut pesisir Israel.
Menurut Strauss, Perang Troya mungkin terjadi antara 1230 dan 1180 SM, lebih mungkin antara 1210 dan 1180 SM. Saat itu Kota Troya dihancurkan oleh api yang mengamuk. Temuan mata panah, ujung tombak, dan batu selempang bersama dengan tulang manusia yang tidak terkubur menunjukkan bahwa kota itu dihancurkan dengan kekerasan besar.
Kota-kota di sekitar Troya tampaknya telah ditinggalkan sekitar 1200 SM, konsisten dengan invasi, seperti yang ditunjukkan oleh temuan arkeologis baru-baru ini. Indikasi lebih lanjut tentang pentingnya Troya adalah penjelajahan situs oleh tokoh-tokoh kuno kemudian seperti Alexander Agung dan Kaisar Romawi Augustus.
Benteng itu juga diperbesar kemudian untuk pendirian kuil-kuil Yunani dan Romawi, sebuah proses yang secara tragis menghancurkan lapisan-lapisan peninggalan zaman Perunggu. Penghancuran berlanjut di abad-abad kemudian oleh turis dan penjarah.
Strauss juga menentang sejarawan yang mengklaim bahwa sejak istana Yunani kuno yang besar seperti Mycenae dan Pylos dihancurkan sekitar 1180 SM, bagaimana orang Yunani dapat menyerang Troya antara 1210 dan 1180 SM.
Untuk mengkonfirmasi apakah Perang Troya itu nyata atau tidak peneliti Universitas Queensland Trevor Bryce dalam bukunya The Trojans and their Neighbours (Routledge, 2006) mencoba menjawab pertanyaan apakah benar-benar ada kerajaan Troya dan Perang Troya.
Satu-satunya peninggalan tertulis yang ditemukan di situs di mana Troya diyakini berasal sebelum abad ke-8 SM adalah segel yang ditulis dalam bahasa yang disebut Luwian. Segel tersebut mungkin dibawa ke Troya dari tempat lain di Turki saat ini.
Topografi kota seperti yang diceritakan dalam legenda cocok dengan kota kehidupan nyata dan orang-orang pada masa Homer (Homeros) juga percaya ini adalah Troya. Beberapa arkeolog berpendapat bahwa kota itu dihancurkan oleh gempa bumi pada saat Perang Troya dan kemudian mungkin telah menerima orang-orang dari Eropa tenggara daripada Yunani.
"Di salah satu ujung spektrum opini adalah keyakinan bahwa memang ada perang dan itu seperti yang digambarkan penyair itu," tulis Bryce.
Apakah Perang Troya benar-benar terjadi atau tidak, masih diperdebatkan tiga puluh tiga abad kemudian. Yang penting adalah legenda Yunani pemberani yang mengepung kota Troya dan menaklukkannya dengan menggunakan kuda Troya menginspirasi dari generasi ke generasi.
Begitu juga karya sastra Iliad yang tetap menjadi salah satu karya paling penting dalam dunia klasik. Sebuah mahakarya warisan budaya tak benda yang dimiliki Yunani dan dunia hingga kini. hay/I-1

Topik Menarik