Gebrakan Cicilia Nina Triana di AXA Financial Indonesia: Karena Dunia Tak Pernah Pasti, Wanita Harus Paham Pentingnya Asuransi
Beauty, perjuangan Ibu Kartini guna memajukan wanita Indonesia kini membuahkan hasil dengan adanya peningkatan keterlibatan wanita nasional dalam perekonomian Indonesia. Tak terkecuali di industri asuransi, partisipasi kaum hawa di sektor ini juga semakin besar.
Cicilia Nina Triana , yang kini menjabat Direktur yang membawahi bagian Customer dan Marketing di salah satu perusahaan asuransi besar di Indonesia, AXA Financial Indonesia (AFI).
AXA Financial Indonesia, pun melihat wanita Indonesia sebagai salah satu motor penggerak kemajuan bangsa termasuk perkembangan sektor asuransi nasional.
Dan, terlepas dari jabatannya sebagai Direktur wanita di AXA Financial Indonesia , Nina, sapaan akrabnya, pun memandang penting soal asuransi ini. Terutama untuk keluarga. Menurutnya, selain memberikan rasa aman dan tenang, asuransi bagi keluarga juga bisa memastikan stabilitas keuangan, mengurangi risiko yang timbul, dan membantu perencanaan keuangan jangka panjang.
Meski begitu, Nina tak menampik bahwa saat ini masih banyak masyarakat, tak terkecuali wanita yang masih anti saat mendengar kata asuransi. Kecenderungannya, asuransi tak banyak dipahami orang sebagai salah satu produk keuangan yang wajib masuk ke dalam pos pengeluaran setiap orang. Padahal, asuransi ini bisa dibilang sebagai investasi yang krusial terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini.
Aku tuh awalnya sama kayak kebanyakan masyarakat, yang kalau mendengar asuransi itu anti. Waktu itu, waktu aku kerja di bank, yang selalu nawarin asuransi itu adalah kakakku sendiri. Nah aku diajak untuk mendengarkan presentasi, tapi dia malah gak presentasi. Terus aku penasaran ya, income- nya lumayan soalnya kok jualannya jeng ayo jeng gitu. Thats why pada saat itu di tahun 2021 aku memutuskan untuk belajar cari tahu whats is insurance, apa itu asuransi,sampai aku menemukan bahwa asuransi itu ada sesuatu yang magical menurut aku, tutur Nina, saat berbincang dengan HerStory , baru-baru ini.
Nina lantas mengatakan alasan kenapa asuransi itu sangat penting. Menurutnya asuransi itu sebenarnya adalah sebuah solusi yang menjawab perlindungan akan risiko. Di mana risiko itu pasti setiap orang punya.
Kalau tujuan hidup mungkin ada orang yang enggak perlu karena itu adalah sesuatu yang kita mau dapatkan. Sementara resiko itu ada sesuatu yang meng- attack kita. Somehow kita berada di posisi yang gak bisa menghindar gitu. Kita gak bisa berada di posisi aku gak mau risiko. Gak bisa. Tetapi untuk bilang aku gak mau tujuan hidup, masih boleh lho .Nah because of this, maka kita harus perlu tuh sebuah manajemen risiko, karena risiko itu bisa datang kapan aja, nggak pakai permisi datangnya, dan kemudian ketika datang sesuka dia, dia mau menghantam berapa gede dari kehidupan kita, imbuh Nina.
Nah, hanya saja kata Nina, masalah saat ini di Indonesia itu sendiri risiko terkait asuransi ini dijelaskan belakangan. Kecenderungannya, orang dijelaskan terlebih dahulu dengan jaring pengamannya. Orang lebih bisa meneriman edukasi tentang saving, edukasi tentang investasi, tetapi ketika orang diedukasi tentang asuransi, lanjut Nina, mereka langsung menolak, karena asuransi itu kan berbicara sakit, cacat, mati, yang bukan sesuatu yang favorit ketika orang berbicara.
