Cerita Horor Pendakian Gunung Buthak, Dengar Bisikan Gaib
GenPI.co - Perkenalkan, namaku Jevry Dwi Syahputra. Aku akan membagi cerita horor saat mendaki Gunung Buthak, di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Pengalaman horor yang aku alami ini terjadi pada November 2021. Ada banyak kejadian di luar nalar saat pendakian itu.
Awalnya, aku merencanakan pendakian ke Gunung Buthak bersama seorang sahabat bernama Andi. Beberapa pendakian memang seringaku lakukan bersama dia.
Dalam pendakian ini, kami memilih jalur via Panderman di Batu, Malang, Jawa Timur. Jalur yang katanya cukup bersahabatuntuk pendaki pemula.
Kami berdua memulai pendakianpukul 09.00 WIB. Hal itu kami lakukan agar bisa sampai di Sabana Gunung Buthak sebelum magrib.
Pada awal pendakian, langkah kami diiringi oleh derasnya hujan. Langkah kaki pun terasa cukup berat karena jalur pendakian dipenuhi air.
"Kalau tadi nggak beli jas hujan dahulu, kacau lur, " kata Andi.
Sebelumnya, kami berdua memang lupa membawa jas hujan. Aku pun harus turun dari basecamp untuk membelinya terlebih dahulu.
Fikri: Seni Budaya Harus Berinovasi
Pendakian kali ini cukup melelahkan bagi kami. Pasalnya, hujan yang turun membuat langkah kami makin berat.
Tenaga kami pun mulai habis saat sampai di pos tiga padapukul 16.00 WIB. Andi mengaku merasakan lelah dan perasaan yangtak biasa.
Kejadian di luar nalar mulai muncul setelah melewati pos tiga pendakian. Aku mendengar bisikan seorang pria saat sedang beristirahat di atas potongan pohon besar di jalur hutan.
"Istirahat di sini saja, sama saya, jangan ke atas, jangan ke bawah lagi," bunyi suara pria di telingaku.
Aku pun langsung bertanya terkait bisikan gaib itu kepada Andi. Namun, ternyata hanya aku yang mendengarnya.
"Dengar suara nggak?" tanyaku.
"Nggak e. Suara apa?" jawab Andi.
Aku tak menjawab pertanyaan Andi. Namun, aku menunjukkan raut wajah tak biasa kepadanya.
Andi pun langsung mengajakku untuk melanjutkan pendakian. Selama beberapa menit, kami berdua berada dalam diam.
Suasana jadi lebih menenangkan setelah keluar dari hutan. Andi kembali bertanya.
"Suara apa tadi?" tanya Andi.
"Nggak ada. Perasaanku saja," jawabku.
Kejadian aneh ternyata tak berhenti di situ. Angin kencang mulai menghantam kami berdua saat memasuki hutan pinus.
Kali ini, Andi yang menunjukan raut wajah yang tidak mengenakkan. Wajahnyaterlihat takut.
Ketakutan itu muncul setelah Andi melihat sekeliling. Dia memilih sepertiku, diam dan terus melanjutkan perjalanan.
"Jangan lihat ke kanan," kata Andi memperingatkan.
Aku hanya mengangguk. Kepala pun terasa sangat berat saat aku mencoba untuk melihat ke kanan.
"Jangan lihat ke kanan," kata Andi memperingatkan lagi.
Jalur yang makin ekstrem membuat suasana makin tak mencekam. Perasaan takut dan cemas mulai menyelimuti kami.
Angin kencang yang ada seperti mengikuti langkah kami berdua. Gerimis yang turun membuat suasana mistis makin terasa.
Andi mencoba membaca beberapa doa yang dia hafal. Aku mendengar samar doa yang dipanjatkannya.
"Sudah gelap, sampai sini saja lur. Assalamualaikum, izin mendirikan tenda semalam," kata Andi.
Aku pun langsung membuka tenda di dalam tas. Kami berdua tak sempat membersihkan diri.
Aku dan Andi langsung bersiap untuk memejamkan mata. Resah dan cemas kami rasakan bersama.
Di luar, angin makin kencang. Anehnya, terdengar suara langkah kaki pendaki melewati tenda kami.
"Kok, nggak ada yang bilang permisi, ya?" kataku.
"Istirahat saja. Kali ini nggak sampai puncak, ya?" tanya Andi.
Aku mengiyakan permintaan Andi. Tenagaku juga rasanya sudah tak kuat lagi.
Malam itu kami lewati dengan penuh rasa khawatir. Kami berdua bahkan tak berani keluar dari tenda.
Paginya, kami merasa lebih aman dan memutuskan kembali pulang. Kami pun baru berani saling bercerita setelah sampai di basecamp pendakian. (Cerita horor Jevry Dwi Syahputra seperti yang dituturkan kepada GenPI.co)
Jangan sampai ketinggalan! Kamu sudah lihat video ini ?