Sementara kalo ngomongin saving itukan orang senang karena ada bunganya, apalagi investasi orang happy lho karena duitnya bisa berlipat-lipat, tapi ngomongin asuransi mereka tolak. Padahal ketika itu meng- attack, nggak ada satu orang pun yang bisa menghindar. Jadi kenapa alasan asuransi itu penting? Of course karena asuransi adalah garda depan yang ada di dalam kehidupan kita ketika resiko itu datang. Jadi kalau kita compare dengan investasi. Aku bisa menyebut bahwa asuransi adalah the best investment. Kenapa? karena dia datang ketika kondisi kita paling butuh banget, papar Nina.
Lantas, apa kelebihan asuransi AXA Financial Indonesia dibanding asuransi lainnya? Terkait hal itu, Nina pun punya jawaban yang menarik nih, Beauty. Menurutnya, asuransi, selama itu dipasarkan oleh institusi yang bernaung di bawah AAJI dan dilindungi oleh OJK di bawah Kementerian Keuangan, umumnya semua perusahaan asuransi memiliki misi yang sama, yaitu untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia
Jadi kurang wise kalau saya mengatakan bahwa AXA lebih bagus, kamu kurang bagus dan lain-lain. Tapi balik lagi sebuah perusahaan pasti harus memiliki tujuan untuk melakukan diferensiasi supaya dia bisa melakukan aksi terhadap market yang ada. Jadi kalau dibilang apa bagusnya asruansi AXA dibanding perusahaan yang lain? Sebelum kita bicara ke produk, kita bicara dulu visinya sendiri. Saya melihat along the way secara benang merah semua perusahaan asuransi bagus. Karena tugas dan kewajiban dia men- deliver dia punya polis kan. Tapi bedanya AXA adalah dia punya spirit payer to partner. Ini yang aku gak dapet di tempat lain, terang Nina.
Spirit payer to partner inilah, kata Nina, yang membuat pihaknya melihat bahwa customer centrissity itu more than important rather than customer focus .
Turunkan Impor, SIG dan PT Pertamina Lubricants Sukses Kembangkan Pelumas Open Gear Dalam Negeri
Itu menurut versi saya. Karena dengan spirit payer to partner kita pengen menjadi bestfriend- nya nasabah di setiap tahapan kehidupanya. Jadi kita bukan hanya menjadi perusahaan membayar klaim tapi menjadi benar-benar partner di dalam perjalanan-perjalanan tujuan ekonomi sebuah keluarga, bebernya.
Dikatakan Nina, s pirit payer to partner yang diusung AXA Financial Indonesia ini bukan cuma sekedar tagline semata. Tapi, spirit tersebut benar-benar execute di dalam keseharian dan di dalam memberikan solusi.
Dan dengan spirit yang kita punya itu ada value tersendiri untuk selalu protect nasabah. Kemudian kita punya hashtag know you can , itu yang selalu membuat kita balik lagi kepada solve confident untuk memberdayakan mereka khususnya di dalam hal keuangan, untuk mereka juga melakukan kehidupan yang lebih baik. Jadi kalau dibilang perbedaannya satu dari visinya juga berbeda. Yang kedua, kita dari approach- nya. Kita bukan hanya sekedar menjual produk tetapi kita juga terus berusaha meng- educate masyarakat, jelas Nina.
Lebih lanjut, Nina menilai, selama pandemi ada dua fakta besar yang AXA Financial Indonesia lihat. Yang fakta pertama adalah terjadinya distraction di tahun 2020 karena kondisi pandemi sangat unik dibandingkan dengan kondisi SARS sebelumnya. Nah, distraction -nya ini menyerang berbagai area. Menyerang area ekonomi kesehatan dan the whole economy macro. Yang kedua yang NIna lihat di pandemi ini adalah ada sebuah wave yang sangat besar terhadap customer behavior.
Kenapa itu terjadi, ya karena tiba-tiba terkena inmobility. Kemudian terjadi tiba-tiba situasi dimana unemployment tiba-tiba begitu meningkat, kita di- lockdown , yang tak pernah terjadi sebelumnya. Nah dua fakta inilah yang merupakan fakta yang harus kita cermati. Tapi menariknya di bidang asuransi tantangan ini menjadi sebuah kesempatan. Kita selalu melihat di balik opportunity itu ada risk , dan di balik risk itu ada opportunity, terang Nina.
Nina juga bilang, di industri asuransi , pandemi ini secara personal ia pandang sebagai sebuah bentuk training internasional.
Yang tadinya melakukan penetrasi asuransi itu susah, yang tadinya asuransi itu kalau ada seluruh kebutuhan itu dia jadi kebutuhan 20 sekian, tetapi dengan kondisi pandemi mau tidak mau, suka tidak suka, orang jadi melihat bahwa risiko itu beneran ada, dan kedua ketika itu resiko datang, are you ready or not ?, imbuhnya.
Nina juga melihat, adanya pandemi ini bisa dibilang sebagai blessing in disguise . Menurutnya, justru dengan pandemi ini masyarakat Indonesia sadar untuk berasuransi.
Jadi sekali lagi, impact kesadaran masyarakat yang meningkat khususnya tentang asuransi kesehatan itu berdampak banget untuk kita, ditambah yang tadi aku bilang produk kesehatan kita suitable banget dengan kondisi social distancing saat ini. Jadi buat kami pribadi, pandemi ini adalah justru sebuah kesempatan karena kesadaran masyarakat jadi meningkat atas pentingnya asuransi dan juga kita punya produk kesehatan yang ready termasuk produk asuransi kesehatan kita juga mengcover Covid-19, ujar Nina.
Kemudian, Nina membeberkan inovasi yang sudah dilakukan AXA Financial Indonesia untuk memudahkan wanita Indonesia dalam melindungi diri dan keluarga. Karena bagi Nina sendiri, sebagai ibu, istri, dan wanita bekerja, dirinya memahami bahwa setiap manita memerlukan kemudahan dalam berasuransi.
Karena itu sebagai woman leader di AXA Financial Indonesia, Nina pun senantiasa mendorong timnya untuk menjawab kebutuhan wanita untuk melindungi diri pribadi dan keluarganya melalui inovasi digital. Seperti apa?
Jadi dengan kondisi pandemi ini dimana kita dilarang untuk bertemu, berkerumun, tapi penjualan harus tetap ada maka satu-satunya yang akan kita Kemukakan adalah teknologi, khususnya digital itu menjadi game changer . Karena di kondisi kayak begini kan orang bisa ketemu tapi penjualan harus terjadi . Jadi yang kita bantu adalah bagaimana melakukan penjualan secara digital. Jadi di 2020 kita sudah mensegarakan dengan 100% digitalisasi, sehingga untuk tenaga pemasarnya dia bisa memasarkan produk tanpa batasan waktu dan ruang, papar Nina.
Nina bilang, di bulan November yang lalu, AXA Financial Indonesia bersama AXA Indonesia, meluncurkan inovasi terbaru padaasuransi kesehatansecara digital yaitu Emma. Dengan tagline Teman Sejati atau Teknologi Mudah dan Nyaman untuk Sehat juga Terlindungi, kata Nina, Emma menyediakan kemudahan dalam mengelola polis dan layanan kesehatan kepada nasabah AXA Financial Indonesia.
Emma menghadirkan pengalaman yang lebih personal layaknya seorang asisten virtual yang peduli dan selalu hadir untuk kita. Inovasi ini merupakan bagian dari komitmen AXA Group untuk menjadi pemimpin dalam transformasi digital serta dalam bisnis perlindungan dan kesehatan, jelas Nina.
Termasuk juga kalau nasabah mau melakukan klaim, itu bisa kita lakukan. Klaim kesehatan khususnya sudah bisa dilakukan melalui Emma, termasuk di situ juga ada program-program wellbeing termasuk walaupun sifatnya masih seperti library, sambung Nina.
Gak berhenti di situ, AXA Financial Indonesia juga punya kegiatan untuk membantu wanita agar lebih mandiri dan berdaya. Terlebih, saat ini hak dan kesetaraan bagi wanita lebih terbuka, sehingga bisa memiliki kesempatan dan peluang sama besarnya layaknya para pria dalam meraih kesukesan hidup maupun karir setinggi mungkin.
Hanya saja, kata Nina, pemahaman ini masih belum merata di Indonesia, sehingga beberapa wanita masih kerap mengalami ketidakberuntungan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Terlebih selama pandemi Covid-19 berlangsung, kasus KDRT juga meningkat secara signifikan.
Terkait hal itu, kami pun meluncurkan sebuah program bernama Aman untuk Semua yang bertujuan untuk membangun kesadaran dan pemahaman tentang kekerasan dalam ranah privat serta memberdayakan wanita di Indonesia. Karena, AXA itu sangat peduli dengan diversity and inclusion . Kita juga membuka kesempatan seluas-luasnya ketika kita membuat seminar untuk wanita, kita menawarkan 2 hal. Pertama untuk memproteksi keluarganya dan kedua adalah menawarkan wanita untuk menambah income untuk keluarganya. Dan bisnis asuransi ini menurut saya bisnis yang kalau dikasih gender, gendernya wanita, papar Nina.
Balik lagi, harusnya wanita di konstitusi yang multitasking ini dengan semua penawaran itu bisa punya berbagai pilihan. Pilihan untuk memproteksi, untuk menambah income , dan pilihan untuk terus menjadi wanita yang pintar, itu sih, sambung Nina.
Lebih lanjut, Nina mengatakan bahwa jika seseorang, utamanya wanita ingin membeli asuransi, maka jika melihay secara skala prioritas, produk asuransi yang pertama harus dipilih adalah asuransi kesehatan. Apa alasannya?
Sebenarnya gini, kalau kita bicara asuransi, asuransi itu kayak masker 3 lapis. Kalau saya boleh menganalogikan ada lapis 1 lapis 2 lapis 3.Kalau bicara budget kita yang tidak terlalu banyak atau budget kita yang masih perlu di- manage , maka kita perlu melakukan yang namanya sense of urgency. Kita harus melakukan sense of urgency atau skala prioritas harusnya apa dulu nih yang baru dibeli jawabannya adalah asuransi kesehatan. Kenapa? karena asuransi kesehatan itu kita yang menikmati, sementara asuransi jiwa itu lebih kepada asuransi untuk legacy . Jadi kita beli asuransi yang mengasuransikan potensi income kita, ketika kita kenapa-kenapa potensi income ini lagi nggak ada, maka asuransi akan menggantikan itu, somehow kitanya sendiri tidak menikmati. Setidaknya kita tidak mengganggu pundi-pundi keuangan. yang lain karena asuransi akan membayarnya. Jadi rencana jangka panjang tetap berjalan lancar, tutur Nina.
Kemudian, kata Nina, jika kita punya budget yang masih lebih, ada baiknya kita perlu menyiapkan yang namanya asuransi untuk critical illness , lalu asuransi jiwa.
Jadi secara prioritas yang pertama harus punya adalah asuransi kesehatan, kemudian baru asuransi kritis, kemudian baru asuransi Jiwa. Nah untuk asuransi pendidikannya ini seperti apa kita lihat produk apa yang harus dibeli, jangan sampai tujuannya menyisihkan dana untuk pendidikan, tiba-tiba pas anaknya perlu duitnya nggak ada. Jadi harus hati-hati, tegas Nina.
Terlepas dari itu semua, Nina pun lantas membeberkan ihwal perubahan alias gebrakan yang telah berhasil dilakukan oleh timyang disupiri olehnya yang patut menjadi contoh.
Moga-moga ini saya tidak terlalu besar kepala ya untuk memberikan statement ini ya.Tapi ketika saya join di AXA tahun 2018 itu yang saya lakukan itu saya mengkampanyekan tentang engagement dan enjoyment , ujar Nina.
Nina mengaku, bahwa ketika dirinya tak enjoy dalam bekerja, maka ia tak akan bisa memberikan performa kinerja yang terbaik. Sehingga engagement dan enjoyment itu menjadi sebuah poin utama yang Nina gagas.
Jadi pertama kali saya datang itu saya kumpulin tim saya saya ngomongin bahwa kerja itu harus enjoy love what you, do What you love . Sehingga engagement dan enjoyment itu menjadi sebuah poin utama.
Kemudian, Nina juga membuat gebrakan lain yakni menghapuskan gap antara level top managenet dengan employee di AXA Financial Indonesia. Seperti apa ya?
Saya inget banget di tahun 2018 saya membuat gebrakan juga bahwa harusnya antara top management dan employee itu tidak ada garis batas seperti tembok Berlin. Hingga pada saat itu saya melakukan sebuah kegiatan dimana para direktur eksekutif dan managemen ini turun untuk menggunakan celemek melayani employee -nya untuk deserve makan malam bersama. Jadi aku mencoba melihatnya bahwa being leader is being a servant . Menurut aku seperti itu bagus dan nggak usah takut, ketika kamu menjadi pelayan terus kamu kehilangan value gitu? Nggak!, tandas Nina.
Tak berhenti di situ, pada tahun 2019 pun Nina menerapkan hashtag AFI IS BACK. Dimana, B-nya itu berarti branding , A-nya adalah awareness dan attitude , C-nya lebih ke constant and never ending improvement individual , dan K-nya berarti Know you can .
Kenapa? karena AFI itu dulu banget pernah keren banget, tapi somehow kita sedikit turun siklusnya jadi kemudian 2019 kita menggaungkan kampanye AFI IS BACK. Bukan melulu kita back karena kita sempat hilang, bukan, tetapi itu lebih kepada belive terhadap yang kita punya. B-nya itu branding, A-nya adalah awareness dan atitude yang kita tingkatkan. C-nya lebih ke constant and never ending improvement individual , karena kita mau konsisten terus berubah, dan K-nya dan Know you can . Dan itu lumayan cukup menggerakkan collaboration karena saya percaya bahwa teamwork itu dibentuk karena adanya trust. Dan trust itu dibentuk karena adanya transparansi. Begitupun sebaliknya, papar Nina.
Kemudian di tahun 2020, lanjut Nina, dirinya juga melakukan gebrakan 100% digitalisasi. Dan menurutnya, langkah digitalisasi tersebut adalah sebuah piala yang patut ditepuk tangani dan menjadi kebanggaan bagi dirinya sendiri.
Karena itu nggak gampang, dan dalam waktu yang relatif cepat saya join 2018 di bulan Oktober itu kita bener-bener scratch nggak punya digital. Tapi kemudian di 2020 kita berani untuk mengkampanyekan 100% digitalisasi. Bukan melulu untuk ekosistem yang green tapi lebih kepada lebih membuat bisnis itu simplicity. Dan di tahun 2021 kemarin selain kita mengkampanyekan AXA Prime, itu lebih kepada racing the bar kita professionalism , kita juga me- launch EMMA untuk membuat nasabah menjadi lebih mudah lagi berbisnis dengan AXA. Overall itu milestone yang kita lihat cukup berhasil dan menjadi masterpiece saya bekerja bersama AXA Financial Indonesia, jelas Nina.
Lebih lanjut, Nina pun lantas membeberkan skill apa yang harus dimiliki seseorang utamanya wanita untuk terjun ke dunia asuransi ini, Beauty. Simak baik-baik, ya!
Menurut saya, skill yang harus dipunyai wanita itu untuk bisa terjun di bisnis asuransi ini karena gini kan, asuransi itu kan gampang-gampang susah ya, maka skill yang harus dimiliki adalah Can I individual atau CII Individual. Singkatannya yakni constant and never ending improvement individual . Karena di bisnis asuransi yang tadi aku bilang ini kan bisnis people , dan bisnis people ini akan terus agile bergerak dalam hal siklus kebutuhannya, bergerak dalam hal behavior needs- nya, bergerak dalam hal fluktuasi ekonominya sehingga kalau kita terjun di bisnis asuransi, kita harus bener-bener konstan dan never ending improvement Individual. Baik dalam hal knowledge, dalam hal komunikasi,dan lain sebaiknya, pungkas Nina.
Nah Beauty, itulah sederet gebrakan Cecilia Nina di AXA Financial Indonesia. Dan ini merupakan contoh bahwa ia mampu menjadi Kartini masa kini lewat caranya sendiri. Untuk sampai di posisi seperti sekarang, Nina selalu percaya bahwa proses tak akan mengkhianati hasil.Semoga kisahnya menginspirasimu ya, Beauty!